Kebetulan gua belum menonton REC pertama versi Spanyol, melainkan Quarantine yg merupakan produksi Hollywood. Meskipun keduanya mempunyai garis besar yg sama, ternyata terdapat sedikit perbedaaan mengenai orang-orang yg terjangkit virus.
Melanjutkan ending dari film pertamanya (baik REC dan quarantine mempunyai ending yg sama), sekelompok Polisi SWAT (4 orang) bersama seorang pendeta menerobos masuk ke dalam gedung terisolasi tersebut. Rupanya sang pendeta mem[punyai misi "rahasia" yg tidak diketahui para tim SWAT tersebut.
Dari segi cinematografi, film Quarantine ternyata lebih "memusingkan" untuk ditonton, banyak gambar night vision dan shaking camera mungkin akan membuat beberapa orang merasa mual, tapi tidak untuk [REC] 2, you could enjoy this even you hate Cloverfield!
Melanjutkan ending dari film pertamanya (baik REC dan quarantine mempunyai ending yg sama), sekelompok Polisi SWAT (4 orang) bersama seorang pendeta menerobos masuk ke dalam gedung terisolasi tersebut. Rupanya sang pendeta mem[punyai misi "rahasia" yg tidak diketahui para tim SWAT tersebut.
Dari segi cinematografi, film Quarantine ternyata lebih "memusingkan" untuk ditonton, banyak gambar night vision dan shaking camera mungkin akan membuat beberapa orang merasa mual, tapi tidak untuk [REC] 2, you could enjoy this even you hate Cloverfield!
Dari sisi horor, film ini tampaknya cukup berhasil membuat greget para penonton, dengan sedikit twist pada endingnya. Yg paling membingungkan dari film ini adalah virusnya yg menular melalui gigitan tersebut adalah virus "kerasukan", namun para penderitanya disebut-sebut menderita penyakit "diabolical possession", alias kerasukan. Sedangkan untuk menyembuhkan penyakit "kerasukan" itu diperlukan antibodi, hmmmm.... sebuah virus gaya baru, perpaduan antara The Omen, the exorcism of emily rose dan Resident evil.
This movie contains bloody horror violence and some bad language, suitable for 18 years of age or older audience.6.5 out of 10 stars
Tidak ada komentar:
Posting Komentar