10 Maret 2009

I give my SEVEN POUNDS of heart to you... (contains spoiler)

@Puri XXI, studio 2, Mar 7 2009, 1630 hrs

Well... film berdurasi 120 mnt dengan sutradara yg sama dgn Pursuit of Happyness ini sepertinya ingin dibuat untuk menyamai level film tersebut.
Bercerita tentang Tim Thomas (Will Smith) yg mengalami depresi setalah kecelakaan yg mengakibatkan kematian 7 org termasuk kekasihnya sendiri, karena Tim sedang ber-sms ketika berkendara bersama sang istri. Karena merasa bersalah, selama dua tahun setelah kejadian, Ben melakukan "kebaikan" seperti : mendonasi paru-parunya untuk adiknya yg perokok berat, Ben Thomas (Michael Ealy), seorg petugas IRS (baca : petugas pajak). Kemudian mendonasi hatinya untuk seorg wanita pekerja sosial bernama Holly (Judyann Elder). Mendonasi ginjalnya untuk seorg pelatih hockey, George (Bill Smitrovich), dan sumsum tulang belakang untuk seorg anak kecil, Nicholas (Quintin Kelley).
Tim juga menyumbangkan rumahnya untuk Connie Tepos (Elpidia Carrillo), seorg wanita korban kekerasan rumah tangga. Sebagai penggantinya, ia pun menyewa motel.
Kemudian dia pun mengambil ID card adiknya untuk mencari 2 orang terakhir yg akan ditolong melalui database pajak.
Ditemukanlah seorg pria buta bernama Ezra Turner (Woody Harrelson), dan seorg wanita yg mempunyai kelainan jantung Emily Posa (Rosario Dawson). Tim dibantu sahabatnya Dan (Barry Pepper) sebagai kuasa hukumnya untuk berdonasi.

Terus terang film ini berjalan lambat, buat para penonton yg kurang sabaran mungkin akan beranjak dari tempat duduk.
Selain itu, sang sutradara mengajak penonton bermain tebak-tebakan di paruh pertama film, mengenai siapakah Tim dan orang-orang itu, hey it sucks..., mungkin bila film ini digarap dalam alur yg simpel, penonton akan lebih mudah mengerti dan bersimpati dgn tokoh Tim Thomas, karena ini bukanlah film misteri atau thriller.
Emosi penonton "hanya" diaduk melalui mimik Will smith yg ingin mewek mulu, bener-bener capek ngeliatnya.. tanpa mengetahui apa yg sebenarnya terjadi.

Akhirnya film ini tidak lebih dari sebuah cerita cinta antara tokoh Tim yg jatuh cinta dengan wanita yg ingin ditolongnya Emily, di mana bagian ini mendapatkan porsi terbesar dalam alur cerita, sementara tokoh lain yg sebenarnya sangat potensial dapat menarik simpati penonton, seperti tokoh Ezra malah kurang disorot.

Lagipula, rasanya terlalu berlebihan bila tokoh Tim sedemikian depresi dan merasa bersalahnya atas kematian 6 orang (selain kekasihnya) sehingga hrs "berkorban" untuk 7 orang yg tidak dikenalnya...

Sebuah misi sosial yg gagal dari film ini..

6 out of 10 stars...

08 Maret 2009

I wanna PUSH this movie awayyy....

@Senayan City XXI, studio 1, Mar 7 2009, 1215 hrs.

OMG, this movie makes JUMPER looks so great...

Film berdurasi 110 menit ini berkisah tentang orang-orang "spesial" yg mempunyai kekuatan khusus. Nick (Chris Evans) yang mempunyai kekuatan untuk menggerakkan benda dengan pikiran (MOVER) diminta oleh Cassie (Dakota Fanning), anak perempuan berusia 13 thn yg dapat melihat masa depan (WATCHER) untuk membantunya mencari sebuah koper yg berisi suntikan obat. Koper itu sendiri juga sedang diburu oleh kelompok Divisions yg dikepalai oleh Henry Carver (Djimon Hounsou). Dalam pencarian mereka, Nick dan Cassie bertemu dengan Kira (Camilla Belle) yg mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pikiran orang lain (PUSHER).

Sebenarnya film ini tidak membosankan, hanya kandungan cerita yg sudah "out of date", karena banyaknya film-film serupa, bahkan serial tivi HEROES, membuat film ini sama sekali tidak istimewa dan kurang populer di mata penonton hollywood, ditambah dengan setting film ini yg diambil di Hongkong bercampur dengan bahasa Kanton.
Adegan aksi yg disuguhkan di dalamnya sama sekali tidak dapat membuat penonton berdecak kagum, akibatnya bisa dibilang tidak ada adegan klimaks di dalamnya. Berusaha untuk tampak cerdas dalam meracik adegan di mana Nick dan teman-temannya berusaha menghindari kejaran Divisions yang seharusnya menjadi klimaks film ini, namun semuanya tampak biasa dan aneh, plus ending yg begitu aja toh... Welehhh.....

Akhirnya... adegan mabok Dakota Fanning yg "aneh" pun mengacaukan aktingnya di sini.

5 out of 10 stars...

when a vampire falls in love with a lycan..

@Pondok Indah 21, studio 1, Feb 21 2009, 1350 hrs

Menceritakan asal muasal Lycan yg "diciptakan" oleh Viktor untuk membangun sekaligus melindungi bentengnya dari serangan Werewolf. Sonja (Rhona Mitra) putri satu-satunya dari Viktor (Bill Nighy) ternyata mencintai Lucian (Michael Sheen), merupakan Lycan pertama "ciptaan" Viktor, yg dijadikan pemimpin untuk Lycan-lycan lain.
Kemudian Lucian merencanakan sebuah pelarian dari benteng Viktor bersama para "saudaranya" tentunya dengan bantuan orang dalam.

Terus terang aja, alur cerita film ini mudah ditebak dan terasa basi, karena mengulang kisah cinta Selena dengan Michael (Underworld). Bisa dibilang tidak ada yg baru di film ini, kalaupun penonton bisa duduk diam selama 90 menit karena dihibur oleh adegan jagal-menjagal, cabik-mencabik, dan gigit-menggigit karakter-karakter di dalamnya.
Jadi, buat mereka yg sudah menonton dua sekuel film ini sebelumnya tentunya sudah dapat menebak ending film ini.
Aktris Rhona Mitra sendiri masih terlihat agak "bongsor" bila dibandingkan dengan pemeran Lucian. Gua pribadi lebih menyukai duet Beckinsale dan Speedman.

5 out of 10 stars

the curious case of the TIME when GOD takes it all from us..

@Plaza Senayan XXI studio 5, Feb 22 2009,1245 hrs

Berlatar belakang tahun 1918 di New Orleans, film ini berkisah tentang seorang anak yg dilahirkan dalam keadaan "tidak menguntungkan" seperti anak lain pada umumnya. Bahkan ibunya pun meninggal saat melahirkannya. Tak ayal lagi,sang ayah menaruhnya di depan rumah panti jompo yg dikelola oleh seorang wanita berkulit hitam bernama Queenie (Taraji P. Henson), dan sang ayah tetap mengawasinya dari jauh.
Selama 18 tahun, Benjamin (Brad Pitt) tinggal di rumah tersebut dan menganggap Queenie sebagai ibunya. Banyak hal yg dia lihat seperti kematian yg menjemput para penghuni yg sudah lanjut usia, perubahan fisiknya yang berbalik arah, termasuk bertemu dengan cucu perempuan salah satu penghuni yg menjadi love at first sight-nya Benjamin, bernama Daisy (Cate BLanchett).
Pengalaman hidupnya pun terus bergulir ketika dia menjadi anak buah kapal milik kapten Mike, bertemu kembali dengan Daisy yg sudah menjadi balerina, dan sang ayah yg akhirnya mengungkapkan semua kebenaran....

Buat gua pribadi, film berdurasi 160 menit ini tidak membosankan. Memang harus diakui alur cerita yang lambat didukung oleh cinematografi yang "gelap" menambah kekelaman pada paruh pertama film ini, dan kemudian berubah menjadi lebih ceria ketika film ini berganti setting ke akhir tahun 60-an, semuanya tampak menjadi lebih "pop" dan modern seiring dengan semakin mudanya tokoh Benjamin. Sepertinya penulis cerita setuju kalau masa muda memang lebih "cerah" daripada masa tua yg tinggal menghitung hari. Jangan dilupakan pula dark-comedy yg disisipkan di film ini.

Mungkin ada beberapa orang yg mengatakan kalau Brad Pitt belum pantas dinominasikan untuk Oscar tahun ini. Aktingnya memang belum sehebat nominator lain, namun usahanya untuk menghidupkan aksen selatan dan tampil beda dengan make-up effect patut dihargai. Meskipun hanya cukup sampai nominasi saja. Masih ingat dengan make-up effect Nicole Kidman di film The Hours??
Bisa dibilang, aktor aktris yg berakting dengan make-up seperti ini mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk masuk nominasi, tentunya dengan cerita yg mendukung pula..
Ups.. tapi gua melihat ada sedikit keanehan pada make-up wajah Brad Pitt ketika dia tampak 20-an di usia parubaya, di bagian kantong matanya..

Akting para pemeran lain bisa dikatakan seimbang, mulai dari Taraji Henson sampai Julia Ormond sebagai Caroline, anak benjamin dan Daisy.
Mungkin yg agak mengganggu sedikit adalah penampilan Cate Blanchett yg berperan dari usia 20-an sampai 40-an dan terlihat tidak mengalami perubahan raut muka dan aksen selatannya yg kadang muncul dan kadang hilang.
Secara umum, Cate rasanya lebih cocok memerankan seorang keturunan Eropa daripada tokoh Daisy di film ini.

Sedikit kejanggalan ketika Benjamin ingin meninggalkan Daisy dan mengatakan kalau Daisy tidak akan sanggup mengurusnya, seakan-akan benjamin sudah mengetahui persis perubahan yg akan dialaminya padahal hampir tidak ada campur tangan diagnosa medis di film ini. Rupanya film ini tidak menitikberatkan pada apa yg sebenarnya diderita oleh Benjamin melainkan bagaimana tokoh Benjamin bisa menikmati waktu mudanya di usia senja...
As the TIME goes by, GOD will take all what he had given to us and we only live once.
That is the curious case of the TIME when GOD takes it all from us... Amen..

8 out of 10 stars

Will you let STRANGERS come into your house?

@Hollywood KC studio 2, March 1 2009, 1435 hrs

Bercerita tentang sepasang kekasih (James, Scott Speedman and Kristen, Liv Tyler) yg tiba di rumah (yg jauh dari mana-mana) selepas acara resepsi pada pukul 4 pagi.... dan tiba-tiba pintu diketuk oleh seorg wanita tak dikenal sambil bertanya "Is Amanda home?". Selanjutnya mereka diteror oleh tiga orang bertopeng di dalam rumah mereka sendiri, sampai akhirnya menjelang pagi, mereka berdua pun... Ya, udah emang segitu aja sih ceritanya...

Terus terang , film berdurasi 85 mnt ini terasa melelahkan di paruh pertamanya... berjalan pelan.. dan pelannn...
Tidak dijelaskan siapakah para "strangers" itu dan motivasi mereka. Di awal film ini sempat ditulis "inspired by true events". Yang jelas, film ini sama sekali tidak menceritakan dengan lengkap sebuah kisah nyata, melainkan "hanya" ketegangan teror yg dialami oleh sepasang kekasih. So, buat yg menginginkan cerita lengkap seperti layaknya film Scream, tidak akan pernah terpuaskan oleh film ini (termasuk gua tentunya).
Selain itu, film ini terasa tanggung dengan adegan violence dan terror-nya yang masih minim namun berating R. Sepertinya sang penulis dan sutradara ingin bernostalgia membuat sebuah film thriler klasik dengan mengurangi porsi adegan kekerasan, ini bisa didengar lewat lagu-lagu oldies dan country yg mengiringi adegan teror.
Jadi, buat yg muak dengan film SAW, mungkin ini bisa menjadi starter atau appetizer, hehehehehhee...
Satu lagi, how the strangers could come into their house?Hmm... akh, ga perlu dipikirin dah, karena film ini seperti sebuah film indie berbujet rendah dan jumlah cast yg hanya 8 orang.

5 out of 10 stars....

Wanna die in the ghetto or fled with me?

@Puri XXI studio 3, Feb 15 2009, 1445 hrs

Well... another movie about Jews flees from Nazi...
(Lagi-lagi) diangkat dari kisah nyata kepahlawanan 4 orang Bielski bersaudara: Tuvia (Daniel Craig), Zus (Liev Schreiber), Asael(Jamie Bell), dan Aron (George MacKay). Mereka berasal dari keturunan Yahudi yg tinggal di Polandia (sekarang disebut Belarusia). Pada waktu invasi Nazi ke daerah tersebut di tahun 1941, kedua orang tuanya dibunuh oleh polisi lokal di bawah perintah Nazi, dan mereka pun melarikan diri ke hutan bersama beberapa tetangganya. Di sana ternyata sudah banyak sekali orang Yahudi yg bersembunyi. Tuvia dan Zus yang bersumpah untuk membalas dendam, mereka pun membentuk sebuah batalion kecil-kecilan untuk melindungi para pengungsi Yahudi yg jumlahnya terus bertambah. Seiring dengan berjalannya waktu, Tuvia dan Zus berselisih karena Zus memilih memerangi langsung tentara Nazi dengan bergabung dengan tentara gerilya Soviet daripada melarikan diri dan menjadi incaran Nazi.

Tentu saja menonton film ini mengingatkan kita kembali kepada film The Pianist tentang perjuangan kaum yahudi yg melarikan diri dari kejaran Nazi, namun dengan setting yg berbeda, karena film ini ber-setting di dalam hutan.
Daniel Craig dan Liev Schreiber tampil meyakinkan dengan akting mereka dalam dialog berbahasa Polish, aneh memang...seharusnya film ini ditampilkan seluruhnya saja dalam bahasa Polish, Yahudi, dan Jerman, mungkin akan lebih afdol... sama halnya bila Valkyrie bila ditampilkan dalam bahasa Jerman. Satu hal yg mengganggu adalah penampilan fisik Daniel Craig yg lebih mirip orang Rusia atau Inggris (dark blonde and blue eyes) daripada orang Yahudi sendiri, we could still a "Bond" image inside his character here...

Scoring-nya sangat mendukung sehingga menambah suasana dramatis dan kekejaman di film ini, tidak heran kalau diganjar nominasi Oscar untuk original score...

7 out of 10 stars....

WARNING: tidak bisa disangkal bila film ini mengusung budaya dan agama Yahudi yg cukup kental. Untuk mereka yg anti-Yahudi sangat tidak disarankan menonton film ini!

Mau lebih lanjut tentang Bielsi bersaudara?
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Bielski_Brothers
http://en.wikipedia.org/wiki/Aron_Bell
http://en.wikipedia.org/wiki/Defiance_(2008_film)

Not every german loves Hitler (contains history spoiler

@Hollywood KC studio 1, Feb 14 2009, 1300 hrs

Valkyrie adalah sebuah rencana pengamanan (atau bisa disebut pengambil-alihan kekuasaan) terhadap Berlin oleh tentara cadangan yg sudah disiapkan oleh Hitler bila sewaktu-waktu ia meninggal atau terjadi gangguan pol-sos, yg ditandatangani oleh Hitler sendiri dalam sebuah dokumen.
Singkat kata, Kol. Stauffenberg (Tom Cruise) yg mengganggap Hitler adalah kehancuran buat bangsa Jerman sendiri, berhasil mendapatkan persetujuan dari Hitler untuk mengubah Operasi Valkyrie, di mana Stauffenberg mengubah "sedikit" dokumen tersebut, termasuk otoritas penangkapan tentara SS Nazi oleh tentara cadangan apabila Hitler meninggal.
Rencana tersebut merupakan bagian dari sebuah konspirasi di antara para petinggi tentara Jerman untuk membunuh Hitler.

Akhirnya disusunlah sebuah pemboman di "Sarang Serigala" ketika Hitler mengadakan pertemuan untuk membicarakan langkah militer bersama para petingginya, di mana Stauffenberg juga hadir untuk membawa bom itu ke dalam ruangan, dan meledakkannya beberapa saat sebelum dia keluar dari ruangan tersebut.

Sejarah pun mencatat, kalau Operasi Valkyrie ini hanyalah salah satu dari sekian belas usaha pembunuhan terhadap Hitler yg gagal. Untuk penonton yg mengetahui sejarah PD II tentunya... you'll know how this movie should end...

Buat gua pribadi, film ini terasa kurang gregetnya... momen-momen penting ketika Stauffenberg "menyusup" ke Sarang Serigala untuk menaruh bom kemudian melarikan diri, terasa kurang nge-thrill dan nge-josss. Begitu pula adegan eksekusi para pelaku operasi valkyrie, terasa kurang dramanya. Overall, film ini tidak jelek, cuman biasa banget. Plus, dari segi scoring juga kurang mendukung (mungkin karena itulah minus unsur drama dan sentuhan emosionalnya). Film ini akan menjadi film Tom Cruise yg terlupakan... In other words, meski bukan Tom Cruise yg menjadi stauffenberg, ga ngaruh sama sekali!

6 out of 10 stars

WARNING: buat mereka yg kurang menyukai sejarah dan juga drama politik, disarankan untuk tidak menonton film ini, apabila tidak ingin walk-out sama seperti 4 orang penonton ketika gua menonton film ini!!

Yang ingin mengetahui secara detil apa itu Operasi Valkyrie dan sejarahnya bisa dibaca lebih lengkap di http://us.imdb.com/title/tt0985699/synopsis atau http://en.wikipedia.org/wiki/Operation_Valkyrie.

Jangan pernah membuka pintu terlarang... (Heavy spolier alert!)

@Slipi jaya 21, studio 4, Feb 8 2009, 1410 hrs.

Terus terang gua suka dengan gaya penceritaan cerita film ini, (cukup) nge-thrill, penuh pertanyaan dan membuat penasaran di setiap adegannya, namun semuanya.... hanya serentetan adegan yg tidak ada hubungannya dan tidak dapat memberikan jawaban atas semua pertanyaan gua dari awal. Bahkan di akhir cerita muncul imajinasi lain... kalaupun Joko anwar mau membuat versi lain untuk cerita yg ini, gua siap menunggu!!! Meskipun penonton lain sudah tidak tahan dan langsung beranjak dari tempat duduknya setelah mengetahui kalau semua itu hanyalah imajinasi Gambir yg meringkuk dalam sebuah sel rumah sakit jiwa...

Mengapa Gambir bisa berimajinasi menjadi seorang pemahat, padahal di dalam selnya dia membaca majalah fashion wanita?? Apakah herosase itu? Ada apa dengan masker babi yg dipakai Gambir sewaktu memahat? dan di manakah karakter Ko Jimmy (Tio Pakusadewo) dalam kehidupan nyata? Belum lagi segambreng pernak-pernik yg digunakan bung Joko dalam film ini seperti papan iklan, Be a good wife, get a job. Welcome to the smiling land, maupun tempelan brosur pada tiang-tiang taman, nama jalan yg aneh, nomor pintu 42651378, yg semuanya memang tidak ada hubungannya dengan inti cerita. Namun gua salut, Joko anwar tampak bersemangat sekali memberikan nuansa art pada film ini terlihat dari setting-nya, scoring-nya, dan yg menjadi klimaks film ini tentunya adegan eksekusi di meja makan, yg seharusnya menjadi trade mark film ini, tapi.. kurang gregetttt buat penonton yg sudah sering menonton film thriller, bahkan dibandingkan film pendek DARA. Gua masih kurang puas nih bung Jokooo.....

Ada blooper yang gua tangkap seperti pada tiang penunjuk nama jalan yang semula hanya terdapat tulisan JL.ANOMALI, pada adegan selanjutnya sudah ada nama jalan lain yaitu JL. MODUS di belakangnya. Begitu pula dengan pintu terlarang yg didobrak Gambir, seharusnya terdapat bekas pengait gembok yg rusak, namun pinggiran pintu terlihat masih mulus. Juga beberapa pesan sponsor seperti Yuasa dan vendor jaringan telekomunikasi 3.

Namun film ini bukannya tanpa pesan, karena pintu terlarang itu adalah masa lalu Gambir yg kelam karena selalu disiksa oleh kedua orang tuanya dan tidak ada yg dapat menolongnya sama sekali dari situasi tersebut sampai dia membunuh kedua orang tuanya di usia 8 tahun.... Sampai ketika dewasa dia tidak bisa melupakannya sama sekali. Ada sebuah dialog di mana seorang nenek yang dijumpai Gambir di pasar (dalam kehidupan nyata, nenek gila ini berdiam di seberang sel Gambir) bertanya : "mengapa kamu tidak pernah menutup pintu?"

Akhirnya... film berdurasi hampir 2 jam ini memang menuntut penonton menerima semua adegan yg ada tanpa harus bertanya mengapa... Karena memang film ini mempunyai sebuah peraturan : tidak boleh ada pertanyaan...

Dan bila anda mendapatkan semua jawaban dari adegan-adegan di film, hati-hati... mungkin Anda seharusnya juga meringkuk di dalam sel itu bersama Gambir...

Namun kegilaan gua hanya sampai pada adegan eksekusi di meja makan, sehingga gua memberikan 7.5 dari 10, untuk pernak-pernik, gambar, art design, dan bloody scene-nya. Dan angka 5 dari 10 untuk sampai pada ending scene....tai kucing!!

Selamat untuk bung Joko karena film ini dapat diputar lebih banyak dan lebih lama di bioskop dibandingkan Kala.

Satu lagi... kata-kata "tai kucing" yang diucapkan toko Dandung dan Gambir dalam film ini, sepertinya sudah menjadi trade mark dalam gaya bertutur novel Sekar Ayu Asmara.


Ketika monyet-monyet jalanan punya cerita... (contains SPOILER)

@Hollywood KC studio 5, Feb 7 2009, 1455 hrs

Sebuah ide/tema cerita yg bagus belum tentu akan membuat sebuah film bernilai SEPULUH (sempurna)..

Film berdurasi 110 mnt-an ini berkisah mengenai seorang wanita bernama Yanti (Rachel Maryam) yg bersuamikan Aditya, pecandu narkoba. Ketika Aditya sudah tidak mampu membeli narkoba, dia pun menjual anaknya yg masih bayi kepada Dargo, sang bandar narkoba dan pemilik tempat prostitusi (August Melasz). Bahkan Aditya menjebak Yanti hingga masuk penjara dengan menyimpan barang haram itu di rumahnya. Sepuluh tahun kemudian Yanti keluar dari penjara dan bertemu dengan Mongki seorang anak perempuan yg hidup di jalan, di bawah asuhan Dargo, yg ternyata juga mempunyai bisnis ilegal penjualan organ tubuh anak-anak jalanan untuk mereka yg berani membayar mahal.
Di lain pihak adalah Thomas (Ari Wibowo) yg mempunyai anak laki-laki yg menderita kelainan ginjal bernama David...

Tak bisa dipungkiri, kalau film ini adalah potret sebuah realita kota Jakarta yg dipenuhi monyet-monyet jalanan (begitu panggilan Dargo untuk "anak-anak asuhan"-nya) di hampir setiap lampu merah. Mereka harus mengejar setoran yg hrs diserahkan kepada induk semangnya tanpa memperdulikan keselamatan mereka atau bahkan keselamatan orang lain.
Meskipun sedikit terbata-bata di bagian awal, film ini berjalan mulus dan pelan, sampai semuanya berubah menjadi begitu mudah dan instan di 20 menit terakhir. Ketika Mongki "dijual" ke sebuah rumah sakit di mana David dirawat, Yanti dapat dengan mudah mengetahui rumah sakit tersebut. Kemudian Dargo yg menculik Mongki di rumah sakit setelah ia lolos dari penggrebekan polisi, begitu cepatnya polisi mengetahui hal tersebut dan menyergapnya bahkan ketika Dargo belum berhasil keluar dari rumah sakit. Plus, kinerja dokter (Keke Harun) yg begitu cepat mengidentifikasi kelayakan organ transplantasi yg cocok untuk David yg "katanya" sudah kritis.
Belum lagi, Thomas sebagai warga sipil yg diperbolehkan mengikuti perburuan Dargo sampai ke atap rumah sakit. Gua kasih "applause" untuk kinerja polisi dan rumah sakit yg begitu "hebat dan cepat" untuk mengeksekusi bagian akhir dari film ini...

Rachel Maryam terlihat baru benar-benar berakting ketika ia menangis sambil berteriak, dan urat wajah Ari Wibowo sepertinya terlalu kaku sehingga ekspresinya tetap sama dalam situasi apapun, sedangkan August Melasz seperti biasanya memang pas untuk peran antagonis. Justru yg berakting luwes adalah pemeran Mongki sendiri, meskipun ia terlihat terlalu dewasa untuk anak berusia 10 tahun. Chemistry yg terbangun antara Yanti dan Mongki terasa masih minim sehingga tidak ada adegan yg bisa menguras emosi penonton seperti yang terlihat pada posternya. Justru adegan yg menarik adalah perkelahian mongki dan temannya sendiri sesama anak jalanan. Film ini sedikit berwarna dengan banyaknya pesan-pesan sponsor seperti logo BCA di brosur dinding anak hilang, kemudian toko buku Times, Matahari Department Store, Hypermart, sampai beras Si Pulen...

Akhirnya.. memang tidak ada manusia yg hidupnya bernilai SEPULUH, begitu pula dengan film ini.. untuk tema yg diangkat kuberi enam setengah dari SEPULUH...untuk film SEPULUH...

Mungkin kalo gua sedikit kasian dengan sang sutradara yg belum genap berusia 19 tahun dan cucu dari salah satu taipan bisnis di negeri ini, di mana SEPULUH merupakan film perdananya, gw akan memberikan nilai tujuh..


Red cliff 2

@Senayan City XXI, studio 1, jan 24 2009, 15.15 hrs
An art of war, mix with fengshui...

Untuk sinopsis lengkap, dapatdibaca dengan leluasa di http://en.wikipedia.org/wiki/Red_Cliff_(film)

Sepertinya memang tidak ada sutradara lain yg mampu membuat film ini, kecuali John Woo. Bila dalam film pertama lebih berat ke taktik perang dengan formasinya.. , bagian kedua ini lebih berat ke taktik perang dengan ilmu alam dan ditutup dengan final war tentunya....
Lepas dari latar belakang sejarah budaya Tiongkok, gw merasa film besutan John Woo sudah lebih berkiblat ala hollywood, di mana adegan martial arts-nya (one on one fight scene) sudah banyak berkurang, bila dibandingkan dengan film karya Zhang Yimou.
Kalau pun ada hanya sebagai tempelan yang terasa dipanjang-panjangkan seperti adegan sepak bola dan latihan kanuragan Zhao yu.
Plus, di tengah medan peperangan, pasti selalu ada adegan menangisi temannya yg mati, bisa-bisanya... masa kaga ada musuh yg ngeliat dan menghabisi gitu...hehehehehe...
At the end, gua menjadi kurang yakin, apakah Xiao Qiao (Lin Chi-ling),istri Zhao yu
(Tony Leung) lah yg menjadi motivasi Cao-cao (Zhang Fengyi) untuk berperang?

But anyway, i still love this one, 8 out of 10 stars

Uncovered the conspiracy thru the BANK JOB

@Studio XXI, studio 1, jan 24 2009, 10.00 hrs

Berlatar belakang tahun 1971, Terry Leather (Jason Statham), seorang dealer mobil di London, ditawari pekerjaan haram untuk merampok Llyods Bank dari seorang teman wanita, sekaligus CLBK-nya, Martine (Saffron Burrows). Maka Terry pun menyusun rencana perampokan itu bersama beberapa orang temannya.
Sebuah ide cerita yg simpel namun penuh intrik konspirasi di dalamnya.
Film berudrasi 105 mnt ini merupakan versi fiksi dari kejadian nyata yg memang terjadi pada saat itu di Inggris. Di mana kejadian yg sebenarnya tidak pernah terungkap dengan jelas. Disinyalir karena perampokan tersebut telah mengungkap sebuah konspirasi politik mulai dari isu korupsi di kalangan kepolisian, foto-foto skandal seks para petinggi kerajaan sampai Putri Margaret... hmm.... kalo sekarang sih cukup dengan HP dan internet aja yah...

Lagi-lagi.. tipikal film british yang berjalan lambat dan penuh dengan aksen kental di dalamnya. Jangan berharap akan banyak adegan aksi di dalamnya, apalagi sampai memancing klimaks layaknya di film Hollywood besutan Michael Bay. So, buat mereka yg tidak biasa menonton film british dengan adegan aksi yg tidak terlalu "atraktif", sebaiknya hindari film yang memerlukan kerja otak untuk berpikir ini.
Agak sedikit membingungkan di bagian awal karena terlalu banyak tokoh di dalamnya, namun sejalan dengan alur cerita semuanya menjadi jelas, what is really happening...

Yang jelas, Jason Statham tampil lebih membumi di film ini, setidaknya tidak ada "one man show" action seperti film-filmnya sebelum ini. Kekuatan akting? jangan terlalu berharap pula...

For the conspiracy, i give 7 out of 10 stars

Blitzmegaplex .. thru my eyes and ears...

1. Paris van java. The first and breakthru for cinema viewers' experience..
My first impression was just waoo...it's so different from 21 and XXI cineplex which have darker atmosphere now. Cozy lounge and high ceiling with friendly staff. Separated into 2 floors, with 4 big auditoriums upstairs and 5 small auditoriums downstairs. Too bad.. its sound system was not satisfy me (i watched The Departed at that time), the surround sound and subwoofer was so lame; plus, i was surprised with the thin seats like transjakarta bus. Lack of features/facilities than other branches. Easy to reach, located at the right wing of PVJ, and viewers could step up directly thru the escalators.
2. Grand Indonesia
The most spacious lobby, with bright, simple and minimalist design.
Of course, i come here most often other than 3 branches, even i've never used its wide-ranging paid facilities. The sound system is better than PVJ (but i ever experienced some sound troubles for a couple time) , and the seats are just the same like PVJ's. Just take the lift in the west mall and press 8th floor...
3. Pacific Place.
The smallest with most expensive ticket price but just so-so experience...hehehehehe..
With unspacious Lobby plus messy layout design . Reminds me walking thru the alley of death, just kidding..., i mean the ceiling is just too low in the violet atmosphere.
Again.. the sound system, surround speakers were not synchronized with front ones ( i watched national treasure 2). The one and only great thing is the thicker violet seats.
Located on the edge of 6th floor.
4. Mall of Indonesia. Larger version of Pacific Place.
With the same atmosphere like PP, only spacious lobby and high ceiling, and more comfortable layout design, but still a little bit confusing. Sound system is just like Grand indonesia's with no THX license. Has Two toilet doors side by side and written "FEMALE".
Okay, but there is still a toilet MALE, and it's just too small for big cineplex like this!
Located on 2nd floor of confusing Mall of Indonesia..

Consider from all kind of aspects.. lobby, design layout, sound system, location in mall, various facilities, and ticket price.
The winner is...Grand Indonesia, second is MOI, third is PP, and fourth is PVJ.

How about if the bedtime stories come into your real life? (BedTime Stories)

@Blitzmegaplex MOI audi 8, jan 21, 2009, 1700 hrs

Seorang pemuda bernama Skeeter (Adam Sandler) yg sudah bekerja 25 thn sebagai teknisi listrik di sebuah hotel milik Barry Nottingham, padahal dulunya hotel itu adalah milik Marty , ayah Skeeter. Mau tidak mau Skeeter berhadapan dengan langsung dengan manajer baru hotel tersebut yakni Kendall (Guy Pearce) yang berpacaran dgn Violet, satu-satunya putri Nottingham yg cantik-populer dan juga resepsionis jutek Aspen (Lucy Lawless).
Suatu ketika, kakak perempuan Skeeter, Wendy (Courteney Cox) menitipkan kedua anaknya kepada temannya Jill (Keri Russel) dan Skeeter, karena hrs menghadiri interview di Arizona untuk mencari pekerjaan baru, karena sekolah di mana ia menjadi kepala sekolah harus dirubuhkan untuk dibangun menjadi sebuah hotel.. hotel Nottingham.

Setiap malam sebelum tidur, kedua anak Wendy selalu meminta Skeeter untuk berdongeng, ditemani oleh marmut mereka yg dinamai Bugsy. Sambil Skeeter bercerita, kedua keponakannya juga ikut andil untuk mengubah cerita itu sesuai dgn kehendak mereka.
Dan keesokan harinya apa yg cerita yg dibuat dengan keinginan anak-anak itu pun menjadi kenyataan.

Kemudian Skeeter pun berusaha membuat ide cerita agar dia bisa menjadi manajer hotel Nottinghaam menyingkirkan Kendall, tentunya dengan membujuk kedua keponakannya agar membuat cerita yg happy ending sesuai dengan keinginan Skeeter. Apakah Skeeter berhasil? Hmm...

Menonton film berdurasi 100 mnt seperti ini memang tidak diperlukan kerja otak. Penonton dapat menikmati film ini dengan duduk rileks tanpa banyak pertanyaan.
Meskipun Karakter Skeeter di sini terasa menyebalkan dan Adam Sandler agak berlebihan dalam berakting, namun kemunculan Lawless bisa mengobati fans serial Xena, i barely can't recognize her!
Bukan film Walt Disney namanya bila tidak ada pesan moral. Definitely, life is not a fairy-tale happy ending, but it's always ended with a meaning, even with a different meaning...

7 out of 10 stars

If you think you could get lost from the house... you are wrong... (The Cottage)

@Blitzmegaplex MOI audi 7, jan 21, 2009, 1500 hrs

Berkisah tentang dua bersaudara David dan Peter yg menculik anak tiri (stacey) pemilik klub striptis tempat David bekerja. Mereka pun membawa stacey ke rumah di pedesaan, sambil meminta tebusan kepada Arnie (pemilik klub striptis dan ayah tiri Stacey) untuk diantarkan ke rumah itu oleh Andrew (anak kandung Arnie). Ternyata Arnie menyuruh dua tukang pukulnya untuk mengikuti Andrew. Lalu apakah yg terjadi selanjutnya? Rupanya di pedesaan itu tinggal sesosok monster yg siap mencincang mereka semua...

Tipikal film british yg diputar di festival INAFFF 2008 lalu dengan alur cerita yg sangat rapi (baca : slow pace), mungkin akan terasa membosankan bagi sebagian penonton yg terbiasa menonton film hollywood yg "hidup" dan "atraktif". Ini terbukti dengan adanya beberapa penonton yg walk-out sebelum film berdurasi 90 mnt ini selesai. Dengan tema yg tidak orisinil dan alur cerita yg "kurang lengkap", penonton tidak diberikan penjelasan lebih lanjut mengenai asal muasal si monster pembunuh, sehingga tampak jelas bila film ini mengadopsi film thriller hollywood seperti wrong turn, house of wax, de el el. Plus, adegan potong memotong yg cukup sadis dan juga aksen inggris yg kental. Ketidaklengkapan ceritanya membuat gw bertanya-tanya kenapa Arnie tidak pernah muncul sampai di akhir film, dan sampai di akhir film gw masih berharap ada twisted plot di mana Arnie ada hubungannya dengan semua ini.... tapi ternyata di ending film malah pertanyaan gua semakin bertambah..who the heck all those children in the basement???

Yang sangat mengganggu gua justru bukan filmnya, tapi Blitz memutar versi DVD yg kemudian di blow up ke layar lebar.
Definitely, bad image quality dan sound... and this will bring some causes :
1. It against declaration of cinema viewers rights which was acclaimed in Nebraska, on feb 15 2000.
2. Make cinema viewers think it's more worthed watching DVD at home rather than going to cinema (pirated DVD is cool...)

Okay, i was joking for the first one... Untung ajaaaa, gw pake voucher gratis.
Umm... did i hear any scoring in this movie? It must be the bad sound quality...hehehehe

5.5 out of 10 stars

Just say YES with your heart! (YES Man)

Rata Penuh@Artha Gading XXI studio 3, jan 21, 2009, 1230 hrs

Film yg berkisah tentang hidup seorg pria yg berantakan dan menjauhi kehidupan sosial, Carl Allen (Jim Carrey). Ia selalu menolak telepon dari teman-temannya dan mencari segala macam alasan untuk tidak bertemu dengan mereka.
Pada suatu ketika ia bertemeu dengan teman lamanya yg mengajak seminar YES untuk mengubah hidupnya yg membosankan menjadi "lebih hidup".
Di seminar itu dia diharuskan mengatakan YES kepada semua hal, dan ternyata itu berhasil....
Carl menemukan hal-hal baru dalam hidupnya dari bertemu dengan seorg wanita bernama Allison (Zooey Deschanel) sampai kenaikan jabatan di kantornya. Lalu apakah dia akan selalu berhasil dalam hidupnya bila mengatakan yes terus? Sampai kapan Carl akan berkata Yes kepada semua hal?

Sebenarnya film yang berdurasi 100 mnt ini mempunyai tema yg bagus untuk menarik, namun karakter Carl Allen digambarkan kurang "depresi" dan kurang "berantakan" sebagai seorg pria dengan kehidupan yang membosankan, selalu menghindari kehidupan sosial dan mengatakan tidak untuk semua hal. Alasan karena ia ditinggal istrinya kurang kuat untuk itu semua.
Belum lagi Jim Carrey terlihat terlalu tua untuk dipasangkan dengan kedua sahabatnya (diperankan oleh Danny Masterson dan Bradley Cooper), begitu pula dengan Zooey meski terjalin chemistry. Tapi buat fans Jim Carrey rasanya hal itu tidak begitu penting, Jim kembali menampilkan kelucuan dengan mimik karetnya dan juga gaya pemotong pembicaraan.

Tidak ada yg baru dalam film ini, selain moral cerita yg ingin disampaikan yakni.. Just say yes with your heart, not because you are forced to...

I'm not Jim Carrey's fans but i think Liar Liar, and Bruce almighty are still the best Jim's Life-comedy...

6.5 out of 10 stars