20 April 2015

the unexpected ignorance of a true artist

Plasa Senayan XXI studio 7, 20 April 2015, 1700

Asli dah... film pemenang oscar ini telat banget diputer di sini, apalagi sebetulnya film ini diputar pertama kali di Amrik bulan Oktober 2014. But at least, empat dari delapan film nominasi Oscar 2015 berhasil masuk ke indo : American Sniper, Imitation Game, Whiplash (unfortunately i don't watch this one) dan Birdman tentunya.

Film ini disutradarai Alejandro Inarritu, wait... siapa sih Alejandro ini? tentunya bukan judul lagu Lady Gagak, LOL. Seinget gua, sempet menonton dua filmnya yg juga pernah masuk nominasi oscar yakni BABEL dan Amores perros yg di dalamnya menyajikan beberapa cerita. Jadi, Alejandro ini bukanlah sutradara kemarin sore yg baru aja menyutradai sebuah film.

Balik ke filmnya, Riggan Thomson (Michael Keaton) adalah aktor yg pernah populer di jamannya ketika dia pernah membintangi film action super-hero berjudul Birdman sampai tiga seri. Sekarang di usianya yg sudah 60 tahun, dia berusaha membangun citra diri sebagai seorang aktor sejati dengan memproduksi sebuah pertunjukkan broadway perdana di kota New York. Bahu membahu bersama sang sahabat yg cerewet Jake (Zach Galifianakis) dan anaknya, sekaligus asistennya, Sam (Emma Stone), Riggan berusaha mati-matian untuk yg terbaik demi menyelamatkan karirnya, termasuk ketika dia harus menemukan seorg aktor pembantu pengganti  yg diperankan oleh Edward Norton.
Digambarkan kalau Riggan ini punya alter ego yaitu dirinya sendiri berkostum "Birdman", yg selalu mempengaruhi pikirannya untuk kembali bermain film action superhero. Adegan demi adegan sempet mengecoh gua, awalnya gua berpikir kalau Riggan memang mempunyai kekuatan superhero, yg ternyata adalah imajinasi belaka.

Gua jarang melihat film-filmnya Michael Keaton, tapi aktingnya di film ini termasuk oke lah, meski ga wow banget. Sedangkan Edward Norton yg sudah sering mendapatkan penghargaan, gua melihat engga ada sesuatu yg baru di film ini dari segi aktingnya yg selalu terlihat serius.
Naomi Watts yg berperan sebagai Lssley, salah satu aktris panggung asuhan Riggan, terlihat lebai dalam banyak dialog yg menurut gua sama sekali ga relevan sama karakternya yg rada ga jelas. Rasanya ga perlu seorang Naomi Watts untuk karakter Lesley ini. Sayang sih, mengingat dia juga sering menjadi langganan nominasi di ajang penghargaan akting, meski jarang menang. Justru yg bikin gua surprise adalah akting Emma Stone yg terlihat kurus dengan mata be'lo nya yg keliatan hampir mau copot, cocok dengan karakternya yg baru keluar dari panti rehabilitasi narkoba. Pokoke beda banget ama aktingnya di film macem Amazing Spiderman. You go girl! No doubt, you could act!

Sebetulnya, gua kurang suka dengan penggambaran imajinasi pergulatan pikiran Riggan versus alter ego-nya. Namun film ini berhasil menggambarkan bahwa seorang aktor berbeda dengan selebritis. Dari beberapa dialognya, gua menangkap sepertinya film ini dibuat sebagai "sentilan" untuk para aktor aktris berbakat yg akhirnya "nyemplung" ke dalam film komersil bertemakan action super-hero. Mengingat semua film karya Alejandro adalah film non mainstream yg hanya bisa dinikmati oleh sebagian kecil orang. Bisa jadi, untuk sebagian besar penonton awam akan merasa Birdman adalah film yg pointless, dan cuman ngobrol-ngobrol ga jelas dari awal sampe akhir, dengan sedikit bumbu komedi satir yg engga lucu-lucu amat. Ngomong-ngomong soal ending, sebetulnya gua berharap sesuatu yg lebih dramatis terjadi pada tokoh utamanya.

Hal lain yang unik dari film ini adalah  scoring atau musiknya yg sangat minimalis, hanya terdengar suara biola dan tabuhan drum serta bass yg bertalu talu untuk menambah intensitas beberapa adegan, padahal adegan tersebut berasa biasa banget tanpa musik perkusi tersebut, yah mungkin itu gunanya scoring, hehehehe. Kemudian ada pengambilan gambar long-shot yg berputar plus dialog yg cukup panjang, tentunya hal ini sangat menguras kekuatan akting para bintangnya terutama dalam menghapalkan dialog, hahahaha..

Well, gua berasa film ini agak overrated sampai dianugrahi predikat best picture di ajang oscar lalu. Sebagai nominasi okelah, sepertinya masih ada film lain yg lebih pantas menyandang predikat best picture, imitation game yg dibuat berdasarkan tokoh nyata misalnya. Toh, meskipun film ini engga bisa dibilang "bagus sekali", namun berhasil memberi pesan, bukanlah hal yg mudah bagi seorang aktor, sutradara, atau siapapun yg terlibat dalam sebuah produksi untuk menjadi artis sejati. Diperlukan sebuah idealisme, komitmen, dan aktualitas. Lebih mudah menjadi seorang selebiritis, cukup dengan sebuah peristiwa sensasional, boom! dalam sekejap seseorang langsung bisa menjadi selebritis. Contohnya di negara ini, memang lebih banyak selebritis daripada artis sejati. Sebut saja artis (kalau memang layak disebut artis) yg suka mengumbar sensasi entah gaya rambut atau pengalaman jalan-jalannya, LOL...

~end of ignorance~

Tidak ada komentar: