14 April 2015

coffee obsession

@Puri XXI studio 4, 14 April 2015, 1435

hello world, i am coming back for my blog!
Tadinya gua sama sekali ga kepikiran untuk ngelanjutin blog ini, sampe gua membaca dengan detil tag-line  poster film di atas "temukan dirimu di sini". Serasa ada kerinduan yg hilang dan kini muncul (dooh.. bahasanya).
Trus terang gua penasaran sama filmnya, meskipun gua bukan seorang penikmat kopi, karena masalah asam lambung, poor me huh! buat yg blum tau, kalau kopi, coklat dan teh itu mengandung asam yg cukup tinggi. Jadi, beruntunglah buat kalian yg masih bisa menikmatinya. Kemudian gua coba mengingat-ingat kembali kalau tahun lalu di Blitz sempat diputer sebuah film dokumenter tentang kopi indonesia. Yes, dari hasil google gua menemukan judulnya adalah "Aroma of Heaven". Ada yg bilang kalau negara kita tercinta adalah penghasil kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam. Sumber lain mengatakan nomor delapan. Baiklah, mau nomor tiga atau delapan, kita masih termasuk top ten kan? hehhee... dan yg patut digarisbawahi adalah penikmat kopi di indonesia tidak seproporsional dengan jumlah yang dihasilkan, apakah mungkin banyak penduduk indonesia yg mempunyai masalah lambung kayak gua? LOL... menurut sumber yg dipercaya, kopi kita banyak diekspor ke luar negeri, salah satunya adalah Amerika, ga heran banyak coffee shop di sana, dan salah satunya diimpor ke sini dengan logo putri duyung warna ijo itu, ironis juga yah... hmmm.. atau jangan-jangan coffee shop ikan duyung itu memakai kopi produksi indonesia? Hmm..... bisa aja kan...

Inuf said, kita balik ke filmnya. Film ini mungkin bisa dikategorikan tema kuliner kali ya? kecuali kalau kopi bukan termasuk kuliner. Ada beberapa istilah jenis kopi yg sempat disebutkan, seperti espresso, cappucino, kopi tubruk. Dan gua yakin, pastinya penggila kopi ngerti banget kalo ngomongin soal ini. Tapi film ini engga melulu ngomongin soal kopi koq, jadi film ini bukan tentang cara membuat kopi, atau mengajarkan anda menjadi seorang barista, hahahaha... banyak unsur drama yg diselipkan ke dalamnya, terutama hubungan anak dengan orang tua dan sosok seorang ayah.

Dilihat dari komposisi cast, gua pikir film ini udah oke, duet Chicco dan Rio sebagai sodara angkat (atau sahabat lebih tepatnya)  udah pas, ditambah dengan kehadiran si cantik Julie Estelle. Ngomong-ngomong tentang sodara, film ini berasa ada missing-link tentang gimana tokoh Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto) bisa bertemu, di film ini cuman diceritakan kalau Ben di"adopsi", disekolahkan (atau apalah istilahnya) oleh almarhum ayah Jody sejak umur 12 tahun. Ga tau gimana caranya sang almarhum ayah Jody bisa menemukan sosok Ben yg tinggal di kampung.
Loncat dari titik tersebut, langsung diceritakan kalau Ben dan Jody mengelola sebuah kedai kopi bernama Filosofi Kopi. Jody yg keturunan tionghoa selalu berpatokan bahwa kedai mereka harus "cuan" (untung) untuk menutupi hutang bisnis mereka yg senilai 800 juta. Ya iyalah, siapa yg mau rugi berbisnis, kalo rugi mendingan tutup juga kan. Hal ini bertolak belakang dengan gaya Ben yg santai dan agak sedikit urakan mirip rocker. Sepertinya tokoh Ben memang sengaja ditampilkan seperti ini supaya terlihat kontras dengan tokoh Jody yg pemikir dan berpenampilan rapi. Ben seakan-akan ga mau perduli dengan utang bisnis mereka dan tetap optimis, akan tetap ada pelanggan yang benar-benar penikmat kopi akan datang terus ke kedai mereka sehingga bisnis mereka akan tetap berdiri! pe-de juga yak... bahkan Ben bersikeras tidak mau memasang wi-fi di kedai mereka karena prinsipnya tersebut. Hari gini, coffee shop ga pake wi-fi?? LoL

Alur crita film ini berjalan mulus-mulus aja, saking mulusnya gua berasa ga ada klimaks. Konflik yg ditampilkan memang ada, tapi berasa kurang nampol. Seperti adegan ketika Ben dan Jody bertengkar soal hutang bisnis kedai kopi mereka. Jody selalu bersikeras kalau dia lah yg punya andil terbesar dalam bisnis ini karena semua memakai modal dari keluarganya. Bahkan Jody mengungkit-ungkit kalau Ben disekolahkan oleh sang almarhum ayah Jody. Herannya Ben sama sekali ga marah, padahal dialog yg sama dilontarkan Jody sampai dua kali. Gua berharap mreka berantem sampe pukul-pukulan atau apa lah... Mungkin tokoh Ben adalah pecinta damai, hahahaha.. atau produser film ini tidak mau ada kekerasan antar kedua tokoh utamanya yah? Ohh...jangan lupa Chicco juga bertindak sebagai produser lhooo bersama dengan Glenn Fredly. Ini salah satu pendorong buat gua menonton film ini.

Nah, untung aja ada seorang pebisnis yg menantang Ben untuk membuat kopi dengan cita rasa terbaik yg pernah ada. Singkat kata Ben berhasil melakukannya dengan bantuan El (Julie) yang ternyata adalah seorang blogger kopi yg sedang menulis buku tentang kopi. Ternyata kopi terbaik yg pernah diicip oleh El adalah racikan pak Seno di kawasan Ijen, Dan hasil tantangan tersebut, duo Jody dan Ben mendapatkan uang satu milyar! yup, satu milyar, dipotong utang 800 juta, sisa dua ratus juta, dipakai untuk membantu salah satu karyawan mreka yg sedang mengalami musibah untuk operasi, dan tentu saja untuk membayar "royalti" kepada pak Seno yang ga jelas berapa besarnya...

Selain itu, ada dialog yg berasa mengganggu seperti curhatan-curhatan El kepada Jody yg menurut gua sih bisa diedit lagi atau dihilangkan saja. Toh ga ada gunanya juga, di bagian awal digambarkan sepertinya El adalah love-interest nya Jody namun ternyata di ending cerita...hmmm... i can't tell, it would be spoiler, hahahahaha....

Ga bisa disangkal film ini mempunyai pengambilan gambar yg indah dengan iringan komposisi lagu yg easy listening menjadikannya sebuah feel-good movie.

Ending film ini agak berasa ga jelas, karena Jody, Ben, beserta tiga karyawan mereka pergi keliling indonesia dengan sisa duit yg ada (emang ada sisa yak?) untuk mempromosikan filosofi kopi dengan middle-bus dua tingkat yg dibeli oleh Jody. Ga jelas dengan modal dari mana, hmmm..mungkin dr modal hasil penjualan kedai mereka. Yup, Jody menjual kedai mereka... untuk membiayai perjalanan mreka keliling indonesia berlima! Belum lagi, salah satu karyawan perempuannya ikut mereka keliling indonesia padahal suaminya baru mengalami kecelakaan. Ya sudahlah, terserah mereka mau ngapain. Kalaupun dana mereka tidak cukup, engga usah kuatir karena kopi Torabika menjadi sponsor dari film ini, hahahaha....

seperti yg gua tulis di atas, film ini tidak melulu tentang kopi. di mana cita rasa kopi terbaik tidak hanya bergantung pada si peracik, tapi semua juga berawal dari ketika kopi itu ditanam... Menanam kopi harus dengan rasa cinta, diolah dengan sebuah keahlian dan terciptalah secangkir kopi yg nikmat.... begitu pula dengan hidup.. semua yg kita kerjakan harus dengan rasa cinta yg datang dari hati. Yg terpenting lagi, sebagaimana pun nikmatnya secangkir kopi, pasti ada rasa pahit di dalamnya yang tidak dapat disembunyikan, seperti masa lalu yg mungkin terasa pahit.. yg bisa kita lakukan adalah berdamai dengan masa lalu itu.
 

~end of story~



Tidak ada komentar: