@Blok M square, studio 6, May 8 2009, 1635 hrs
Film berdurasi 100 menit ini bercerita tentang seorang pelacur bernama Jamila (Atiqah Hasiholan) yang dijatuhi hukuman mati karena membunuh Menteri Pengetasan Kemiskinan bernama Nurdin (Adjie Pangestu). Sambil menunggu hari H, Jamila ditempatkan di sebuah LP yang dikepalai ibu Ria (Christine Hakim), sementara di luar sana terjadi pro kontra, sekelompok Pemuda yang mengatasnamakan agama terus berdemonstrasi agar Jamila segera dijatuhi hukuman mati. Seorang teman Jamila bernama Malik yang berprofesi sebagai pengacara (Marcellino Lefrandt) dan Ibrahim pemuda yang mencintainya (Dwi Sasono)mengulurkan bantuan untuk Jamila supaya naik banding, namun ditolak mentah-mentah oleh Jamila sendiri.
Awalnya gua berpikir kalau film ini akan diwarnai oleh nuansa politis yang kental dengan latar belakang human trafficking yang bertumpu pada perdagangan anak perempuan di bawah umur, namun ternyata ini adalah sebuah drama yang sangat simpel. Tema human trafficking hanyalah menjadi sebuah tempelan belaka. Kehidupan Jamila yg dituturkan secara flash-back memang cukup menarik, namun film ini tidak lebih dari sebuah kisah percintaan yang berakhir tragis ala sinetron antara seorang pelacur dengan seorang menteri muda yang ganteng dan terhormat. Tidak mengherankan memang, mengingat film diproduksi oleh Multivision Plus yang sudah kita kenal lewat semua sinteron-sinetronnya...
Akting Atiqah memang tergolong baik, tapi karakter pelacur yg diperankannya kurang membumi, monolog yang dilontarkan seakan-akan membuatnya seperti seorang sarjana filsafat yang melacurkan diri dan terjebak dalam penjara. Akting Christine Hakim sangat terbatas mengingat tidak adanya eksplorasi karakter yang diperankannya, bagaimana masa lalu dan kehidupan pribadinya sehingga ia tampak antipati terhadap perempuan seperti Jamila tidak diungkapkan. Begitu pula tokoh Surya Saputra yang engga penting (i don't what the heck is he doing here??), karakter Malik, Ibrahim, Susi (Ria Irawan) yang terkesan numpang lewat doank tanpa eksplorasi. Dan penonton pun tertawa leihat aksi Fauzi Baadilah sebagai pimpinan kelompok Pemuda yang selalu berteriak-teriak melawan Jamila. Yahhh... mungkin karena ini adalah sebuah film tentang Jamila...
Btw, film ini engga jelek koq, mungkin karena bercerita ala sinetron kali ya...
5.5 out of 10 stars..
P.S. : ada yg adegan agak aneh ketika Ibrahim mengatakan kalau ia ingin mengetahui latar belakang dan kehidupan Jamila. Sebuah kalimat aneh yang dilontarkan oleh seorang pria kepada wanita yg dijumpai di sebuah klab malam. Kalaupun Ibrahim adalah pria baik-baik, what the heck is he doing there??
Film berdurasi 100 menit ini bercerita tentang seorang pelacur bernama Jamila (Atiqah Hasiholan) yang dijatuhi hukuman mati karena membunuh Menteri Pengetasan Kemiskinan bernama Nurdin (Adjie Pangestu). Sambil menunggu hari H, Jamila ditempatkan di sebuah LP yang dikepalai ibu Ria (Christine Hakim), sementara di luar sana terjadi pro kontra, sekelompok Pemuda yang mengatasnamakan agama terus berdemonstrasi agar Jamila segera dijatuhi hukuman mati. Seorang teman Jamila bernama Malik yang berprofesi sebagai pengacara (Marcellino Lefrandt) dan Ibrahim pemuda yang mencintainya (Dwi Sasono)mengulurkan bantuan untuk Jamila supaya naik banding, namun ditolak mentah-mentah oleh Jamila sendiri.
Awalnya gua berpikir kalau film ini akan diwarnai oleh nuansa politis yang kental dengan latar belakang human trafficking yang bertumpu pada perdagangan anak perempuan di bawah umur, namun ternyata ini adalah sebuah drama yang sangat simpel. Tema human trafficking hanyalah menjadi sebuah tempelan belaka. Kehidupan Jamila yg dituturkan secara flash-back memang cukup menarik, namun film ini tidak lebih dari sebuah kisah percintaan yang berakhir tragis ala sinetron antara seorang pelacur dengan seorang menteri muda yang ganteng dan terhormat. Tidak mengherankan memang, mengingat film diproduksi oleh Multivision Plus yang sudah kita kenal lewat semua sinteron-sinetronnya...
Akting Atiqah memang tergolong baik, tapi karakter pelacur yg diperankannya kurang membumi, monolog yang dilontarkan seakan-akan membuatnya seperti seorang sarjana filsafat yang melacurkan diri dan terjebak dalam penjara. Akting Christine Hakim sangat terbatas mengingat tidak adanya eksplorasi karakter yang diperankannya, bagaimana masa lalu dan kehidupan pribadinya sehingga ia tampak antipati terhadap perempuan seperti Jamila tidak diungkapkan. Begitu pula tokoh Surya Saputra yang engga penting (i don't what the heck is he doing here??), karakter Malik, Ibrahim, Susi (Ria Irawan) yang terkesan numpang lewat doank tanpa eksplorasi. Dan penonton pun tertawa leihat aksi Fauzi Baadilah sebagai pimpinan kelompok Pemuda yang selalu berteriak-teriak melawan Jamila. Yahhh... mungkin karena ini adalah sebuah film tentang Jamila...
Btw, film ini engga jelek koq, mungkin karena bercerita ala sinetron kali ya...
5.5 out of 10 stars..
P.S. : ada yg adegan agak aneh ketika Ibrahim mengatakan kalau ia ingin mengetahui latar belakang dan kehidupan Jamila. Sebuah kalimat aneh yang dilontarkan oleh seorang pria kepada wanita yg dijumpai di sebuah klab malam. Kalaupun Ibrahim adalah pria baik-baik, what the heck is he doing there??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar