24 April 2011

Pengacara bermobil Lincoln

@Plasa Senayan XXI, studio 6, April 23 2011, 1615 hrs

Mick Haller (Matthew McConaughey) mendapatkan klien baru, Louis Rollet (Ryan Phillippe), seorang putra pengusaha kaya di Hollywood yg dituduh melakukan penganiayaan terhadap seorang pelacur. Rollet yang tampak polos dan tidak bersalah membela diri kalau pelacur itu telah berbohong karena ingin memeras uangnya saja. Dalam penyelidikannya, Haller menemukan kasus ini mempunyai hubungan dengan kasus lamanya yg membuat kliennya dipenjara, Jesus Martinez (Michael Pena). Tidak hanya itu, keselamatan Frank (William H. Macy), asisten Haller yang membantunya dalam pengumpulan bukti-bukti juga terancam. Begitu pula keselamatan mantan istrinya Maggie (Marisa Tomei) dan putrinya.

Film berdurasi hampir dua jam ini bukanlah film bertema hukum dan kriminal terbaik yg pernah dibuat. Bisa jadi, A few good men adalah film terbaik yg pernah ada untuk tema seperti ini. Tapi berhubung udah lama banget ga nonton film seperti ini, rasanya udah bagus banget penyajiannya.
Matthew McConaughey berakting baik dalam film ini sebagai pengacara yg cuek dan sering menangani klien-klien yg notabene adalah musuh masyarakat seperti pengedar narkoba dan anggota geng; setidaknya itu yg ditangkap penonton melalui dialog pertengkaran dengan Maggie yg berprofesi sebagai pengacara penuntut. Bukan pertama kali Matthew berperan sebagai pengacara setelah film A Time to Kill (1996). Disebut Lincoln Lawyer karena ke manapun dia pergi selalu menaiki mobil Lincoln yg disupiri Earl (Laurence Mason). Phillippe, Tomei dan Macy juga berakting cukup bagus sesuai dengan perannya masing-masing.
Buat pecinta film kriminal, tentunya sayang untuk dilewatkan, dan diperlukan konsentrasi penuh untuk menonton film ini, karena dialog demi dialog serta argumentasi di meja hijau adalah kuncinya.

petualangan si konyol adele blanc-sec yang biasa saja

@Plasa Senayan XXI, studio 4, April 23 2011, 1815 hrs

Mengambil setting tahun 1912, kehebohan terjadi ketika seekor Pterodactyl tiba-tiba muncul berterbangan di langit kota Paris dan mengakibatkan 3 orang terbunuh.
Ternyata Pterodactyl itu keluar dari telur dinosaurus berumur ratusan juta tahun yang tersimpan di museum sejarah nasional, karena kekuatan telepati professor Espérandieu. Akibatnya professor uzur itu akan menghadapi hukuman pancung dengan guilotin.
Sementara Adele Blanc-sec seorang penulis buku petualangan fiksi, baru saja pulang dari Mesir sambil membawa mumi yg dipercaya adalah dokter pribadi Firaun di masa kejayaannya. Adele berharap professor Espérandieu dengan kekuatan telepatinya bisa membangkitkan mumi itu untuk menyembuhkan adiknya Agathe yg koma.
Adele merasa sangat bersalah atas kejadian yg menimpa Agathe waktu permainan tenis, di mana kepala Agathe tertusuk oleh pin rambut kepunyaan Adele.

Well, bagaimanakah Adele bisa menyelamatkan professor Espérandieu dari hukuman matinya? dan apakah Agathe berhasil di"hidup"kan kembali?

Film besutan Luc Besson yg berdurasi sekitar 105 menit ini diangkat dari sebuah komik, sehingga jadilah sebuah film komedi berbalut aksi-aksi konyol tokoh utamanya, Adele. Jangan terlalu berharap akan banyak kandungan misteri dan pelajaran sejarah di dalamnya seperti Indiana Jones-nya Steven Spielberg.
Tidak tanggung-tanggung, adegan mumi yg hidup kembali dan berjalan-jalan di dalam museum akan mengingatkan kita pada film Night of the museum. Yup, film ini adalah perpaduan The Mummy, Indiana Jones dan Night of the museum tapi dengan level yg lebih konyol, karena terus terang... apa yg dilakukan tokoh Adele di film ini semuanya tampak begitu mudah.

Overall, film ini memang cocok sebagai sebuah hiburan karena unsur komedi dan komikal di dalamnya sehingga tidak membosankan, meskipun di bagian awal penonton dibuat sedikit bingung dengan perkenalan tokoh-tokoh film ini yg sepertinya sama sekali tidak berhubungan.
Tapi itu saja, penonton yg kritis tentunya akan menuntut lebih, mengingat temanya seakan-akan ingin merangkum semua film petulangan yg telah ada sebelumnya, tapi ternyata tidak lebih spektakuler!

Hal yg agak mengganggu adalah film berbahasa prancis ini telah di-dubbing ke dalam bahasa inggris. What are they keep doing this??
Aktris Louise Borgoin berhasil menghidupkan karakter Adele dengan baik dengan gaya bicara yang cepat, namun sayang ..... sepertinya akan lebih menggelitik bila didengar dalam bahasa Prancis.
Sebetulnya komik Adele ini mempunyai beberapa seri, tapi mengingat film pertamanya ini tidak begitu sukses, tidak perlu berharap banyak akan ada kelanjutannya, kecuali Luc-Besson mau berusaha untuk improvisasi ide ceritanya. Kalau tidak, penonton akan lebih menunggu sekuel Indiana Jones dan kawan-kawannya dari Hollywood....

21 April 2011

Search of the EAGLE

@blitzmegaplex GI, audi 5, April 21st 2011, 1645 hrs

Akhirnya gua kesampaian juga nonton film ini, bayangin udah lebih dari sebulan film ini nangkring di blitz! Well, maklum sedang paceklik film impor, hehehe...

Berdurasi sekitar 110 menit, Channing Tatum berperan sebagai Marcus Aquila, putra Flavius Aquila komandan dari legiun tentara Romawi ke-9 yg menghilang secara misterius ketika menginvasi inggris utara (Skotlandia) pada tahun 120 sesudah masehi. Diduga legiun itu telah dibantai oleh bangsa barbar lokal. Marcus berusaha mengembalikan kehormatan sang ayah, sehingga ia meminta untuk ditugaskan di sebuah garnisun romawi di inggris. Setelah mengalami luka parah ketika garnisun itu diserang kaum barbar, ia tetap bertekad untuk mencari lambang supremasi "the Eagle" yg dibawa sang ayah ketika invasi 20 tahun lalu, meskipun telah diberhentikan secara hormat dari ketentaraan.

Bersama Esca (Jamie Bell), seorang budak inggris yg dibelinya dari sebuah pertarungan gladiator, Marcus menyeberangi dinding buatan kaisar Hadrian untuk memasuki kawasan inggris utara untuk mencari "the Eagle"...

Terus terang, agak sulit mencari nilai lebih dari film ini bila dibandingkan dengan Centurion yg mengambil cerita sama mengenai legiun ke-9, apalagi dengan Gladiator. Bisa jadi dikarenakan bujet yg terbatas mengakibatkan penggambaran kemegahan kerajaan romawi hampir tidak ada. Penonton tidak merasakan atmosfir Romawi di awal masehi, karena setting-nya yg kurang "deskriptif". Yang ada hanyalah sekelompok tentara romawi yg berperang melawan bangsa barbar, dan adegan Marcus dan Esca yg dikejar-kejar. Untuk urusan akting, penonton tidak dapat berharap banyak, sebuah penampilan biasa dari Tatum, aksen Hollywood-nya makin menghilangkan unsur ke"romawi"an film ini. Jamie Bell yg bertransformasi secara fisik berakting lebih bagus.
Lepas dari keakuratan sejarah yg ditampilkan, film ini tidak bisa dibilang jelek juga, at least untuk penonton yg menyukai sejarah Romawi bisa terhibur dengan adegan pertarungan yg disajikan secara close-up. Dialog-dialog dalam bahasa scottish kuno (atau bahasa anglo-saxon??) juga ditampilkan di sini oleh Jamie Bell dengan para aktor figuran. Namun di beberapa bagian akan meninggalkan pertanyaan di benak penonton, terutama bagaimana Marcus bisa diselamatkan dari serangan kaum barbar sewaktu garnisunnya diserang, ataupun adegan pertarungan di bagian akhir cerita.

Secara pribadi, gua merasa istilah barbar yg digunakan dalam dialog film ini kontradiktif dibandingkan dengan sejarah yang ada, di mana tentara romawi adalah salah satu kejahatan kemanusiaan dalam setiap peperangan, namun mereka menyebut bangsa skotlandia sebagai bangsa barbar. Apalagi di film ini, bangsa barbar itu ditampilkan dengan make-up putih dan pakaian minim ala suku pedalaman afrika. Mungkin definisi barbar di sini adalah make-up dan pakaian yg dikenakan oleh seseorang, hehehehe..... Plus, bangsa romawi sendiri suka mengadakan petarungan antara gladiator dan budak mereka, jadi siapa yg barbar yah?

17 April 2011

Triangle, teka-teki dunia paralel tanpa kesimpulan

@Blok M Square 21, studio 3, Apr 17th 2011, 1440 hrs

Antara Masjid, Klenteng dan Gereja

@Blok M Square 21, studio 1, Apr 17th 2011, 1245 hrs

Kota Semarang, awal 2010, di jalan Pasar Baru...
Setiap orang punya cerita...
Setiap pribadi punya masa lalu...
Setiap manusia mempunyai jalannya masing-masing dalam mencari Tuhan...
karena kita memang berbeda dan saling terkoneksi....
namun pluralisme dan perbedaan selalu saja menjadi sebuah tanda tanya...
Kira-kira pesan itu lah yg ingin ditampilkan Hanung dalam film ini...

Apakah ini akan menjadi film terbaiknya Hanung? Sepertinya tidak, masih banyak hal nonteknis dalam film ini yg perlu diperbaiki.
Terutama karakter Rika (Enditha), banyak penonton yg tidak menangkap latar belakang Rika pindah agama karena kurang eksplisit. Berpindahnya Rika ke agama lain terasa agak dipaksakan dan kurang kuat. Pemasangan kayu salib di rumahnya, padahal dia belum resmi menjadi Katolik. Biasanya keluarga Katolik yg melakukan hal ini setelah rumah mereka diberkati. Rika yg dibaptis setelah misa jumat agung, biasanya malam paskah ataupun hari paskah. Menjadi sebuah "tanda tanya" buat gua. Belum lagi pemain drama penyaliban Yesus yang dibayar. Dari pengalaman gua semua pemain itu adalah sukarelawan, palingan dikasi jemputan dan dapet nasi kotak, hehehehe.....

Di tengah film, alurnya menjadi dragging dan intensitasnya menurun, menjadi sebuah "tanda tanya" kenapa tiba-tiba para tokoh yg berseteru tiba-tiba jadi berbaikan segampang itu. Baik hendra (Rio Dewanto) dan ayahnya (Hengky Solaiman), ataupun Menuk (Revalina) dan Soleh (Reza). Sebetulnya ada beberapa dialog yg masuknya kurang pas dan terkesan dibuat-buat hanya untuk memancing konflik, terutama dialog antara mantan ibu kost Surya dengan Surya (Agus Kuncoro). Ga jelas kenapa tuh ibu kost kepo amat, kalo cuman telat bayar uang kost. Tapi dendam benerrrrr kesannya.... Overall, konflik yg digambarkan dalam film ini terasa digampangkan dan dibuat-buat; mungkin ini yg membuat "panas" ormas tertentu yg mengecam alur cerita film ini.
Begitu pula ending-nya , "tanda tanya" terakhir pun terukir dalam pikiran gua, karena sebetulnya bisa aja Soleh melempar "barang" tersebut jauh-jauh...Mungkin biar dramatis....

Well, at least Hanung udah berani mengangkat tema pluralisme yg notabene adalah salah satu tema favorit gua.

Tapi Hanung berhasil memberikan unsur komikal yg menurut gua one of the best part in this movie yaitu pengamen jalanan yg menyanyikan lagu-lagu lawas Sheila on 7, that's nice! Juga adegan komedi lewat tokoh Surya, karena penonton paling sering ketawa lewat pemunculan karakter yang satu ini .

Sepertinya Semarang itu adalah salah satu lokasi suting favoritnya Hanung yah?? Lokasi gedung di pertigaan ketika Hendra berantem dengan segerombolan pria yg akan sholat di mesjid, itu lumayan sering muncul di film-film berlatar belakang historis. Kebiasaan barunya akhir-akhir ini adalah memunculkan istrinya sebagai cameo,termasuk pula anaknya, hehehehhe.... Btw, Zaskia jadi casting director di film ini (again?), sayang pas gua ngedipin mata, nama Zaskia muncul tapi ga keliatan sebagai apa.

Dari segi akting, peran Reza dan Revalina emang ga jauh-jauh dari hampir semua film yg sebelumnya bertemakan religi. Hanya saja di film ini, Reza diberi sedikit sentuhan antagonis. Agak aneh, kenapa Soleh ini selalu berusaha rekonsiliasi ama istrinya ketika istrinya sedang bekerja?? Ngapain coba waktu di rumah? Rio Dewanto, dohh... bahasa tubuhnya kaku bener... Enditha... hampir ga pernah nonton filmnya, jadi ga bisa comment banyak, meski cocok juga sebagai single parent dan tough woman. Hengky Solaiman dan Deddy sutomo, they are 70 years old this year! Salut buat mereka. Dann.... akting terbaik pun gua berikan kepada Agus Kuncoro yg berperan sebagai pemuda 30 tahun, piyo toh mas agoss.... udah mau kepala 4 loh.... tapi basically karakter dan aktingnya emang yg paling menonjol di film ini. Semoga Agus ini dapet nominasi di FFI mendatang, asal film Hanung ini termasuk dalam daftar seleksi film ajahh... hehehehe..
Wait... last but not the least, is that Glenn Fredly?? OMG, he is gaining some weight... with different style of glasses!

M.A.C.H.E.T.E

@Karawaci 21, studio 3, Mar 27th 2011, 1650 hrs

Mata Anak-Anak

@Season City XXI, studio 2, Mar 12th 2011, 1830 hrs