23 Juli 2010

Insepsi dunia mimpi Nolan ke dalam pikiran penonton

@Plaza Senayan XXI, studio 4, July 21st 2010, 1730 hrs

Ketika Nic Cage bergaya penyihir...

@Plaza Senayan XXI, studio 2, July 21st 2010, 1440 hrs

Despicable me... (2D)

@Platinum XXI, studio 2, July 21st 2010, 1230 hrs

10 Juli 2010

Just de-activate your F.B. account....

@Planet Hollywood 21, Studio 2, July 10th 2010, 1030 hrs

Ketika pertama kali mendengar judul film mungkin penonton akan mengira adalah sebuah film hollywood bergenre thriller. Ternyata kaga, sang sutradara Awi Suryadi mengatakan pada awalnya film ini dirancang untuk menjadi sesuatu yg serius, namun ditambahkan pula bumbu komedi, jadilah sebuah film drama-komedi. Wait.... lupakan semua film komedi seks lokal yg banyak beredar belakangan ini di bioskop-bioskop pinggiran dekat tempat tinggal anda.

Luna (Fanny Fabriana) dan Reno (Edo Borne) sudah pacaran selama 3 tahun. Makin lama, Luna tidak tahan dengan pembawaan Reno yg norak dan "terlalu" ekspresif. Akhirnya dia curhat-curhatan dengan temen SMPnya yg "wild", Via (Kimmy Jayanti) tentang Reno. Sebaliknya Via juga curhat tentang pacarnya Hedi (Fikri Ramdhan) yg sangat konservatif dalam hal berpacaran.
Mereka berdua sepakat untuk "bertukar" pasangan mulai dari me-remove pacar dan mereka sendiri dari friend-list masing-masing, alias pura-pura tidak saling kenal.
Dimulailah perkenalan Luna dan Hedi, Reno dengan Via. Namun kenyataan berkata lain ketika salah satu dari mereka melewati batas perjanjian awal yakni "semua hanya terjadi di dunia maya".

Semuanya gila facebook, tidak hanya 4 tokoh utama kita yg berkutat dengan jaringan sosial dunia maya yg paling happening saat ini. Tapi juga ada Doni (Agastya Kandao), kakak Reno yg gay dan mempunyai account samaran bernama Mr. Banana untuk mencari jodoh.
Kemudian Marlene (Imelda Therinne), kakak Luna yg sering kesepian karena ditinggal suaminya yg sibuk Aryo (Restu Sinaga). Tak pelak lagi, Luna memperkenalkan facebook kepadanya untuk mengusir kesepian, dan dia pun "kesengsem" dengan salah satu account bernama "Jodi".

Kita mulai dengan karakter masing-masing. Edo dan Kimmy berhasil membangun chemistry yg bagus, mungkin karena keduanya mempunyai karakter yg "norak". Sebagai pendatang baru, akting Kimmy terbilang bagus, and i think she is really enjoying cursing?? Sedikit banyak mengingatkan gua pada Fahrani di film Radit dan Jani. Somehow, penonton kurang bisa merasakan ke-bitchy-an karakter Via sampai membencinya, cewek urakan, tapi kurang jahat gimana gitu. Sedangkan Edo dan Fanny memang kurang klop, mungkin karena itulah lebih baik mereka putus kali yee.... Akting mereka berdua kaga jelek juga.. Mungkin akting paling maksa adalah Fikri yg sengaja di-culun-kan menjadi Hedi. Tokoh yg satu ini ga jelas di bagian akhir cerita, which is adalah kelemahan terbesar di film ini. Penonton akan bergumam, apa sehh........ ngapain seh si Hedi itu??

Agastya Kandao sebagai Doni, cuman dari karakter inilah penonton bisa dibuat tertawa, mungkin inilah komedi "tambahan" yg dimaksud oleh sang sutradara. Imelda dan Restu memerankan dua karakter yg tidak penting untuk dimunculkan di film ini. Dalam suatu scene, diperlihatkan Wulan Guritno yg diwawancarai wartawan dalam acara infotainment karena munculnya account facebook palsu Wulan. Bisa saja adegan itu diwujudkan dalam sebuah karakter baru dalam film untuk menggantikan Marlene dan Aryo. Lumayan buat memperpanjang durasinya yg cuman 90 menit saja.

Adegan "pertarungan" Luna dan Via cukup menarik, meski gua berharap film ini diakhiri dengan sebuah ending yg tragis atau lebih dramatis sehingga pesan moralnya lebih nendang lagi. Awi Suryadi yg juga ikutan menulis skenario masih memegang teguh prinsip : everyone is happy. Akibatnya film yg sudah mencoba mengambil tema berbeda ini kurang kuat dalam hal bercerita. Ibarat kue lapis kurang legit gimana getohh.... Gua lebih melihat this movie is supposed to be a wicked or dark-comedy movie. Well, kita memang tidak bisa berharap banyak dari sebuah film lokal untuk hal yang satu ini.

Happenning gadgets seperti blackberry, laptop-komputer Apple (yg mungkin menjadi sponsor film ini) banyak bermunculan, aneh juga melihat Fanny yg ga jelas kerjanya tapi menggunakan komputer Apple di kantor?? Gila, pengen banget tuh kerja di perusahaan kayak gitu. Belum lagi, minuman keras Carlsberg yg diteguk oleh Edo dan Kimmy. Kalimat chatting masa kini bergaya alay pun ikutan muncul dalam film ini.

Ada dua poin plus dari film ini. Yang pertama, Awi Suryadi cukup kreatif dalam menampilkan adegan "khayalan" dari tokoh Luna dan Doni dan pengambilan kamera ketika Luna dan Reno bertengkar. Kedua, penonton bisa menangkap pesan moralnya dengan baik untuk tidak "bermain api" di dunia maya yang bisa berlanjut ke dunia nyata.

Not suitable for kids under 15, contains mild violence, drinking, thematic materials, smoking scenes with some cursing words.

6 out of 10 stars

Catatan kecil : Peggy Melati Sukma menjadi associate producer dalam film ini, apa yah bedanya associate producer, producer doank, dan executive producer??

09 Juli 2010

Even toys have hearts...

@Blitzmegaplex CP, audi 10, 1745 hrs

Bisa dibilang film ini menjadi euforia tersendiri karena rilis 11 tahun setelah film pendahulunya. Gua juga ga menonton 2 film pertamanya di bioskop. Tapi dari "kabar-kabar" yg berhembus kalau 2 film pertamanya memang bagus, dan terbukti dari perolehan dollar di tangga box office amrik. Hebatnya lagi, seri terakhir ini (atau bakal ada lanjutannya yak??) mendulang dollar yg jauh lebihhhhh buanyak lagi, sukses berat!!

Film dibuka dengan short-animation berjudul day and night (eitss, bukan cruise dan diaz lho!), seperti biasa merupakan ciri khas film animasi Disney. Anyway, ga terlalu menarik buat gua.
Dan langsung aja masuk ke inti cerita di mana, para mainan koleksi Andy merasa cemas karena Andy luluus SMU dan akan kuliah. Itu berarti Andy sudah bertambah dewasa dan tak akan bermain-main dengan mereka lagi, dan parahnya ada kemungkinan mereka akan dibuang begitu saja. Ternyata Andy berkeinginan untuk menyimpan mereka di atas loteng dan memilih koboi Woody (Tom Hanks) untuk menemaninya kuliah. Kenyataan berkata lain, ketika ibu Andy mengira mainan itu akan dibuang oleh Andy. Akibatnya mereka pun berusaha menyelamatkan diri ketika akan diangkut oleh truk sampah. Buzz dan kawan-kawan yg mengira kalau mereka akan dibuang, akhirnya memilih untuk disumbangkan ke rumah penitipan anak-anak Sunnyday dengan menyelinap ke mobil ibu Andy. Woody yg setia kawan berusaha memperingatkan mereka, tapi kepalang tanggung mereka sudah tiba di sunnyday tanpa mengetahui akan ada masalah yang akan dihadapi di sana...

Sejauh ini film favorit gua dari Disney adalah Nemo dan Wall-e, dan menjadi andalan Disney kalau setiap karakternya yg ditampilkan bener-bener "manusiawi" sekali. Gua suka banget dengan tokoh Woody yg loyal dan setia kawan, agak sayang sih hanya Woody dan Buzz aja yg ditampilkan secara jelas karakternya. Yg lain cuman kebagian porsi haha hihi doank.
Karakter baru Ken dan Barbie menjadi warna tersendiri.
Persahabatan dan pengkhianatan mewarnai perjalanan para mainan di Sunnyday. Porsi komedi dan aksi disuguhkan dalam bagian yang pas dan tidak berlebihan. Adegan rencana kabur dari Sunnyday cukup mengesankan, apalagi ketika mereka masuk ke dalam mesin penghancur sampah, saling berpegangan tangan dan pasrah, what a moment.... Even toys have hearts.... haven't you?

7 out of 10 stars

What a boring predators! (SPOILER warning)

@Pluit Junction XXI, studio 4, 1525 hrs


8 orang yg tidak saling mengenal terdampar di sebuah planet asing, mereka adalah Royce (Adrian Brody), Isabelle (Alice Braga), Ed (Topher Grace), Stans (Walton Goggins), Nikolai (Oleg Taktarov), Cuchillo (Danny Trejo), Mombasa (Ali), dan Hanzo sang Yakuza (Louis Ozawa).
Ternyata mereka terjebak dalam sebuah permainan perburuan dan sedang diintai oleh beberapa predators. Satu per satu pun tewas sampai mereka bertemu dengan pria misterius Noland (Laurence Fishburne). dan mereka tetap harus meloloskan diri dari permainan itu.

Sori buat para fans predators, sang makhluk jelek...
Buat gua pribadi film ini terasa jelek. Bagaimana ke-8 orang tersebut bisa sampai disana dan mengapa mereka yg "dipilih", dan berimbas kepada pengenalan karakter yg kurang lengkap, terutama si yakuza itu yg hanya mendapatkan dialog 3 kalimat sepanjang film. Tadinya gua pikir ini akan menjadi twist sebagai jawabannya di ending film, ternyata tidak terjawab sampai di akhir cerita.
Paruh pertama film yg berdurasi 100 menit ini terasa boring, pantat dan kaki gua ampe pegel nungguin adegan action-nya. Adegan kucing-kucingan para tentara dengan predators kurang berhasil memompa adrenalin penonton. Kesadisan di film ini pun terasa tanggung seperti film berating PG-13 (13 tahun ke atas) saja.
Memang tidak bisa berharap banyak dari film yg diproduseri oleh Robert Rodriguez ini. Adegan aksinya kurang (tidak memorable), cuman dar der dor aja. Pertarungan samurai antara sang Yakuza dengan predator pun terasa hambar. Pemunculan karakter Noland yg misterius hanya lewat begitu saja, sekedar memperbanyak tokoh (dalam hal ini korban predator tentunya) dan memperpanjang durasi?? Adrien Brody cukup serius dalam mengambil perannya di film ini, terlihat dari persiapan fisiknya dan suaranya yg terdengar berat, mungkin dia ingin bersaing dengan Arnold.
Pertanyaan lain pun muncul ketika ada predator "lemah" yg diikat (menjadi sandera) oleh predator yg lebih kuat (diceritakan di sini ada dua jenis predator, kuat dan lemah). Entah bagaimana predator "lemah" itu bisa sampai di sana.
Twist di bagian akhirnya yg "membuat" salah satu tokohnya menjadi antagonis terasa dipaksakan, sepertinya penulis cerita sudah kebingungan mencari karakter antagonis selain para predator-nya sendiri.
Padahal gua suka ama film-film Rodriguez sebelumnya (kalau dia menjadi sutradara). My faves are: From dusk till dawn dan the faculty. They were so thrilled! Kemudian ada Once upon a time in mexico, Spy Kids trilogy, tahun depan ada yg ke-4 lho! dan Sin City. Planet Terror+grindhouse, sebetulnya adalah film kelas B, but gore enough and i like it!

Predators will be forgotten....

5.5 out of 10 stars

NB : nonton aja di bioskop murah yg harga tiketnya cuman 15rb/20rb. Kalo perlu di fx platinum aja, bisa buy 1 get 2 pulak, hehehehe...

Ketika percintaan segitiga antara manusia, vampir dan serigala semakin lebaiiii

@Emporium XXI, studio 1, 1215 hrs

Knight and Day, sebuah kolaborasi "standar" antara dua bintang papan atas Hollywood

@Blitzmegaplex CP, audi 2, 1415 hrs, July 3rd 2010

Roy Miller (Tom Cruise) dijebak oleh temannya sendiri sesama agen CIA, Fitzgerald (Peter Sarsgaard). Roy berusaha menyelamatkan batere mini berkekuatan besar hasil penemuan Simon Feck (Paul Dano) dari Fitzgerald yg ingin menjualnya ke mafia pengedar senjata, Antonio Quintana (Jordi Molla). Fitzgerald pun mengejar Roy sampai di bandara dalam penerbangan ke Boston. Di sana Roy "memanfaatkan" June Haven (Cameron Diaz) yg akan terbang ke Boston untuk menghadiri pesta pernikahan adiknya. Tak ayal lagi, June pun "terpaksa" terbang bersama Roy dalam penerbangan ke Boston yang sebetulnya adalah sebuah penerbangan yg telah direkayasa oleh Fitzgerald demi menangkap Roy. Mereka pun selamat dalam penerbangan tersebut, tentunya... dan petualang duo Roy-June ke berbagai belahan dunia pun dimulai ketika mereka diburu oleh Fitzgerald.

Well well well... menonton film ini diibaratkan makan kue coklat yg lelehannya kurang cair (karena kurang hanget mungkin) dan kita ga peduli ama kandungan di dalamnya, yang penting manis aja dahh.... (dan manis belum tentu enak lho).
Lupakan mengenai ide cerita dan karakter-karakter yang ada, mulai dari Peter Sarsgaard sampe Paul Dano yg sebetulnya menjadi inti cerita, semuanya terasa ga penting dan cuman tempelan, karena film ini adalah Tom Crui-sentris (dan tentunya Diaz). Bagaimana Roy bisa membawa-bawa June "berkeliling dunia" dalam keadaan pingsan? lupakan saja..... Kayaknya dia punya uang yg banyak, tentunya.... Kenapa sih Roy mati-matian mau melindungi June? ga penting..... kalo Roy cuman sendirian namanya jadi Bourne donk..... Trus, koq bisa-bisanya June menerima telepon di sebuah pulau yg kata Roy sangat terpencil?? oke deh....

Keliatan banget kalo Tom Cruise terobsesi dengan karakter Ethan Hunt yg "apa aja bisa" di filmnya sendiri Mission Impossible. Bisa dibilang film ini adalah pemanasan sebelum dia meluncurkan MI4 akhir tahun depan. Gua pikir penonton sekarang udah tambah pinter dan (mulai) bosen ama tokoh jagoan yg terus-terusan bisa lolos dan bisa ngelakuin apa pun dalam kondisi yg tidak memungkinkan sekalipun. Mungkin film ini lebih cocok diberi judul Mission Impossible : 3.5?? Akting Diaz di bagian awal film sangat annoying sekali, kerjanya cuman teriak-teriak doank kayak film di jaman 80-an dan 90-an ketika si cewek sedang diselamatkan oleh sang jagoan. C'mon this is a millenium-era, you've got to be a tough chick! Hehehehe.... pisss!

Adegan aksinya pun tidak lebih heboh dari Die Hard 4-nya Bruce Willis, atau The A-team yg baru saja beredar. Pendaratan darurat pesawat yg dilakukan Roy dan June di awal film sama sekali tidak menegangkan. Dari segi cerita tentu saja seperti kue coklat di atas. Bumbu komedinya masih acceptable lah... Kalau saja film ini dibuat 10 tahun lalu akan terasa lebih fresh dan bisa mengundang lebih banyak penonton. Pesona Diaz rasanya udah hampir hilang, aktris komedi yg pernah dipuja-puja lewat There's something about Mary ini harus bisa menerima kalau dia bukan america's sweetheart lagi. Begitu pula dengan Tom Cruise, entah apa yg terjadi pada aktor papan atas yg hampir berkepala lima ini, sepertinya dia tidak laku bermain dalam film bergenre drama serius dan terus berusaha untuk bermain di film aksi supaya tetep eksis....

Hmmm... kesimpulannya? Simpulkan aja sendiri...

6.5 out of 10 stars

02 Juli 2010

When you SPLICE your DNA and become a mesh......

@Blitzmegaplex CP, audi 6, 1700 hrs

Setengah tahun ini dunia perfilman hollywood banyak diisi oleh film-film sekuel ataupun adaptasi entah dari novel, komik, ataupun video game. Untung aja SPLICE bukan termasuk salah satu di dalamnya. Meskipun nih... film ini mengingatkan gua pada film Species yang jauh jauhhh lebih erotis, ehemmm... tentunya Natasha Hentridge jauh jauhhhh lebih seksi daripada "makhluk" hibrid di film ini.

The beginning of a legend - Ip Man

@Pluit Junction XXI, studio 2, 1315 hrs

Film berdurasi 100 menit ini mengisahkan perjalanan Ip Man (Dennis To) sedari kecil, bersama saudara angkatnya (Fan Siu-wong) di daerah Foshan. Pada tahun 1905, mereka berdua dikirim ke perguruan Wing Chun yg dipimpin oleh Master Chan (Sammo Hung) atas permintaan ayahnya. Namun hanya selang beberapa tahun kemudian Chan meninggal dan perguruan diteruskan Chung-Sok (Yen Piao). Tahun 1915, Ip Man yg sudah remaja mengenyam pendidikan barat ke Hongkong di sekolah St. Stephen's College, maklum ayahnya bisa dibilang cukup berada untuk bisa masuk ke sekolah tersebut.
Selama di Hongkong dia juga belajar Wing-chun yg telah dikembangkan oleh Leung-Bik (Ip Chun). Beberapa tahun kemudian setelah lulus sekolah dia pun kembali ke Foshan. Di sana dia bertemu kembali dengan love interest-nya yg masih terus menantikannya selama beberapa tahun, bergumul dengan konflik dalam keluarga dan perguruan Wing-chun nya yg telah diinterupsi oleh penjajahan Jepang.

Bisa dibilang film ini semi-dokumenter karena beberapa tokoh dan alur ceritanya adalah fiktif. Apakah Ip Man memang betul-betul mempunyai saudara angkat atau tidak, masih menjadi pertanyaan yg belum terjawab, begitu pula dengan romantika Ip Man dengan teman wanitanya. Kisah percintaan Ip Man memang bukan menjadi menu utama, mungkin bagian ini adalah fiktif juga, meskipun pada akhirnya Ip Man menikah dengan gadis yg berasal dari status sosial cukup terpandang. Ip Chun yg merupakan keturunan langsung dari Ip Man yg masih hidup pun mengakui kalau dia tidak terlalu mengetahui kisah jalinan asmara kedua orang tuanya. Ip Chun sendiri sudah berusia 86 tahun dan bertindak sebagai penasehat biografi dari film-film sebelumnya.
Pada awalnya gua pribadi agak meng-underestimate film ini, karena hanya selang beberapa bulan rilis film Ip Man 2 yg dibintangi oleh Donnie Yen dan bahkan beberapa aktor yg juga bermain di film ini, katakanlah Sammo Hung, Fan Siu-wong, dan Dennis To sendiri, namun dengan peran yg berbeda. Cukup membingungkan memang...

Aksi koreografi kungfu-nya tidak se-memorable film Ip Man, tapi bukan berarti alur ceritanya membosankan atau basi. Memang sih ada bagian yg kurang jelas yakni hadiah yg diberikan oleh orang Jepang kepada saudara angkat Ip Man menjelang pernikahannya.
Kemudian, Dennis To bisa dibilang cukup berhasil memerankan Ip Man muda, yang kalem dan terkendali, apalagi raut wajahnya agak mirip dengan Donnie Yen juga.
Di film ini kita juga bisa melihat penampilan Xu Jiao yg pernah berperan sebagai anak laki-laki Stephen Chow dalam film CJ7 (padahal dia anak perempuan lho!) sebagai teman masa kecil Ip Man.
Not the best Ip Man movie, but still worthed to watch!

7 out of 10 stars...