23 April 2009

Monster Vs Aliens in 3D

@Studio Ex XXI, studio 1, Apr 23 2009, 1510 hrs

Bercerita tentang Susan yang sedang bergembira ria di hari pernikahannya dengan Derik. Namun malang menimpanya ketika ia "kejatuhan" meteor Quantonium, dan membuatnya menjadi manusia raksasa sehingga ia pun segera "diamankan" oleh pemerintah ke sebuah tempat pengasingan yg telah dihuni para makhluk aneh. Ada Dr. Cockroach PhD, yg aslinya adalah dokter gila namun berubah menjadi manusia kecoa akibat eksperimennya sendiri, kemudian manusia kadal Missing Link, B.O.B makhluk elastis berwarna biru mirip jelly, dan mutan larva raksasa.
Gallaxhar, alien yang datang ke bumi dan ingin mendapatkan Quantonium, maka sang presiden Amerika atas usulan Jendral pun mengutus Susan dkk untuk menaklukkan si Alien dengan kebebasan sebagai rewards-nya.

Terus terang, waktu pertama kali melihat trailer film ini, gua agak pesimis karena mirip film animasi The Incredibles dan Monsters inc. Memang film ini lebih lucu daripada animasi terakhir yg gua tonton yakni Madagascar 2 yang terasa basi, tapi tetap saja tidak lebih bagus dari dua film di atas. Adegan aksinya biasa aja, film Bolt lebih heboh untuk urusan yang satu ini.
Bahkan gua tidak ingat sama sekali dengan theme song dan musiknya. Justru yg menjadi poin plus adalah konsep 3Dnya, yang memang "menghibur", meskipun kacamatanya tidak begitu nyaman terutama bagi mereka yg berkacamata. This movie is not bad, just forgettable..

6.5 out of 10

Watchmen, watch me...

@Plaza Indonesia XXI, studio 1, Apr 23 2009, 1215 hrs

Film berdurasi 160 mnt ini menceritakan kelompok pembasmi kejahatan di tahun 1940, namun bertindak secara bar-bar terutama tokoh Edward Blake a.k.a The Comedian (Jeffrey Dean Morgan,sekilas mukanya mirip Rober Downey Jr.) dan Walter Kovacs a.k.a Rorschach (Jackie Earle Haley).
Sementara di tahun 1970-an kelompok ini mengalami re-generasi, di mana ada dua tokoh yg mengalami regenerasi yakni Nite Owl dan Silk Spectre.
Dan Dreiberg a.k.a Nite Owl generasi 2 (Patrick Wilson) dan Laurie Jupiter a.k.a silk Spectre 2 (Malin Akerman) yg merupakan anak dari Sally Jupiter (Carla Gugino) dan salah satu anggota Watchmen yang... (SPOILER).
Film dibuka dengan terbunuhnya The Comedian di tahun 1985 setelah kelompok itu bubar, hal ini menggugah Rorschach dengan mengajak para generasi watchmen yang masih tersisa untuk mengungkap misteri di balik pembunuhan itu.

Film ini bukan film untuk semua orang... Tidak seperti film superhero lainnya, di mana mereka bertarung dengan para villain, film ini justru kebalikannya, lebih menceritakan hubungan antara para superhero itu sendiri. Dengan alur yg bolak balik masa lalu (1940-an, 1970-an) dan masa sekarang (1985), sempat membuat gua bingung juga.
Ritme film pun terasa menyenangkan di paruh pertama ditunjang oleh lagu-lagu jadul yang asik banget dan agak menyebalkan di paruh kedua.
Bisa dibilang klimaks film ini makin menurun menuju bagian akhir, justru adegan pembukalah yang paling enak ditonton.
Tokoh the comedian dan Rorschach pas banget sebagai tokoh good and bad, i like them.
Yang gua berasa aneh tokoh Manhattan yg "so lame".... dan adegan di planet Mars.. just cut it off! Terlalu banyak dialog filosofis yang ga jelas di sini...
Setting ceritanya di tahun 1980-an mengenai perang dingin antar Rusia dan Amerika terasa agak "out of date" untuk film-film sekarang yang kebanyakan bercerita tentang terorisme dan lingkungan hidup.
Satu lagi, biasanya sebuah film superhero menceritakan awal mula bagaimana tokoh-tokoh superhero itu dibentuk dan direkrut. Tapi film ini justru menceritakan setelah kelompok superhero itu bubar. Apakah mungkin ada Watchmen Origins : the Prequel?? Hmm.... sepertinya film ini tidak akan pernah dibuat lagi bila dilihat dari perolehan gross domestiknya yang belum balik modal...

Untuk lagu-lagu jadulnya, visual efek, dan juga vigilante action-nya, gua kasih
7 out of 10 stars...

P.S. : kenapa Adrian Veidt a.k.a Ozymandias kaga bertambah tua ya? Padahal dia berasal dari watchmen generasi pertama toh...??
Jadi, Amerika memenangkan perang Vietnam karena Dr. Manhattan.. hihihihihihi.....
Kalau Indonesia Vs Amerika, kita pasti menang karena kuntilanak dan pocongnya beranak, kekekekekekeke...

Mati Suri a.k.a Pocong versi Rizal Mantovani

@Blok M Square 21, studio 4, Apr 17 2009, 1635 hrs

Bercerita tentang Abel (Nadine Chandrawinata) yang akan menikah dengan Wisnu (Yama Carlos) namun dikejutkan dengan munculnya seorg wanita (Tyas Mirasih) yg mengaku telah hamil karena Wisnu.
Langsung saja Abel pun menenggak sebotol pil untuk bunuh diri dan mengalami koma.
Setelah sadar Abel diajak sahabatnya, Charlie (Keith Foo) ke villanya untuk melupakan Wisnu, namun Abel mengalami peristiwa aneh selama menginap di villa tersebut, dan terkuaklah kebenaran yg selama ini terkubur...

Film ini berdurasi 100 menit terasa membosankan selama 1 jam pertama, it's just killing me...
Adegan penampakan hantu ditambah dialog-dialog yang membosankan...
Penggarapan film ini memang mirip sekali dengan karya Rizal lainnya yakni trilogi Kuntilanak, bahkan scoring yg dipakai pun sama, bunyi angklung klantang kluntung yg sering muncul di Kuntilanak pun diperdengarkan beberapa kali di sini, that is so uncreative, Rizal!!!
Belum lagi, kenapa Abel harus dioperasi hanya karena menenggak sebotol pil? Tentunya Abel bukan menderita sakit kanker atau by pass jantung bukan?
Poin penting di film ini hanyalah penggarapan khas Rizal Mantovani yg artistik dan klimaksnya yang cukup berhasil dengan penampilan pocong (lagi-lagi pocong) yg terasa dipanjang-panjangkan karena Rizal memang hanya bisa membangun keseraman yg membosankan di sepanjang film.
Di film ini Rizal mengajak penonton untuk bermain-main dengan logika, ceritanya pun berbaur antara realitis dan mimpi, betul-betul menyebalkan di mana tidak ada konklusi di ending cerita.
Dengan ending seperti itu semakin menegaskan kalau film horror buatan lokal memang tidak memerlukan skrip yg bagus, yang penting bisa membangun adegan yg menyeramkan saja (itupun kalau menyeramkan, heheheheh..).
Terus terang gua tertarik menonton film ini pertama-tama karena posternya yang lebih stylish dibanding film horror lokal lain yang cuman menampilkan gambaran setan wanita berambut panjang. Meskipun tidak orisinil karena mirip dengan poster film The Descent, yang penting tampil beda. Tapi ternyata, isi filmnya tidak ada yg baru..
So.....? so toi.... setidaknya terhibur oleh harga tiket yg cuman ceban dan bioskop yang bagus...

4.5 out of 10 stars...

"The Rock" is racing to the witch mountain

@MPX grande studio 1, Apr 17 2009, 1315hrs

Mengisahkan seorang supir taksi di Las Vegas, Jack Bruno (Dwayne Johnson), yang secara tidak sengaja harus mengantarkan dua orang remaja kakak beradik, Sara (AnnaSophia Robb) dan Seth (Alexander Ludwig). Karena bayaran yg menggiurkan, akhirnya Jack tetap mengantar mereka ke sebuah rumah lapuk di padang gurun, meskipun Jack harus berhadapan dengan petugas pemerintah yang mengejarnya hingga taksinya hancur. Akhirnya kebenaran pun terungkap kalau mereka adalah alien yang sedang yang mencari solusi di bumi untuk menyelamatkan planetnya yg hampir punah.
Trio Jack pun dibantu Dr. Alex Friedman (Carla Gugino) untuk mencari spaceship si alien yang telah ditahan oleh pemerintah di Witch Mountain supaya mereka bisa kembali ke planetnya.

Film aksi fantasi fiksi ilmiah yang berdurasi 100 menit ini mungkin akan menghibur para penonton cilik. Buat penonton dewasa, film ini terasa hambar. Adegan aksi dan visual efek yg ditampilkan memang lumayan, tapi hal tersebut tidak cukup membangun rasa keingintahuan para penonton dewasa untuk mengetahui adegan berikutnya.Tipikal film Walt Disney yang sudah bisa ditebak ending ceritanya...

6 out of 10 stars

14 April 2009

Let's WRESTLE with our life!

@Blitzmegaplex GI, audi 6, Apr 13 2009, 1500 hrs

Film berdurasi 110 menit ini mengisahkan seorang pegulat berusia paruh abad bernama Ram (Mickey Rourke), yg menjalani operasi by-pass jantung, karena penggunaan steroid yg berlebihan. Akibatnya mau tidak mau dia harus berhenti bergulat dan menata hidupnya kembali.
Dia pun menemui anak perempuan satu-satunya, Stephanie (Evan Rachel Wood) yang telah lama ditinggalkannya.
Ram sendiri juga tertarik dengan salah satu stripper langganannya berusia 40 tahunan bernama Cassidy (Marisa Tomei), janda beranak satu. Namun Cassidy rupanya tidak mau menjalin hubungan khusus dengan para pelanggannya. Begitu pula dengan Stephanie yang menolak mentah-mentah kehadiran Ram dalam hidupnya. Lalu bagaimanakah Ram menjalani sisa hidupnya?

Secara umum, film ini tidaklah membosankan. Dengan ceritanya yang simpel, membumi, dan dialog yang mengalir begitu saja; membuat para penonton berpikir jangan sampai mereka mempunyai kehidupan seperti karakter di film ini, tanpa tujuan hidup, tua, dan sendirian.
Akting Mickey Rourke memang patut diacungi jempol, penonton dapat merasakan "kepayahan" dari seorang pegulat uzur yang ngos-ngosan setelah operasi jantung. Marisa Tomei tampak begitu "mudah" memerankan tokoh Cassidy, mungkin karena itulah aktingnya tidak diganjar piala Oscar. Evan Rachel Wood sendiri tidak berakting buruk..
Namun film ini kurang dramatis tidak seperti Benjamin Button, atau Slumdog, apalagi ditambah ending yang membuat penonton bertanya, so what..??

Buat pecinta acara gulat memang perlu menonton film ini, di beberapa adegan gulat memang tidak cocok untuk penonton di bawah umur, termasuk pula adegan di dalam klub stripper.

This movie is all about what people do for their living..

7 out of 10 stars

there's nothing called coincidence, if you are KNOW1NG it

@Plaza Indonesia XXI, studio 1, Apr 13 2009, 1215 hrs

Di tahun 1958, sekelompok anak-anak di sebuah SD diminta untuk menggambar seperti apakah masa depan menurut bayangan mereka, dan hasil gambarnya akan dikubur dalam sebuah tabung di halaman sekolah.
Lucinda Embry, salah seorang siswa perempuan malah menulis sederetan angka yang ia dengar melalui bisikan-bisikan yg tidak jelas dari mana datangnya.
50 tahun berlalu, dan tabung itu pun dibuka, semua gambar dibagikan kepada anak-anak yg bersekolah di sana dan Caleb, salah satu anak menerima hasil coretan Lucinda. Sang ayah , John (Nicolas Cage) secara tidak sengaja melihat kertas tersebut dan merasa penasaran mengenai makna di balik angka-angka tersebut. Dan ia pun menemukan kalau semuanya itu adalah kombinasi tanggal dan jumlah orang yang tewas dalam suatu musibah ataupun bencana dalam 50 tahun terakhir di Amerika. Hampir semua kombinasi angka itu sudah terjadi, namun tinggal segelintir yang belum termasuk satu kombinasi angka misterius yang tidak mengandung banyak orang yang tewas.

Film berdurasi hampir dua jam ini memang tidak mengangkat tema baru dalam perfilman Hollywood, bisa dibilang jalan ceritanya merupakan perpaduan beberapa film bertemakan bencana termasuk Final Destination.
Tapi yg jelas, film ini lebih condong ke drama seperti Deep Impact namun memiliki visual efek yg bisa memanjakan mata. Dari segi akting, Nicolas Cage tampak pas (dilihat dari beberapa film terakhirnya), memerankan orang yang hopeless (mungkin karena wajahnya yang sudah tua termakan usia).
Memang ada beberapa alur cerita yg perlu ditanyakan mengapa "orang-orang" tersebut harus menunggu sampai 50 tahun?
Apa tujuannya batu-batu hitam (yang mungkin milik Ponari??) yang diperlihatkan sepanjang film?
Film tertata cukup rapi dari awal sampai menjelang ending, dan buat penonton yg sering menonton film sci-fi thriller, ending dari film ini bukan sesuatu hal yg mengejutkan. Sepertinya sang penulis cerita "menyerahkan" ending-nya kepada "hal" tersebut begitu saja, di mana hal religi bercampur dengan ilmu pengetahuan fiktif, tentunya tidak bisa ditulis di sini karena akan menjadi spoiler. Hehehehehe...
Mungkin ending inilah yang membuat penonton Hollywood agak menjauhi filmnya.

So, jangan lupa untuk menonton film ini di bioskop dengan tata suara maksimal dan layar yang lebar supaya Anda dapat menikmati film ini dengan lebih maksimal pula..

One thing for sure, we cannot stop the armageddon cause it's already written...

7 out of 10 stars, untuk visualisasinya...

Are you a TRAITOR or follower?

@Setiabudi 21, studio 2, Apr 10 2009, 1510 hrs

Film berdurasi 105 menit ini bercerita tentang seorang muslim berkulit hitam asal Sudan bernama Samir (Don Cheadle).
Di masa kecilnya, dia harus menyaksikan sang ayah yg meledak di dalam mobil di halaman rumah mereka. Setelah dewasa Samir bekerja sebagai perakit bom yg dijual kepada orang-orang yg bisa membayar, termasuk para teroris.
Dalam sebuah transaksi di Yaman , Samir tertangkap oleh agen FBI Clayton (Guy Pearce) dan Archer (Neal McDonough) dan dijebloskan penjara di sana. Namun dia berhasil kabur bersama Omar yang merupakan kaki tangan teroris Nathir yang selama ini dicari-cari oleh FBI. Setelah itu Omar pun diangkat menjadi perakit bom untuk Nathir sementara FBI masih terus memburunya.

Sepertinya Hollywood tidak akan berhenti membuat film-film seperti ini selama teroris masih menginjakkan kakinya di muka bumi.
Akting semua aktor utamanya memang mendukung karakternya masing-masing. Dari segi cerita film ini cukup menarik, ada sedikit twist di tengah cerita, namun sayang dalam hal klimaks dan adegan aksi masih di bawah The Kingdom ataupun Vantage Point, sehingga film ini dengan mudah dilupakan begitu saja.

Warning : film ini hanya cocok bagi penonton yang menyukai film-film dengan tema teroris dan politik saja!
Apalagi dalam beberapa adegan dan dialognya menyiratkan sebuah sentimen negatif terhadap agama tertentu, namun ditutup dengan sebuah ending yg netral dalam porsi yg pas.

6.5 out 10 stars

07 April 2009

Dragonball loses its adventure...

@Puri XXI, Studio 5, April 7 2009, 1745 hrs

Terus terang, gua bukan anime-fans termasuk DragonBall yg satu ini, jadi gua tidak menulis panjang lebar tentang perbedaan versi anime dan layar lebar, seperti halnya fans Harry Potter yg membandingkan kedua versinya.
Film berdurasi 85 mnt ini berkisah tentang Goku yg tinggal bersama Gohan kakeknya, di mana tiap hari ia berlatih ilmu kanuragan untuk mengeluarkan jurus kamehameha, namun tidak pernah berhasil. Sang kakek selau mengingatkan dia untuk percaya pada diri sendiri bila ingin berhasil.
Di malam ulang tahun yg ke-18 belas, hidup Goku berubah, sang kakek tewas karena ulah Piccolo, makhluk luar angkasa yg kembali ingin menguasai bumi setelah 2000 thn "dikarantina".
Keesokan harinya dia bertemu dengan Bulma yg menuduhnya telah mencuri dragon ball miliknya.
Petualangan mereka mencari dragonball dengan bantuan alat detektor milik Bulma pun dimulai
(kalau memang bisa disebut petualangan), yang dimulai dengan pertemuan dengan Master Roshi (Chow Yun Fat), sesuai dengan amanat Gohan sebelum meninggal.

Sebagai "orang awam", gua merasa kurang sreg, dengan perpindahan setting yg terasa dipaksakan.
Dengan setting jaman futuristik, di mana goku tinggal di daerah pedesaan dan bersekolah di SMU yg modern untuk ukuran "pedesaan", kemudian diselingi adegan Goku dan Chi-chi (love interest-nya) di sekolah, gua merasa masih asik-asik aja, seperti menonton sky High....
Keanehan mulai terjadi ketika Goku mencari master Roshi di daerah perkotaan bersama Bulma,
melintasi padang gurun, dan akhirnya kejeblos di lubang kedalaman 20 meter, dan tuinggg.... tiba-tiba muncul Yamcha... Mereka pun bersama-sama menggali lubang itu, sampailah ke dalam pusat bumi yg penuh lahar dan makhluk aneh. Dan akhirnya mereka keluar lagi... bertemu Piccolo di sebuah daerah "middle earth", goshh.... betul-betul tidak mulus...
Chemistry antara Goku dengan chi-chi terasa sangat kurang, apalagi Bulma dan yamcha...oh noooo... please cut it off!
Karakter Roshi yg (sepertinya) harus lucu, gagal total diperankan oleh Chow yun Fat!

Ketika membaca interview dengan James Wong selaku director di Cinemags, gua bisa memahami kalau Wong ingin menvisualisasikan filmnya secara "global" dengan cast "warna-warni" mulai dari orang bule, asia, sampai kulit hitam. Namun sayang semuanya kebablasan, Wong betul-betul kurang piawai mencampur adukkan semua itu dalam film yg seharusnya lebih mengedepankan sebuah petulangan. Journey to the centre of the earth jauh lebih baik daripada film ini!
Aneh rasanya melihat pakaian futuristik ala Power rangers di film ini, sementara Goku mengenakan "pakaian kebesaran" berwarna oranye tanpa alasan yg jelas di akhir cerita.
Belum lagi para aktor-aktris yg tampak terlalu tua untuk memerankan remaja berusia 18 thn, mungkin perlu ada versi DragonBall : College Year! Ambisi Wong untuk meng-"globalisasi"-kan film ini hanya terlihat pada judulnya EVOLUTION.
Mungkin dia berharap para penonton memaklumi semua hal di atas karena Dragonball memang telah ber-evolusi versi James Wong! Last but not the least... Fox benar-benar bodoh mengeluarkan biaya 100 juta dollar untuk film ini!
Sebelumnya (ketika melihat trailer-nya yg cheesy), gua berpikir akan memberi 4 bintang, ternyata visual efek kamehameha terlihat bagus, so...i give..

5 out of 10 stars


Warning : Sangat menghibur untuk mereka di bawah 12 tahun.. Tapi buat yg di atas 18 tahun, hmmm... but hey there is always a boy inside a man... hehehehhehe..


When chinese want to rule Japan in Shinjuku.....

@Puri XXI, Studio 1, April 7 2009, 1445 hrs

Berkisah tentang banyaknya orang Cina daratan yg menyusup ke daratan Jepang di awal 90-an karena latar belakang ekonomi Cina yg buruk pada waktu itu. salah satunya adalah Steelhead (Jackie Chan) yang mempunyai misi pribadi mencari Xiu-Xiu pacarnya yg "hilang", setelah merantau sekian lama ke Jepang dan tak ada kabarnya lagi.
Di Jepang dia tinggal bersama para imigran gelap dari Cina lainnya di rumah sewaan, kesemuanya bekerja serabutan mulai dari tukang sampah sampai tukang ngutil. Dia juga bertemu dengan wanita bernama Lily yg bersimpati padanya.
Ternyata tidak mudah hidup di negeri orang, meski sama-sama berkulit kuning orang jepang menggangap orang Cina adalah sampah masyarakat, sehingga sering terjadi konflik horizontal antara keduanya, ditambah lagi konflik antara dua kubu Yakuza yg memperebutkan posisi pimpinan baru.
Shinjuku sendiri adalah sebuah distrik milik Yakuza yg dikendalikan oleh geng asal Taiwan yg membenci orang-orang Cina daratan.
Mau tidak mau Steelhead dan kawan-kawan pun terjebak dalam situasi tersebut, yg pada akhirnya membawa mereka ikut terlibat langsung dalam konflik.

Film berdurasi dua jam ini memang sebuah film drama murni yg sarat moral dan (lagi-lagi) stereotip terhadap ras tertentu.
Sudah menjadi rahasia umum, bila para imigran gelap di negara manapun akan membentuk komunitas sendiri dan dicap sebagai parasit oleh masyarakat negara tujuan. Tak ayal lagi, kalau film ini ingin bercerita banyak tentang konflik horizontal yg dialami imigran gelap asal cina daratan di kawasan Shinjuku khususnya. Sudah barang tentu film ini akan di-banned oleh pemerintah cina sendiri.
Dari segi cerita, film ini bukanlah tipikal Jackie Chan pada umumnya, jadi jangan berharap ada adegan dan mimik yg konyol, apalagi memamerkan jurus kungfunya.
Yang pasti film ini sangat Jackie Chen-tris.. dibuka dengan opening credit, producer dan excecutive producer (yg mana adalah Jackie sendiri), kemudian starring by Jackie Chan (tanpa ada nama aktor/aktris lain), dan directed by Derek Yee...
Dari segi akting, film ini jelas di atas rata-rata, Daniel Wu sebagai pengecut Jie sangat pas memerankannya.. begitu pula aktor pendukung yg seabreg. Sayang, aktris pendukungnya (Xiu-xiu dan Lily) kurang mendapat sorotan utama, sehingga dapat dengan mudah "dihilangkan" begitu saja dari alur cerita.

Film ini tidak cocok untuk anak kecil karena adegan aksi dan kekerasan di dalamnya yg cukup sadis... dan untuk mereka yg berpikir bahwa ini adalah film keluarga dan lucu-lucuan Jackie Chan di mana Jackie akan beraksi one man show, definitely not at all!

7 out of 10 stars

When the latinos become furious... (fast and furious 4? or should i say fast and furious 2??)

@Puri XXI, Studio 2, April 7 2009, 1230 hrs

Film berdurasi 100mnt ini bisa dibilang adalah sekuel dari yg pertama (karena yg kedua dan ketiga ga nyambung). Dibuka dengan opening scene sebenernya ga terlalu nyambung dgn inti cerita tapi mudah ditebak, yang penting diakhiri dengan BUMMMMM....dan penonton pun puas...
Berkisah tentang Braga, seorang bandar narkoba dari Meksiko, mencari "supir-supir" baru untuk mengantar barang haramnya melewati perbatasan AS-Meksiko. Pencarian "supir-supir" dilakukan melalui sebuah perlombaan balap mobil melewati jalan-jalan Los Angeles, dan pengemudi yg sampai duluan di garis finish, dialah yg terpilih menjadi "supir" Braga. Lagi-lagi FBI menyelundupkan agennya Brian (Paul Walker) ke dalam perlombaan itu.
Di sana Brian pun bertemu Dominic Toretto (Vin Diesel), yang mempunyai alasan pribadi...
Mengapa Dominic mengikuti perlombaan itu? Apakah Dominic akan membantu dengan Brian menangkap Braga? Saksikan di bioskop-bioskop terdekat kesayangan anda!

Dari segi cerita, gua lebih prefer yang satu ini dibandingkan yg pertama. Dari segi aksi, Justin Lin berhasil membawa film ini setidaknya selevel atau bahkan lebih tinggi dibandingkan yang pertama.
Good job, Mr. Lin! Namun, film ini masih menyisakan sebuah stereotip negatif untuk para latinos yg identik dengan bandar narkoba. Tokoh Braga di sini digambarkan sebagai seorang robin hood, yg menjual narkoba dan uangnya disumbangkan untuk gereja di kotanya.

Soal akting? Standar lah... Film ini benar-benar milik tokoh Dominic, Brian, dan Braga.
Karakter Mia Toretto (Jordana Brewster) menjadi tidak penting di film ini, setidaknya penonton masih terhibur dengan kehadiran tokoh yg baru, Gisele (Gal Gadot), ajudan cewek Braga. So, just enjoy the racing cars...

Jangan dilupakan pula pesan sponsor dari Castrol engine oil!

For the fun and excitement, i give 7 out 10 stars...

It is written that a slumdog boy becomes a millionaire....

@Blitzmegaplex GI, Audi 1, Mar 16 2009, 1300 hrs

Film berdurasi 2 jam ini mengisahkan seorang remaja bernama Jamal (Dev Patel) yg hampir meraih uang senilai 20 juta rupee dalam acara Who wants to be a millionaire yg dipandu oleh Kumar (Anil Kapoor). Namun ketika ia mencapai level 10 juta rupee, waktu permainan habis dan harus dilanjutkan beberapa hari lagi. Ketika dia pulang, tiba-tiba dia diculik dan ditangkap polisi karena dicurigai telah bermain curang dalam acara itu. Di sinilah cerita ini bermulai...
Bagaimana Jamal bisa menjawab semua pertanyaan dan mencapai level 10 juta rupee.

Gua tidak mempunyai ekspektasi apa-apa ketika menonton film ini, karena review dari beberapa temen di milis ini yang mengatakan film ini biasa-biasa aja. Well... meskipun gua belum menonton 3 nominasi lainnya (Frost/Nixon, Milk, the Reader), gua setuju bila film ini lebih baik daripada Benjamin Button karena mempunyai alur cerita yg lebih membumi.

Kehidupan kawasan kumuh mumbay (india) dan anak-anak jalanan begitu gamblang dan luwes diceritakan di sini.
Ironisnya, film ini dibuat oleh sutradara bule asal inggris (plus co-director orang india).
Apakah kita juga memerlukan sutradara non-lokal untuk membuat film-film seperti ini, yang notabene latar belakang ceritanya bisa kita jumpai dengan mudah di bantaran kali ciliwung kota jakarta?
Mungkin ini yang membedakan produksi lokal yg bertemakan sama (ingat film SEPULUH??) dengan film ini, karena Slumdog begitu hidup dan mengalir... lengkap dengan karakter yg jelas di dalam sebuah isu sosial yang diramu dengan sedikit bumbu komedi dan tentunya percintaan...

Bahkan penonton dapat tertawa lepas, ketika adegan Jamal "menyeburkan" dirinya hanya untuk mendapatkan tanda tangan aktor idolanya, Amitabh Bachchan.

Gw pribadi juga setuju bila Scoring hasil aransemen AR Rahman memenangkan kategori ini di ajang Oscar, karena scoring-nya begitu hidup dan bombastis untuk masuk ke setiap adegan, sehingga adrenalin penonton pun terbawa. Jadi, bukan cuman soal scoring yg elegan atau tidak. Meskipun gua pikir kalau lagu Jai-Ho terlalu biasa, bagusan Kuch Kuch Hota Hai kalee...

Memang ada adegan yg patut dipertanyakan, seperti Jamal dan Salim yg dapat dengan mudahnya menjadi "guide tour" palsu di Taj Mahal. Dari mana Salim mendapatkan senjata?
Tidak heran memang, bila pemerintah india mengecam film ini, karena akan memberikan gambaran buruk terutama untuk wajah pariwisata india.
Plus, slogan adegan pro-amerika, yg menggambarkan bahwa (orang-orang) amerika dermawan terhadap negara ketiga.

Pemeran Jamal dan Salim kecil bermain pas (selevel dgn Laskar Pelangi), di mana Salim digambarkan sebagai orang yg mau melakukan apa saja demi uang namun masih sayang adiknya, dan Jamal adalah tipe orang yg berjuang demi mencapai keinginannya...
Tak dilupakan juga karakter Kumar yg ga mau acaranya rugi....

Dan film pun ditutup dengan ending yang.. all i just could say : everyone is happy and hollywood loves it!!

So, final question in who wants to be a millionaire, "how did Slumdog millionaire win the oscars?"
A. It's better than other nominees
B. The jury of Academy like to dance with indian songs
C. The jury of Academy never see a slumdog's life
D. It's written


8.5 out of 10

When ping-pong goes crazy! a.k.a Balls of Fury

@Puri XXI, studio 8, Mar 7 2009, 1915 hrs

Film berdurasi 85 mnt yg udah basi ini betul-betul ancurrrr. Dengan penonton yg mengisi 1/4 dari kapasitas studio, hampir tak bisa tertawa dengan jokes nya yang memang tidak lucu.
Tidak ada yg berkesan di film, sampe gua males nulis review panjang-panjang. Cuman pas adegan pertandingan ping-pongnya aja yg menarik untuk dilihat.

4 out of 10 stars, what a waste! Seharusnya ntn accuracy of death aja!

*Bete karena semua film jelek beredar di bioskop*