16 Februari 2010

Percy Jackson and the half-blood Gods


@Puri XXI, studio 2, Feb 15th 2010, 1915 hrs

Percy Jackson (Logan Lerman) mengetahui dirinya adalah anak dewa laut dari Yunani, Poseidon (Kevin McKidd), setelah ia diserang gurunya sendiri, Mrs.Dodds yg tiba-tiba berubah wujud menjadi monster yg mengerikan di dalam museum. Mrs.Dodds memintanya agar mengembalikan tongkat petir sang pemimpin para dewa, Zeus (Sean Bean) yg telah dicuri, padahal Percy sama sekali tidak tahu menahu. Peperangan antar Zeus dan Poseidon akan berlangsung bila tongkat itu belum dikembalikan sampai tanggal yg telah ditentukan. Akhirnya Mr. Brunner (Pierce Brosnan) dan temannya Grover (Brandon T.Jackson) mengajak Percy ke sebuah perkemahan khusus manusia keturunan "campuran" manusia-dewa atau demi-god. Mr. Brunner ternyata berwujud asli Chiron, makhluk setengah manusia dan setengah kuda alias Centaur; sedangkan Grover adalah makhluk Satyr (setengah manusia dan setengah kambing). Namun ibu Percy, Sally Jackson (Catherine Keener) diculik oleh minotaur piaraan dewa alam kematian Hades (Steve Coogan), ketika dalam perjalanan menuju perkemahan. Akibatnya Percy, Grover, dan teman satu kamp-nya Anabeth (Alexandra Daddario) yg merupakan anak dewi Athena mengadakan sebuah perjalanan menuju dunia bawah tanah milik Hades untuk membebaskan ibu Percy.....

Sebuah film yg sangat menghibur penonton cilik namun menimbulkan banyak pertanyaan bagi penonton dewasa. Tidak terlalu jelas kapan anak-anak keturunan dewa itu harus masuk ke perkemahan, karena dalam film ini diceritakan Percy "diungsikan" setelah diserang oleh gurunya sendiri. Perkemahan "khusus" itu dihuni oleh banyak remaja keturunan dewa-dewi, yg berarti ada anak lain dari Poseidon selain Percy?? Apa sebenarnya tujuan didirikan perkemahan itu sehingga mereka berkostum ala romawi di dalam sana? Kenapa mereka tidak dipersenjatai senapan, bom, atau sesuatu yg lebih canggih daripada pedang-pedangan doank?? Senapan lebih berbahaya daripada pedang? Padahal dalam salah satu adegan Percy terluka oleh pedang Anabeth... Kenapa Percy yg dituduh oleh Zeus? Kenapa Zeus tidak menuduh Hades saja yg mencuri tongkat petirnya? Zeus itu kan ketuanya para dewa, masa sih dia ga punya kemampuan menerawang? Emang Mama Laurent jagonya.... Apakah Hades tidak mempunyai anak? Mengapa Zeus tidak sekalian melarang "perkawinan" antara dewa dengan manusia, daripada melarang para dewa menjenguk anaknya sendiri? Apakah dewa-dewi sudah makin berkurang keanggotaan sehingga sulit mendapatkan keturunan? hehehehehhe.... Ngapain yah si Zeus dan Poseidon pake acara ketemuan di pelabuhan padahal di Olympus mereka juga bisa ngobrol? Cape dehhhhh......

Belum lagi, banyak adegan yg "memudahkan" segala sesuatu untuk terjadi seperti di film kartun. Well, tampaknya penulis skenario film yg berdurasi 120 menit ini gagal menvisualisasikan novel ke dalam layar lebar sehingga timbul semua pertanyaan di atas... Sebagai perbandingan, Harry Potter yg juga diangkat dari novel mempunyai eksekusi yg jauh lebih baik daripada Percy Jackson. Sangat disayangkan memang mengingat Chris Columbus juga menyutradarai dua film pertamanya. Visual efek yg ditampilkan terbilang standar untuk ukuran film hollywood, namun perwujudan makhluk minotaur masih terlihat kasar. Well, penampilan Uma Thurman di film ini cukup menarik perhatian, and i don't mind with Hades' rocker style! Ada dua hal baru yg gua dapatkan dari film ini, kalau Olympus itu bukan di Yunani melainkan di Empire State Building, dan di Los Angeles terdapat akses menuju alam bawah tanah, oke lah kalo begitu....

i give a 6.5 out of 10 stars with an excuse, because it's entertaining stupidly!

In Paris with Reese and Wax


@Puri XXI, studio 7, Feb 15th 2010, 1715 hrs

James Reese (Jonathan Rhys Meyers) adalah asisten dubes Inggris yg mendapatkan partner baru dari Amrik, Charlie Wax (John Travolta) untuk menangani sebuah kasus yg belum jelas baginya. Dimulai dari Wax yg menyelundupkan senjata lewat botol minuman keras yg ilegal di perancis sampai terlibat dalam kasus narkoba yg melibatkan orang Cina dan orang timur tengah. Sebetulnya apa sih tujuan Wax datang ke paris? Well, saksikan sendiri film yg ditulis Luc Besson dengan embel-embel "from the director of TAKEN" ini.

Mau tidak mau, kebanyakan orang yg telah menonton Taken akan membandingkannya dengan film ini, apalagi Taken juga ditulis oleh Luc. Terus terang, adegan aksi di film ini memang tidak ada yg memorable, but this is not a bad movie either. It's light and entertaining, with a little twist for the ending. Tadinya gua berharap, film ini akan dibuka dengan opening action scene, ternyata tidak... Taken dari segi cerita dan aksi masih di atas film ini. Namun "chemistry" antara John Travolta yg berpenampilan urakan dengan Rhys yg terlihat "santun" terjalin baik. Tentunya orang Inggris memang sering digambarkan lebih konservatif dibandingkan orang Amrik yg seenaknya. Meskipun tidak begitu jelas posisi Wax di film ini sebagai apa, entah polisi, CIA, atau FBI. Buat gua sih, Travolta di sini lebih mirip seorang mucikari. Akhir kata, film berdurasi 95 menit ini masih pantas untuk dijadikan "guilty pleasure action movie" anda.

6.5 out of 10 stars

Rebutan segel kerajaan ala 14 blades

@Puri XXI, studio 6, Feb 15th 2010, 1525 hrs

Jin Yi Wei adalah sebuah pasukan khusus yg anggotanya direkrut dari anak-anak jalanan yang ditempa secara keras dan bergerak langsung di bawah perintah raja termasuk perintah untuk membunuh. Namun bagaikan pisau bermata dua dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan kejahatan.
Setiap prajurit Jin Yi Wei memiliki 14 pedang yg terdiri dari 8 pedang untuk menyiksa lawan, 5 pedang untuk membunuh, dan 1 pedang untuk bunuh diri bila misi yg dijalankan gagal.
Qing Long (Donnie Yen) adalah kepala pasukan Jin Yi Wei, mendapat perintah dari kasim istana Jia Jing Zhong (Law Kar-Ying) untuk menangkap Zhao Zhenyan yg telah dituduh menyimpan kotak berisi bukti-bukti pemberontakan. Sesampainya di rumah Zhao, Qing Long mengetahui ternyata kotak yang akan direbutnya berisi stempel resmi kerajaan. Akan sangat berbahaya jika stempel itu jatuh ke tangan pemberontak karena semua surat yang dicap dengan stempel itu berarti surat resmi perintah kaisar dan harus dituruti. Rupanya Jing Zhong telah merencanakan ini semua bersama dengan Xuan Wu (Qi Yuwu), salah satu anak buah Qing Long sendiri dan mereka pun berhasil merebut segel tersebut dari tangan Zhao. Keadaan menjadi berbalik, Qing Long dituduh mencuri stempel kerajaan dan menjadi buronan. Jing Zhong berencana menjual segel tersebut kepada pangeran Qing (Sammo Hung), salah seorang saudara raja yg ingin membalas dendam karena telah diasingkan (dulu pernah melakukan rencana pemberontakan).

Untuk membersihkan namanya, Qing Long harus bisa menemukan stempel kerajaan kemudian menyerahkan kepada Kaisar. Demi penyamarannya, Qing Long menyewa perusahaan pengantar/kurir yang dipimpin oleh Jiao Zhong (Wu Ma) untuk mengantarnya mengejar komplotan Xuan Wu. Dalam perjalanannya, Qing Long menjalin hubungan dengan putri Jiao, Qiao Hua (Vicky Zhao), bertemu dengan gerombolan perampok Judge (Wu Chun), sampai dikejar-kejar wanita yg berilmu silat tinggi, Tuo-Tuo (Kate Tsui).

Terus terang aja film berdurasi 115 menit ini juga mempunyai alur perkenalan tokoh yg kurang mulus, yang banyak dialami oleh film silat mandarin pada umumnya. Penonton awam yg tidak begitu mengerti bahasa mandarin dan sejarah akan bingung mengindentifikasi tokoh-tokoh yg ada. Apalagi terjemahan subtitle di bioskop tidak terlalu sempurna. Munculnya tokoh Tuo-tuo semakin membuat penonton bingung, sebenarnya suruhan siapa si cewek bayangan ini?? Ternyata dia adalah putri Pangeran Qing sendiri. Belum lagi, tokoh "Judge" yg kerjanya suka ngintip melalui teleskopnya, sebetulnya kurang penting untuk ditampilkan hanya untuk memperpanjang durasi dgn menambah action-scene. Kostumnya yg memamerkan puser dan gaya rambutnya mengingatkan gua dengan pada kapten Jack Sparrow. At least, film ini masih jauh lebih baik daripada Treasure Hunter yg betul-betul ancur dalam penokohan. Dari segi akting, Donnie Yen memang pas memerankan Qing Long, sedangkan Vicky zhao terlihat tua, mungkin dia capek karena harus kejar tayang sampai 3 film dalam setahun dengan genre yg sama pula. Sayang, chemistry di antara mereka berdua kurang terbangun dengan baik. Plus, terasa agak aneh, tokoh Qiao Hua yg terlihat senang padahal ia sedang menjadi tawanan Qing Long.
Film tentang pasukan khusus raja yg bersetting di akhir dinasti Ming sudah pernah difilmkan beberapa kali sebelumnya di tahun 80-an dan 90-an.
Pengalaman Daniel Lee sebagai sutradara yg pernah menggarap Three Kingdoms (2008) rupanya tidak sia-sia dalam memadukan unsur koreografi, scoring dan visual efek dengan baik. Hal lain yg cukup menarik adalah setting bernuansa timur tengah ketika tokoh Judge muncul menjelang akhir cerita. But somehow, gua merasa judul "14 blades" kurang tepat karena hanya sedikit adegan yg memperlihatkan Qing Long menggunakan ke-14 pedang miliknya, kecuali pedang terakhir yg digunakan dalam pertarungan terakhir....

Nice to watch, even confused about some characters.... 7 out of 10 stars..


09 Februari 2010

A beautiful Haeundae beach

@Blitzmegaplex GI, audi 8, Feb 8th 2010, 1645 hrs

Film ini bersetting di daerah Haeundae, merupakan kawasan pantai teramai di semenanjung Korea, pinggiran kota Pusan. Sekitar 1 juta orang berkunjung ke sana setiap musim panas.
Secara garis besar menceritakan dua kubu keluarga di dalamnya. Ada Man-shik (Sol Kyung-gu) dan Yeon-hee (Ha Ji-won) yg membuka usaha rumah makan di pesisir Haeundae. Keduanya saling suka, tapi ada rahasia yg disimpan oleh Man-shik mengenai kematian ayah Yeon-Hee pada waktu kejadian tsunami Asia Tenggara 5 tahun lalu. Kemudian ada ibu Man-Shik yg tidak pernah suka dengan Yeon-hee. Ada paman Man-shik, seorang pengusaha tua yg ingin membangun kawasan super blok di Haeundae. Ada teman Man-shik yg bloon dan kurang beruntung.
Cerita kedua berpusat pada seorang ahli gempa, Kim-Hwi (Joong Hoon-Park) yg gagal dalam pernikahannya dan mempunyai seorang anak perempuan yg dirahasiakan oleh istrinya sendiri. Dari hasil penyelidikannya, dia menemukan kalau akan terjadi tsunami di perairan Haeundae dan dalam 10 menit pemerintah harus mengevakuasi 1 juta orang yg seang berlibur di kawasan tersebut!

Bukan film korea bila tidak ada drama di dalamnya, bisa jadi penonton akan merasa bosan selama sejam pertama. Memang harus diakui ada adegan ala serial tivi korea yg sebetulnya tidak perlu ditampilkan sehingga film berdurasi 110 menit ini bisa diperpendek. Well, at least film ini berhasil melibatkan emosi penonton di mana drama dan komedi bercampur jadi satu. Beberapa adegannya mengingatkan kita pada film Deep Impact. Visual efek yg ditampilkan sudah baik mengingat film ini "mengadopsi" tim visual efek dari Hollywood.
Namun ke-absurd-an alur cerita untuk film seperti ini tetap tidak bisa dihindari, mungkin penonton akan bertanya-tanya "koq bisa selamat yaaa, padahal kan....". Banyak adegan yg dipertanyakan secara logika seperti sinyal HP yg masih hidup selama bencana terjadi atau penumpang kapal pesiar yg dapat diselamatkan dalam situasi seperti itu. Bedanya dengan Hollywood, semua ke-absurd-an itu ditampilkan lewat karakter yg lebih membumi dan less-heroic, tidak se-bombastis film 2012 di mana tokoh utamanya bisa selamat dari serbuan semua "bencana".

Haeundae mungkin bukan film disaster terbaik yg pernah ada, tapi setidaknya film ini bukan film bencana dengan cerita kosong. Sineas Korsel sudah membuktikan kalau memang film lokal (dengan bantuan SDM hollywood tentunya) mereka bisa bersaing dengan produk luar. Ini terbukti kala film ini dinobatkan sebagai film terlaris 2009 di Korea Selatan yg dapat menyedot 20 persen pasang mata dari jumlah penduduk negara itu.

7 out of 10 stars...

Universal Soldier : Regeneration

@Blitzmegaplex GI, Audi 4, Feb 8th 2010, 1445 hrs

Teroris Rusia yg dipimpin oleh Topov (Zahary Baharov) mengambil alih reaktor nuklir Chernobyl dan mengancam akan meledakkan reaktor yg masih tersisa. Tidak hanya itu, mereka juga menculik kedua anak presiden Rusia dan bekerja sama dengan Dr.Colin yg mengembangkan proyek universal soldier yg diberi nama spesimen NGU (Andrei Arlovski). Tuntutan kepada pemerintah Rusia hanya satu, membebaskan semua tawanan politik. Pemerintah Amerika pun mengirimkan bantuan dengan 4 prajurit uni-sol dari generasi pertama untuk menghadapi NGU, namun kesemuanya gagal, akhirnya dikirimlah Luc Deveraux (JCVD) yg sedang menjalani proses "recovery" oleh Dr. Sandra Flemming. Sementara itu, Dr. Colin juga "mengaktivasi" kembali Andrew Scott (Dolph Lundgren).

Oke, kesan pertama ketika melihat pemunculan JCVD (gua bahkan ga inget kapan terakhir menonton filmnya di bioskop), he looks so old dengan semua keriputnya, begitu pula Dolph Lundgren. Well, ada film-film tertentu yg memang direncanakan untuk dibuat sekuelnya atau "butuh" banget sekuel, tapi hal itu tidak berlaku untuk film yg berdurasi sekitar 95 menit ini. Sebetulnya alur cerita film tidak jelek, meski agak basi (teroris melulu, rusia pula, what is it always the Russians??).
Entah suntikan apa yg diberikan oleh para dokter ilmuwan sehingga Luc bisa lebih kuat dari 4 uni-sol yg dengan mudah dihabisi oleh NGU. Yup... keempat uni-sol itu betul-betul sangat mudah dihabisi, tonjok sana-sini, trus ditusuk, mengingat NGU ini memang dilengkapi pisau belati yg bisa dimunculkan lewat tangannya seperti robot T-1000. Agak membingungkan kenapa suntikan itu tidak diberikan kepada 4 uni-sol lainnya juga yah??
Jelas-jelas nama JCVD dan Doplh dijual demi mendulang dollar, itu pun kalau film ini laris di pasaran, mengingat film ini langsung rilis dalam bentuk DVD di negeri paman Sam. Apalagi tokoh Andrew Scott yg terasa dipaksakan muncul demi menandingi Luc.
Mungkin tokoh yg paling menggangu di film ini adalah dua anak presiden Rusia yg diculik teroris. Mulai dari pertama kali diculik, mereka sama sekali tidak melakukan perlawanan, sampai mereka diselamatkan oleh Luc, kerja mereka hanya bermain kucing-kucingan, lari sana-sini menghindari NGU dan Andrew, tanpa ada dialog secuil punyg keluar dari mulut mereka, what the heck??
Adegan tembak-menembak antara tentara Amerika dengan para teroris di gudang nuklir mengingatkan kita pada permainan Counter Strike, kostum tentaranya mirip loh!

5.5 out of 10 stars buat hiburan layar televisi rumah Anda!

Nic Cage, a very bad lieutenant...


@Blitzmegaplex GI, audi 1, Feb 8th 2010, 1200 hrs

Terence McDonagh (Nic Cage), adalah seorang polisi pecandu narkoba dan judi yg bertugas di daerah New Orleans. Ketika dia menyelamatkan seorang napi yg terjebak banjir badai Katrina di dalam penjara, dia mengalami trauma tulang belakang, untungnya pangkat McDonagh dinaikkan dari sersan menjadi letnan. 6 bulan kemudian, dia menangani kasus penembakan satu keluarga kulit hitam yg dilakukan oleh gembong narkoba. Dalam menangani kasus penembakan itu, McDonagh melakukan kesepakatan dengan gembong Big Fate, di mana McDonagh menjamin kelancaran semua transaksi narkoba dengan imbalan sekian persen dari transaksi plus barang haram itu sendiri. Problema keluarga yg kacau, kebiasaan buruk pribadi bercampur dengan kewajibannya sebagai seorang polisi, McDonagh juga terlibat asmara dengan Frankie (Eva Mendes), seorang pelacur yg sering mengalami "kesialan" ketika melayani customer-nya. Imbalan yg diterima akan dibayarkan McDonagh untuk melunasi utang-utang judinya sekaligus membantu Frankie. Lalu bagaimanakah akhirnya? Apakah McDonagh akan terus-terusan "berperan ganda"?

Sebuah potret hitam putih seorang penegak hukum, di mana godaan akan uang dan wanita bertolak belakang dengan kewajibannya. Sayang sekali, sebuah premis cerita yg bagus namun "lamban" dalam eksekusi. Hampir tidak ada klimaks di film. Akting Nic Cage sendiri memang tidak jelek. Val Kilmer yg sudah lama tidak muncul dalam layar lebar tampaknya gagal mengobati kerinduan para penggemarnya, mengingat perannya di film ini kurang begitu penting.
Chemistry antara Cage dan Mendes cukup baik, meskipun tidak perlu seorang Eva Mendes untuk memerankan tokoh Frankie. Sedikit bumbu komedi satir bisa membuat penonton tertawa ditambah penggambaran halusinasi yg dialami McDonagh ketika dia sedang "fly high". Moral yg ingin disampaikan cukup berhasil, membuat kita berpikir dua kali "should we do a little dirty thing to survive?" Tapi tentu saja, apa yg dilakukan oleh McDonagh bukan sekedar little dirty thing lagi. Ending yg ditampilkan pun rupanya terlalu baik dan mendukung pernyataan di atas. Film ini sedikit tertolong oleh scoring yg bernuansa "southern new orleans". Dengan alur yg lambat dan hampir tidak ada klimaks, film berdurasi hampir dua jam ini lebih cocok dijadikan konsumsi HBO movie, mungkin saja para juri Golden Globe akan meliriknya sebagai nominator film tivi terbaik. Zzzzz.....

6 out of 10 stars

01 Februari 2010

My Dad takes a revenge on my murderer

@Season City XXI, studio 1, Jan 31st 2010, 1650 hrs

Film berdurasi 110 menit yg didaur ulang dari mini seri tahun 1985 mempunyai alur alon-alon asal kelakon.
Thomas Craven (Mel Gibson) adalah polisi Boston yg mengalami musibah ketika putri satu-satunya, Emma (Bojana Novakovic) ditembak tepat di pintu depan rumah mereka. Thomas yg merasa tidak punya musuh sangat merasa yakin kalau penembakan itu memang ditujukan kepada anaknya. Insting polisinya pun bekerja untuk menyelidiki kasus tersebut mulai dari orang-orang yg berkaitan dengan kehidupan Emma, termasuk kekasihnya Burnham (Shawn Roberts), sampai pimpinan perusahaan Northmoor tempat Emma magang, Jack Bennett (Danny Huston). Tidak hanya itu, Thomas juga kedatangan sosok misterius, Jedburgh (Ray Winstone).

Banyak yg berpikir bila film ini mirip dengan Taken yg dibintangi Liam Neeson, sebaiknya jauhkan aja pikiran semacam itu, apalagi Liam menyelamatkan putrinya yg masih hidup dari penculikan, sedangkan Emma di sini sudah meninggal. Edge mempunyai storyline yg sangat menjanjikan sebetulnya, tapi sayang sang sutradara Martin Campbell (Golden Eye, Zorro, Casino Royale), seperti memindahkan mini seri ke layar lebar saja. Bisa jadi, sebagian penonton sudah keburu tertidur. Meskipun gua kaga ketiduran, tapi jujur gua kurang bersemangat untuk mengetahui apa yg terjadi selanjutnya dan bagaimana endingnya. Apalagi, jalan cerita dan para tokohnya mudah tertebak, kecuali endingnya yg mirip dengan film The Departed.
Tokoh antagonis Bennett dan senator digambarkan "kurang jahat" dan "kurang licik", membuat film ini tidak berasa seperti : "ini film konspirasi tingkat tinggi lohhh....." dan hasilnya kaga nge-thrill sama sekali untuk sebuah film konspirasi.
Mungkin saja film ini mau menyoroti sisi yg lebih membumi dan realistis, kalo konspirasi itu kaga jahat-jahat amat dan ngejelimet kayak film lain.
Semuanya terlihat jelas melalui perolehannya di tangga box office, di mana biaya produksi sebesar 80 juta dollar pun terbuang sia-sia.

Oleh karena itu, gua pun memberikan bintang yg cukup membumi dan realistis untuk film ini... Hoammm.....

6 dari 10 bintang saja....

He starts losing HIS faith on us....



@Season City XXI, studio 2, Jan 31th 2010, 1455 hrs

Ketika DIA sudah mulai bosan dan kehilangan kepercayaanNya pada manusia, maka DIA mengirimkan para malaikatNya untuk melakukan "pembasmian". Malaikat Michael (Paul Bettany) sebagai jendral malaikat, menentang aksi "pembasmian" itu dan berusaha menyelamatkan manusia dari serangan sejawatnya sendiri yg dipimpin malaikat Gabriel (Kevin Durand).

Diharapkan penonton jangan berpikir terlalu jauh dan berekspektasi terlalu tinggi ketika membaca kutipan dari kitab Mazmur sebagai pembuka film ini.
Dan selanjutnya film ini mempunyai story line yg mirip dengan Terminator, Babylon A.D., dan end of days; tapi dengan level yg lebih rendah dari ketiga film tersebut. Banyak adegan yg tanggung dan memberikan harapan yg tinggi kepada penonton, tapi hanya muncul sebentar dan kemudian menghilang tanpa ada artinya....
Malaikat Michael mempunyai misi pribadi untuk menyelamatkan kelahiran seorang bayi yg dikandung Charlie yg tinggal bersama Jeep (Lucas Black), dan Bob (Dennis Quaid) di bangunan kafe tua di tengah gurun.

Berikut ini penjelasan atas semua keanehan yg terjadi di film ini...

Malaikat Michael adalah sosok yg membumi, sehingga dia rela memotong sayapnya sendiri, padahal dia akan bakal lebih lincah dan powerful kalau punya sayap. Tapi penonton juga harus mengerti kalau bersayap pasti akan sulit berkendara dengan mobil. Toh.. ntar sayapnya juga bakal tumbuh lagi koq.... Dia juga terinspirasi lagu "Walking without wings...", yg pernah dipopulerkan pada tahun 90-an oleh boyband asal langit, West-heaven.

Para malaikat sibuk merasuki satu per satu tubuh manusia sehingga terlihat seperti anjing gila karena mereka tidak mau menodai tangannya sendiri sekaligus terobsesi dengan film-film zombie maupun eksorsisme. Jangan berpikir kalau mereka tidak pernah menonton siaran tivi dari bumi.

Alasan tidak diturunkannya bencana gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus karena wahyu tersebut telah diturunkan kepada Rolland Emmerich.

Michael memilih menyelamatkan bayi Charlie (Adrianne Palicki) yg tinggal di padang gurun secara random dengan GPSnya. Alasannya, supaya tidak terjadi kerugian masal, baik itu materiil maupun moril. Bayangkan kalau dia memilih menyelamatkan bayi di tengah kota, pasti akan banyak gedung pemerintahan dan bersejarah yg rusak. Lagipula cara tersebut sudah pernah dilakukan oleh Arnold Schwarzenegger di kota NY (end of days) dan LA (terminator). Michael yg rendah hati juga tidak mau jadi perhatian pers maupun infotainment.

Serbuan lalat-lalat itu di tengah gurun karena mereka juga tidak mau masuk pemberitaan media pers. Bayangkan kalau headline di koran tertulis "sekumpulan lalat berdemonstrasi memprotes kelahiran seorang bayi". Tentunya para pembaca akan menganggapnya sebagai sebuah lelucon.
Apalagi, pemanasan global telah membuat perubahan cuaca menjadi tidak menentu, mau tidak mau mereka harus bermigrasi secara masal dari pantai timur ke barat yg lebih hangat ketika musim natal tiba. Namanya juga migrasi, jadi mereka cuman numpang lewat doank....

Tokoh Kyle (Tyrese Gibson) adalah orang kota yg dikejar-kejar tukang tagih karena tidak bisa membayar tagihan telepon selama berbulan-bulan, akibatnya dia mencari telepon gratisan sampai padang gurun, kasian banget nih orang....

Untuk membantu kelahiran seorang bayi tidak diperlukan keahlian seorang bidan, cukup orang yg berani melihat dan sanggup bilang "pushh... push...." Bahkan sang bayi tidak perlu capek-capek diputuskan tali pusernya, karena sang bayi akan memutuskannya sendiri.

Manusia yg dirasuki oleh malaikat tidak tahan mendengar suara tangisan bayi karena terbiasa mendengarkan lagu-lagu Ungu, ST12, KerisPatih dari I-Pod ketika tidak ada kerjaan di atas langit sana.

Gabriel yg narsis tentunya memerlukan sasangkala untuk memberitahukan kedatangannya ke bumi, mengingat koneksi internet antara bumi dan langit belum terhubung sama sekali. Sehingga status FBnya "I'm coming to earth" tidak akan terbaca oleh orang-orang di bumi.
Gabriel yg mempunyai sayap setajam silet ala Feni Rose pun telah meng-upgrade semua peralatan yg dipakainya termasuk gada berputar. Ini membuktikkan kalau malaikat sama sekali tidak gaptek, mengingat mereka juga nonton tivi, memakai GPS seperti Michael, dan mendengarkan I-Pod.

Bagaimana dengan si nenek spiderman? Nenek gila itu cuman numpang lewat doank, dia adalah "grand-ma of all flies", ibarat lalat yg tidak pernah menghabisi makanan yg dikerubunginya, cuman di-icip-icip aja; buktinya dia tidak berusaha menyerang atau membunuh Charlie.

"The prophet" yg memberikan jalan kepada Charlie dan Jeep untuk menyelamatkan diri juga bukan siapa-siapa, cuman kebetulan anak kecil yg ngefans ama Klux-Klux Klan dan suka main topeng-topengan dari kertas.

Tato yg tiba-tiba muncul di badan Jeep menunjukkan kalau tato jaman sekarang selain temporary dan instan, juga bersifat invisible; bisa dimunculkan kapan saja sesuai dengan keinginan pemiliknya. Bisa dimunculkan pada saat menyetir, ntar kalo udah sampe di pesta atau acara formal bisa invisible mode.

Michael yg udah mati ketusuk trus bisa muncul lagi sebagai malaikat? ya iyalah... ibarat ganti packaging, isinya kan tetep sama. Ya toh, ya tohhhh.....??

5.5 out of 10 stars... untung aja cost production film ini mur-mer.