31 Agustus 2009

Just be careful before you adopt a child from the orphan-home!


@Pluit Village XXI, studio 2, Aug 27 2009, 1630 hrs

Mungkin agak "creepy" mendengar seorang anak yg terlihat begitu santun dan dewasa, tapi menyimpan seribu satu tipu daya untuk menjerat orang-orang yg baru dikenalnya.
Esther (Isabelle Furhman) seorang anak yatim piatu berusia 9 tahun yg diadopsi oleh pasangan Coleman, Kate (Vera Farmiga) dan John (Peter Sarsgaard). Keluarga Coleman sendiri sudah mempunyai dua orang anak, satu anak laki-laki Daniel (Jimmy Bennett) dan anak perempuan yg bisu tuli Max (Aryana Engineer). Kate sendiri mempunyai masalah alkohol yg menyebabkan dia harus kehilangan bayi di dalam janinnya 9 tahun lalu. Namun sejak kehadiran Esther di rumah mereka, muncul kejadian-kejadian aneh mulai dari Brenda (teman sekelas Esther) yg terjatuh dari permainan luncur di taman bermain sampai hilangnya suster Judith setelah berkunjung ke rumah keluarga Coleman, dan Esther selalu terkait dalam peristiwa demi peristiwa. Siapakah Esther sebetulnya? Apakah seorang anak kecil bisa menjadi dalang dari serangkaian peristiwa mengejutkan itu? Ataukah ada orang lain yg membantunya?

Hmm... acungan jempol untuk Isabelle Furhman, aktris cilik yg satu ini betul-betul pas bermain sebagai Esther yg misterius, dewasa, sekaligus menipu. Para aktor dan aktris pendukung pun berakting tidak mengecewakan terutama pemeran Max yg bisu dan tuli. Film yg berdurasi hampir 2 jam ini memang tidak menjual adegan aksi berlebihan, ceritanya terbalut cukup rapi dan lambat namun tidak membosankan. Beberapa adegan kekerasan yang dilakukan oleh tokoh Esther tidak pantas untuk ditonton oleh anak di bawah umur. Jelas ini memang bukan film horror, tidak ada pocong dan kuntilanak di sini; namun lebih ke drama-thriller.

7 out of 10 stars.


Ever dreamed your boss will propose you?

@Emporium Pluit XXI, studio 2, Aug 27 2009, 1425 hrs

Do you have a superior that might be you wanna smash and kill him/her? And all the employees pretend so busy when the boss is passing the room.
Do you have the internal chat tools on your office computer? And it is always buzzing everytime the boss moves....
Adalah Margaret Tate (Sandra Bullock), seorang editor eksekutif Colden Books yg sangat "pushy" (maksa) terhadap bawahannya. Andrew Paxton (Ryan Reynolds) yg bekerja sebagai asistennya selama 3 tahun sangat menginginkan agar dapat diangkat sebagai editor.
Namun hal itu tak pernah terwujud, apalagi tingkah Margaret yg benar-benar membuat Andrew lebih mirip pembantu seperti membelikan Starbucks setiap pagi dan tidak pernah mengijinkan dia untuk mengambil cuti.
Suatu ketika Margaret yg berkewarganegaraan Kanada harus dideportasi, maka dia pun langsung meminta Andrew untuk menikahinya supaya dia bisa tetap bekerja di perusahaannya.
Dimulailah petualangan "cinta pura-pura" ketika Andrew mengajak Margaret untuk diperkenalkan kepada keluarganya di Sitka, Alaska pada hari ulang tahun nenek Andrew yg ke-90.

Okei.. i have to admit that..
I'm not a fan of Sandra Bullock, i'm not into a so called romantic comedy movie (if you consider this is a romantic one anyway). But it already hits 160 million US dollars domestically comparing its 40 million production cost.
For me, watching this movie is such a guilty pleasure, furthermore like a dessert in a desert of summer movies.
Sebagai pengobat rindu untuk para fans Sandra di luar sana, film ini memang patut ditonton. Meskipun akting dan chemistry-nya bersama Ryan Reynolds tergolong biasa saja, sedangkan sang Nenek (Betty White) yg memang hampir berusia 90 thn bisa mencuri perhatian dengan kebawelannya.
Sayang sekali, gua berharap karakter Margaret dapat dibuat lebih "bitchy" dan "witchy" lagi, Sandra Bullock is still too sweet to be hated. Begitu pula adegan ketika Andrew meminta Margaret untuk berlutut meminangnya, i wish it's more wicked as a revenge from a employee to his superior.
Biasanya gua selalu mendengar theme song yg enak didengar atau menjadi hits di film berdurasi 100 menit seperti ini, tapi kali ini tidak. Agak aneh memang karena Anne Fletcher yg sudah pernah menyutradarai 27 dresses dan Step Up tidak begitu memperhatikan hal yg satu ini.
Well, penontonnya memang sebagian besar terdiri dari para wanita, hehehehe... berbanding terbalik dengan District 9. So girls, watch it with your girlfriends except you have an almost deported boyfriend. 'Coz you don't have to think, just sit tight and grab your cold drinks.. slurphhh... mumbling (if you think it's romantic) and laughing (if u think it's funny).

7 out of 10 stars.

Emporium XXI @ Emporium Pluit Mal, North Jakarta

HTM 20rb (senin - kamis), 25rb (jumat), 35rb (sabtu-minggu/holidays).

Nice cinemas... tapi letaknya agak terpencil seperti senayan city.
It would be my favorite anyway if it has BCA promo! Too bad...
Layout tempat duduknya mirip dengan Senci juga (kebetulan gua hanya menonton di studio 1 dan 2), terbagi 3 lajur (ada lajur tengahnya), dan gua agak heran dengan warna bangku antara studio 1 (merah) dengan studio 2 (biru). Ketinggian antara tempat duduk yg lumayan tinggi sehingga buat penonton yg berukuran kecil tidak akan terhalang oleh penonton di depannya. Sound-nya pas lah untuk ukuran tiket 35rb. Meski gua masih terngiang-ngiang sound dari Surya M2 yg nendang banget. Dan koridor studionya yg cukup terang di siang hari (karena terletak di pinggir) memanjang dari ujung ke ujung..

Do you want the "prawns" among us?

@Emporium Pluit XXI, studio 1, Aug 27 2009, 1230 hrs

Duduk sebagai produser, Peter Jackson mempercayakan penyutradaraan film ini kepada Neill Blomkamp yang memang lahir di Afrika Selatan di mana film ini bersetting.
Terhitung 28 tahun berlalu (setting film tahun 2010) ketika sebuah kapal alien raksasa "berlabuh" di atas kota Johannesburg dan manusia (tentara) menemukan para "penghuni"-nya yg berbentuk udang dalam keadaan tidak sehat. Akhirnya mereka pun dibawa "turun" ke area penampungan di bawahnya dan diberi nama District 9.

Pada akhirnya karena populasi "udang" (prawns) tersebut makin banyak, maka MNU (Multi-National United, semacam organisasi PBB untuk hubungan bilateral manusia dan alien) pun memutuskan untuk memindahkan mereka ke District 10, sebuah tempat penampungan yg lebih rapi dan jauh dari pusat kota.
Adapun Wikus van der Merwe (Sharlto Copley), petugas MNU yg mengerti bahasa prawns bertugas untuk meminta tanda tangan prawns sebagai wujud persetujuan pemindahan tersebut.
Namun Wikus mengalami musibah ketika dia tersemprot cairan dari sebuah tabung milik prawns yg menyebabkan dia bertransformasi menjadi salah satu dari mereka.
Wikus pun bersembunyi di rumah Christopher Johnson (salah satu prawns, yeahh...they have a nicer name than me!) sementara ia diburu oleh MNU dan orang Nigeria yg mempercayai kalau daging alien dapat membuat mereka menjadi kuat.

Sebuah drama aksi berdurasi 90 menit dengan gaya bercerita dan alur yg berbeda dari film alien yg pernah ada. Wujud makhluk prawns yg jelek agak mirip dengan alien di film predator. Shaking camera juga digunakan untuk penggambaran dokumenter.
Meskipun begitu, film ini memunculkan banyak pertanyaan. Mengapa tidak ada penjagaan yg ketat untuk perbatasan DISTRICT 9 dengan pemukiman penduduk, di mana Wikus dan Chris Johnson begitu mudahnya keluar masuk? Begitu pula mengapa MNU tidak membersihkan daerah tersebut dari orang-orang Nigeria bahkan ada yg berjualan daging di sana?
Kalaupun para prawns itu dianggap tidak berbahaya, mengapa mereka harus membawa senjata waktu meminta persetujuan untuk perpindahan ke District 10? Helow...
Sehebat itukah dalam 28tahun para prawns bisa mengerti bahasa inggris mengingat interaksi mereka sangat terbatas dengan manusia, kecuali MNU dan orang Nigeria itu?
Sempat terpikir kalau film ini akan bercerita lebih banyak mengenai interaksi antara prawns dan manusia pada umumnya.
Hmmm... mungkin ada LIA (Lembaga Inggris dan Alien) di sana yang mengajarkan bahsa inggris kepada keturunan prawns, hehehehhehe...
Tidak pernah diceritakan dengan jelas, mengapa para prawns itu bisa berhenti di atas Johannesburg. Yg jelas Chris Johnson berusaha mengumpulkan "bahan bakar" yg disimpan di dalam tabung, dan tabung tersebut secara tidak sengaja tersemprot ke wajah Wikus, dan bammm.... Wikus pun berubah menjadi prawns, but eitsss... only his left hands..
Mungkin bahan bakar mereka berasal dari kotorannya sendiri sehingga harus dikumpulkan sedikit demi sedikit.. Wow.. Teknologi aliens yg begitu hebat, sehingga bahan bakar mereka pun mengandung DNAnya sendiri, tapi mereka tetap aja kehabisan bahan bakar, hehehehe...
Anyway, don't even think about the ending is.. This movie might be only about one and half chapter of ten if it's coming from a book. So, just sit down, watch the blood and flesh spread out! And wait for the sequel, hoping it will have further answer for questions above.
Or maybe wait for another decade, and ask Michael Bay to remake this movie with more aliens and robots. Umm.. talking about robot, i like the prawn-robot in this movie which controlled by Wikus inside.

I forgive this one..
7.5 out of 10 stars.

18 Agustus 2009

A Wall-street guy is taking down the market by taking of pelham 123


@Blitzmegaplex GI, Audi 1, 1915hrs, August 17th 2009

Walter Garber (Denzel Washington), pria yg bekerja di bagian pemantauan jalur kereta api kota New York, tiba-tiba harus berhadapan dengan seorang teroris bernama Ryder (John Travolta) yang membajak satu gerbong kereta api yg berangkat dari stasiun Pelham. Dalam waktu sejam Ryder bersama 3 orang anteknya meminta tebusan sebesar 10juta dollar, atau ia akan membunuh satu per satu belasan sandera.
Pihak kepolisian yg dikomandani Letnan Camonetti (John Turturro) segera merespon insiden tersebut dan menghubungi walikota NY (James Gandolfini) yg rupanya lebih senang naik subway daripada kendaraan dinas karena dianggap lebih cepat. Dengan pengawalan polisi, 10juta dollar pun segera meluncur ke stasiun bawah tanah untuk diserahkan kepada Ryder.

Film yg berdurasi 100 menit merupakan re-make yg diangkat dari novel karangan John Godey. Mempunyai alur cerita dan dialog yg intens, lengkap dengan pengambilan gambar yang berputar dan cepat, merupakan ciri khas Tony Scott dari semua film yg disutradarainya (Man on Fire, DeJavu, Domino, Spy Game, Enemy of the state, Crimson Tide). Akting Denzel Washington terlihat natural, tapi sepertinya aktor yg satu ini sudah terjebak dalam karakter yg stereotype, berperan sebagai pria yg terlibat dalam sebuah masalah yg tidak diketahuinya namun bisa menghadapi secara tenang. John Travolta cukup garang berperan sebagai teroris, meskipun dialognya terasa mengganggu di beberapa bagian, di mana dia banyak mengumpat kata-kata "m*therf*ck*r", i think more than 10 times?
Not the best Tony Scott's movie, but it's worth to watch...

7 out 10 stars

G.I. JOE : a bunch of human-less soldiers

@Plasa Senayan XXI, studio 2, 1615 hrs, Aug 16th 2009

"The world will be yours if you have the technologies!"
Mungkin itu tagline yg pas untuk film ini.
Film berdurasi 115 menit berkisah tentang sebuah organisasi pembuat senjata MARS yang dipimpin oleh pakar senjata James McCullen (Christopher Eccleston). McCullen mengembangkan senjata baru bernama NANOMITE berdasarkan teknologi nano dan dijual kepada NATO. Hulu ledak pun dikirim dengan pengawalan yg dilakukan oleh angkatan darat Amerika. Duke (Channing Tatum) dan Ripcord (Marlon Wayans) ikut dalam pengawalan tersebut, namun di tengah perjalanan, sekelompok orang berteknologi tinggi berusaha mengambil alih hulu ledak tersebut.

Rupanya Stephen Sommers tidak mau sia-sia membuang cost production sebesar 175 juta dollar untuk film ini. Walhasil... meskipun dipenuhi oleh teknologi berskala tinggi, buat Anda yang mempunyai IQ rata-rata tidak perlu kuatir, cukup duduk dengan baik, ditemani makanan dan minuman favorit anda, dan film ini pun akan terasa mengasyikkan (baca : paling menghibur, bukan terbaik)!

Dibalut dengan alur cerita yg cepat dan segudang adegan aksi yg syurrr.. terutama adegan di kota paris dan juga teknologi yg mungkin belum pernah anda pikirkan sebelumnya, it's away beyond our imagination!
Melihat karakter tentara G.I.JOE dan rivalnya (Cobra) seperti kita membaca sebuah komik, betul-betul human-less. They jump, shoot, stab, kill; just like the bloody-hell comic characters but hey.. they kissed each other too!
Bisa disimpulkan film ini tidak perlu akting serius dari pemerannya, termasuk aktor Joseph-Gordon Levitt yang "terlalu kecil" berperan sebagai seorang tentara.
Jangan lupakan pula sederetan aktor yg sering muncul di film Stephen Sommers.
Dan akhirnya... tidak mengherankan bila es di kutub utara begitu cepat mencair!

For its beyond imagination technologies dan full-action package, i give this an 8 out of 10.

Merah Putih... sebuah film lokal dengan bala bantuan impor

@Blok M Square 21, studio 2, 1245 hrs, August 16th 2009

Mengambil latar belakang ketika Jepang mengangkat kakinya dari bumi pertiwi setelah kalah dalam perang dunia ke-2. Beberapa pemuda pun mendaftarkan diri untuk menjadi tentara rakjat melawan Belanda, mereka adalah Amir (Lukman Sardi), seorang guru yg istrinya tengah hamil muda; Tomas seorang kristiani dari Manado (Dony Alamsyah), Dayan dari Bali(Teuku Rifnu), dan dua priyayi muda keturunan Jawa , Surono (Zumi Zola) dan Marius (Darius Sinathrya).
Konflik pun terjadi karena perbedaan latar belakang ekonomi, ras dan agama ketika mereka tinggal di barak tentara. Namun, konflik sebenarnya dimulai ketika Belanda tiba-tiba menyerang mereka yang sedang lengah sampai terkocar-kacir.

Diluncurkan menjelang hari kemerdekaan negeri ini, seharusnya menjadi momen yg tepat untuk film ini. Dengan "bantuan" dari pihak luar yg sengaja di-"impor" mulai dari produser eksekutif, penasihat teknis sampai penulis skenario, ternyata hanya dapat memposisikan film ini di level "biasa". Memang diakui untuk adegan peperangan dan penyerbuan tentara Belanda ke kampung penduduk sudah dibangun dengan baik, namun semua "bala bantuan" di atas pun terasa sia-sia; karena kandungan cerita yg kurang "berisi". Nasionalisme yg ingin disampaikan kurang "jrenggg" dan "grenggg" sehingga tidak menggugah hati para penonton. Cinematografi yg disajikan tidak terlalu mencengangkan. Adegan dramatis yg seharusnya terbangun ketika salah satu dari tentara tertembak mati pun lepas begitu saja dan terasa aneh di mana tembakan Belanda terhenti dengan tiba-tiba. Momen di akhir cerita ketika para tentara tersebut menyabotase suplai bahan bakar tentara Belanda dibangun cukup baik tapi mudah dilupakan.

Dibalut sedikit adegan roman dan komedi, film berdurasi 110 menit ini diakui memang berhasil dalam membangun karakter setiap tokohnya dan dialog sentilan mengenai perbedaan di antara mereka. Amir yg kurang tegas dalam mengambil keputusan, Dayan yg begitu sabar dan filosofis, Tomas yg pemberani, dan Marius yg pengecut. Bisa jadi Teuku Rifnu mendapatkan nominasi di FFI tahun ini sebagai aktor pembantu terbaik! Tapi (lagi-lagi) film ini gagal dalam cast, Darius , Zumi Zola, dan Rahayu Saraswati (berperan sebagai Senja, kakak Surono) tidak tampak sebagai orang Jawa, meskipun secara fisik mereka memang "sangat" priyayi.
Dan satu hal lagi, film ini sangat minim untuk urusan musik. Padahal musik bisa mengangkat sebuah adegan untuk lebih momentum dan dramatis. Siapa sih penata musiknya?
Well... bagaimanapun kita harus memberikan salut untuk idealisme sang sutradara beserta para krunya dalam membuat film ini.

6.5 out of 10 stars

PS: Terlihat blooper ketika ada figuran yg perutnya berkembang kempis meskipun telah mati.

13 Agustus 2009

Tips buat Anda yg ingin menonton di bioskop

1. Jangan berekspetasi berlebihan, kalo orang lain bilang bagus jangan cepet-cepet percaya (begitu pula kalo orang bilang jelek). Anggap aja film yg bakal Anda tonton itu film Dragonball versi item putih dan tanpa dialog kayak film three stooges.

2. Membersihkan hati sebelum pergi ke bioskop, jangan pernah ke bioskop gara-gara abis berantem ama pacar, abis dimarahin istri (uda gitu nontonnya macem P.S. i luv u pula), ato abis dimarahin bos.

3. Jangan pernah menonton dalam perut kosong! Akan mengubah mood secara drastis ketika perut Anda berbunyi bersaing dengan bunyi mulut orang sebelah yg mengunyah pop corn di mulutnya.
Bila mau membawa makanan, minimalisasi makanan yg dibawa supaya tidak mengganggu konsentrasi ketika menonton. Misalnya bawa rujak, Anda akan sibuk menjilat tangan sendiri, minum air (gleg, gleg, gleggggg...), dan ngelap dahi yg keringetan drpd ngeliat ke layar. Belom lagi, kalo potongan buah ada yg jatoh di bawah, Anda bakal celingukan nyari-nyari di bawah kolong yg akan mengganggu orang juga. Apalagi membawa Burger segede bagong di mana mayonaise-nya menetes ke mana-mana dan akhirnya Anda sibuk menjilati semua tetesan yang ada.

4. Tidur yg cukup sehari sebelum menonton, karena suara gemuruh di layar bioskop akan mengiringi Anda untuk tidur lebih dalam, lebih dalam, dan lebih dalam.....

5. Jangan menonton film dalam keadaan terburu-buru, berangkat lebih awal dan pastikan kalo pada hari tersebut jadwal anda sedang kosong! Keadaan terburu-buru ditambah antrian panjang akan menyebabkan anda bisa jadi salah menyebutkan judul film, memilih tempat duduk, ataupun salah masuk studio! Keadaan terburu-buru akan menyebabkan anda merasa kepanasan meskipun AC di dalam studio sudah dingin. Keadaan terburu-buru menyebabkan jantung anda berdebar cepat tidak seiring dengan alur film yg anda tonton, apalagi kalo alur film tersebut lebih lambat dari detak jantung anda, anda merasa tidak betah dan akhirnya keluar di tengah film.

6. Bila ingin menonton bersama teman atau pacar Anda, pastikan mereka adalah tipe orang silencer, tidak banyak tanya, tidak spoiler, dan tidak suka membuat gumaman/dialog aneh selama pertunjukkan berlangsung. Misalnya waktu ntn transformer..
Q : "gila.. panjang banget neh film, lo tau ga.. kata temen gua yg udah nonton, kalo si Sam mati trus bakal idup lagi"
A : "masa??"
Q : "iye, akhirnya tuh robot Folen itu akhirnya mati, tapi dua pembantunya ngabur gitu aja..."
A : "gubraksss.."
Q : "itu Megan fox kan?" (sambil nunjuk-nunjuk Megan Fox)
A : "yep"
Q : "koq mau aja yah Sam ama cewek gitu?"
A : "yah, ini kan cuman film?!"
Q : "Ikhh.. gua sih ogah banget, udah mulutnya dimonyong2in , suka nungging sana-sini pula, ngerasa seksi banget pula.. kenapa sih ga diganti angelina jolie aja? secara aktingnya juga lebih bagus. Tau ga lo, dia kan diberitain kalo aslinya cowok, udah operasi dari ubun-ubun sampe ujung kaki, ampun dah ga bersyukur banget tuh orang...." (masih tetep ngoceh sampe 6,5 menit ke depan)
A : "#$%@&*(((... coba lo liat mata gue, pada hitungan ketiga, lo bakal tidur jauh lebih dalam, lebih dalam, dan lebih dalem, 1, 2, 3.."
Q : "zzzzzzzz..." jadilah dia tipe silencer..

11 Agustus 2009

Selamat tinggal umi dan udaku tersayang, kuingin pergi MERANTAU


@Hollywood KC studio 5, 1900 hrs, August 10th 2009

Seorang pemuda Minangkabau pekerja kebun tomat, Yuda (Iko Uwais) ingin merantau ke Jakarta, setelah kakaknya Yayan (Donny Alamsyah) telah pulang dengan selamat dari perantauan (namun tidak menghasilkan apa-apa, ngapain juga merantau yah?). Dengan berbekal kepandaian silat harimau, Yuda berharap bisa membuka sekolah silat. Bahkan degan pede-nya ia hanya membawa tas selempang ala ABG yg isinya cuman secarik kertas beralamatkan "jalan orchard" dan beberapa lembaran uang, sepertinya ia akan berjalan-jalan ke Singapur untuk shopping.

Setelah sampai di jakarta, alamat yg dicarinya telah hampir rata dengan tanah bahkan nomor telepon yg ingin dituju sudah tidak aktif lagi. Akibatnya dia pun tidur di dalam gelondongan semen di sebuah proyek. Sampai suatu ketika Yuda mengejar Adit yg mencuri dompetnya, secara tidak sengaja Yuda pun menyelamatkan kakak perempuan Adit, Astri dari pemerasan Joni (Alex Abbad). Rupanya Astri bekerja sebagai go-go dancer di klub yg dikelola oleh Joni dan Joni berencana menjual Astri kepada dua cowo bule yg memperjualbelikan perempuan ke luar negeri, Ratger dan Luc.

Joni tidak berhenti sampai di sana, ia pun mencari Astri ke rumah susunnya untuk dibawa ke klubnya, dan (lagi-lagi) secara tidak sengaja pula Yuda melihat kejadian tersebut dan menyelamatkan Astri meskipun harus dipukul sampai babak belur.
Usaha Joni yg gagal tidak berhenti sampai di sana. Ketika Yuda, Astri dan Adit ingin kembali ke rumah susun mereka untuk mengambil "uang simpanan" milik Astri, anak buah Joni berhasil menangkap Astri dan membawanya kepada Ratger.

Mau tidak mau kali ini Yuda pun harus melakukan "penyerbuan" seorang diri ke klub milik Joni untuk mencari tau tempat tinggal Ratger dan Luc.

Film berdurasi 130 menit ini memang menampilkan sesuatu yg berbeda, Gareth Evans, sutradara asal inggris yg juga bertindak sebagai penulis, editor dan koreografi aksi film ini, betul-betul piawai menghadirkan adegan aksi yg terlihat "smooth". Kerjasamanya dengan sang master silat, Edwel Datuk Rajo Gampo Alam berhasil mengundang penonton untuk memberikan applause di ending film. Dari segi pace, mungkin penonton akan merasa bosan pada 20 menit pertama yang lambat dan membosankan.
Sayang sekali film ini seharusnya bisa mempromosikan keindahan alam dan kebudayaan minang lebih banyak lagi; tapi rupanya Evans tidak begitu "concern" dengan sisi budaya dan pariwisata, definitely this guy is a huge fan of Jackie Chan and Bruce Lee.

Kesalahan terbesar film ini terletak pada kontinuiti kostum yg dipakai Yuda. Yuda selalu terlihat bersih padahal sudah pernah babak belur dan kena air comberan.
Sepertinya tas selempang yg dibawanya adalah tas milik dorameon yg pernah dia jumpai di kebun tomat dulu, yang berisi pembersih muka, baju dan celana bermotif sama.
Belum lagi spuan merah muda yg tercetak di baju Ratger ketika dia terluka, it looks so fake!

Adegan perkelahian 2 on 1 di akhir cerita (Ratger dan Luc melawan Yuda) mungkin akan terasa panjang. Pertama, mereka berkelahi dengan tangan kosong, dan kedua menggunakan besi yg sebenarnya telah dipersiapkan dari tadi.
Kenapa engga dari tadi aja besinya dipake, mister? Kenapa engga beli pistol aja untuk membunuh Yuda, padahal mister bisa menyewa sekuriti yg dipersenjatai pistol ketika Yuda melakukan ke apartemen mister? Helooo.....

Sedikit mis-cast terjadi pada tokoh Yayan yg diperankan oleh Dony Alamsyah yg tampak putih kinclong dibandingkan Yuda (gaya rambutnya sih sama), demikian juga Astri yg putih mulus layaknya ABG kelas menengah dibandingkan Adit yg dekil dan item.
Mungkin ini adalah pesan terselubung dari Evans, kalo dia beristrikan wanita campuran Jepang dan Indonesia, yg akan melahirkan bermacam-macam jenis manusia, heheheheh...

Akting Christine Hakim memang tidak terlihat super,karena porsinya sendiri tidak banyak (hanya kebagian dialog adegan menangis dan murung). Sementara Iko sebagai pemeran utama, sepertinya dia memang dibayar untuk berkelahi.
Sedangkan Sisca Jessica mendapatkan honor untuk mengeluarkan kalimat klise yg diulang-ulang seperti "Gua udah banyak masalah dalam hidup gue", "Anj*ng, t*i, B*ngs*t, lepasin gua!" Yah, kalo ga mau dipegang ama anj*ng, yah.. jangan deket-deket dong neng.... katanya mau kerja jadi dancer toh...
Akting tokoh Adit mengingatkan gua dengan tokoh Ical kecil di laskar Pelangi? hmm...
Untuk Alex Abbad, lo emang pas banget dah! Gua bakal jadi orang pertama yg mendukung kalo lo berpikir untuk ganti profesi.

Tabuhan rebana dan gendang untuk mengiringi adegan perkelahian sangat passs....

Mau tidak mau, film ini mengusung dua masalah sosial :
1. Perdagangan wanita untuk dijadikan pelacur
2. Urbanisasi, apakah merantau adalah salah satu bentuk urbanisasi? Jawabannya pasti! Tapi sebaiknya bekali diri anda!

Most entertaining (half) local movie this year, so far...!

7.5 out of 10 stars

WARNING : This movie is not suitable for kids and pregnant women.

10 Agustus 2009

Surya M2

Surya M2, kalo ga salah dibuka tahun 2005 yah, milik pak surya apa gitu (bukan saputra lohhh). Gua kebetulan baru aja pertama kali nonton di sini kemaren, UP dan public enemies. Sepertinya si pak surya yg boldies ini selalu ikut masuk ke dalam studio setelah filmnya selesai untuk ngawasin anak buahnya beres-beres tempat duduk.

Well... terdiri dari 3 studio. Suasananya beneran kayak bioskop rumah/pribadi (it's so homie...). Terdapat ruang tunggu yg nyaman dilengkapi layar LCD yg menayangkan trailer film, tapi kemaren LCDnya tidak dihidupkan sama sekali (mungkin udah rusak atau lagi hemat listrik, hehehehe....).

Studio 2 dan 3 HANYA berkapasitas 78 tempat duduk, 7 baris dikali 12 bangku dengan format 6 di sisi kanan dan 6 di sisi kiri, dikurangi 6 tempat duduk di baris A untuk jalur masuk. Pintu exit-nya ada di samping depan dan harus naik tangga dulu.

Studio 1 KATANYA berkapasitas 100 lebih...

Tidak ada announcement (sama seperti MPX grande, mungkin mahal untuk membayar recording suara). Malah satpam dan TBB (tukang bersih-bersih)-nya yg bilang : " surya 2, surya 2.. udah bisa masuk..."
Padahal kalo boleh gua mau tuh nyumbang suara sambil nge-rap. Kira-kira.. gua bakal bilang kayak gini : "hei yo yo.. para penonton yg baik hati kalo pintu studio 2 udah dibukaaa.. yo .. yoo.. buruan masuk dahhhhh, karena film udah pengen dimulai. Jangan lupa, kalo emang punya duit lebih, silahkan beli pop corn dan coke-nyee... kalo kemahalan beli bread talk ajeee.. tapi jgn lupa masukin ke tas, ocheeee...."

Sound system oke dah! Mungkin karena ukuran studio yg kecil. Masih di bawah standar EX, tapi di atas kelas 35rb sekalipun! Blitz mah lewattttt.... Seat lebar dan empuk, yg ini BLitz juga lewattt.......space untuk kaki juga lebih lega dari bioskop 21. Gua kasi satu setengah jempol buat sound dan seat-nya. Bahkan bangkunya bergetarrrrrhhhh ketika trailer film HOME (aneh bin ajibbbb..... tulisannya June 5th, kemaren itu tgl 9 agustus yakk...).

Tapi..... lebar layarnya kurang!.... Gubrakssss.... Gua baru nyadar, kalo Puri XXI studio 3,4,5, hollywood KC studio 3,4,5; mempunyai ukuran layar seperti ini sehingga waktu muterin film-film indo, gua ngerasa seperti muterin format 1:1,33. Setelah gua perhatiin bener-bener layar ketika film UP diputer memang tidak dibuka semua tapi tetap berukuran 1: 1,85 (kebetulan gua memakai teknologi matriks yg disimpan dalam chip di kepala).
Layar dibuka (hampir full) untuk Public enemies (kayaknya ini nih yg disebut 1:2,33), tapi tetep kelihatan kecil karena lebarnya kecil (nah, bingung kan lo...).

Di studio 3 terlihat ada garis vertikal yg menggangu pemandangan, seakan-akan kalau bioskop ini sudah dibuka selama 10 tahun. Di akhir pertunjukkan film, closing credits tidak diputar sampai habis, dan para TBB langsung berkeliaran masuk untuk studio yg sangat kecil itu.
Buat om surya (yg mungkin botak itu), lain kali muterin closing credits-nya sampe habis yah... Trus, bilangin TBB-nya jangan kampungan gitu akh kalo lagi mungutin sampah...

Kalo tiket XXi warna gold, 21 warna ijo, surya M2 warna biru laut lhoo....

Overall ... gua ga puas dengan layarnya yg kecil dan tentunya closing credit yg di-stop begitu saja.. Buat orang-orang tidak peduli dengan hal ini, bioskop ini bisa jadi memuaskan...

Enemies hide in the PUBLIC

@Surya 2, 1515 hrs, August 9th 2009

Public enemies, film berbujet 100juta dollar ini benar-benar mempunyai "desain minimalis" ciri khas Michael Mann dengan shaking camera-nya, plus alur cerita yg sekuensial dan rapi.
Sayang duaribu sayang... lepas dari alurnya yg memang sangat "drama", film ini terasa biasa, ga dapet "feel"-nya dan less emotion... tidak ada klimaks yg "nendang" di sini.
Karakter dan akting dari Depp dan Bale tidak outstanding, banyak aktor yg bisa menggantikan mereka. Katakanlah ... Russell Crowe, Gerard Butler, Sam Worthingthon, Clive Owen, ataupun Hugh Jackman...

Johnny Depp sebagai Johny Dillinger (J.D.), kurang terlihat licik dan jahat, malah lebih terlihat flamboyan..
Christian Bale sebagai Melvin Purvis pun biasa-biasa aja, tidak terlihat "kehebatan" Melvin sebagai seorang pemimpin squad pencari J.D.
Karakter mereka terlihat sama seperti kawanan J.D. yang lain. They all look alike in those suits and coats! Bedanya si J.D. memakai kacamata hitam aja...

Musik tahun 30an kurang mendukung setting-nya sendiri. Mungkin inilah ciri khas minimalis seorang Michael Mann..
Sepertinya biaya produksi sebesar 100 juta dollar terbuang untuk baju-baju para bandit dan polisi, mobil antik, dan pesawat terbang tahun 30-an.
Setidaknya Michael telah belajar kesalahan dari Miami Vice yg menghabiskan dana lebih dari itu. Dan hasilnya, memang film ini lebih bagus sedikit dari Miami Vice tapi masih di bawah Collateral yg lebih emosional dan punya "feel"...

Definitely, this is an easy forgettable movie...

6.5 out of 10 stars..

The adventure is UP there.... duarrrr... hatiku sangat kacau.....

@Surya 3, 1300 hrs, August 9th 2009

Film dibuka dengan adegan kilas balik kisah cinta Fredicksen dan Ellie muda tanpa dialog, gosh... i almost dropped a tear for that scene... it's so "a walk to remember". Fredickson tua yg hidup sendiri dan anti-sosial, hiks..... Sampai suatu ketika dia harus "terusir" ke panti jompo karena rumah "warna-warni"nya akan digusur. Dia pun mengikat ratusann.. ribuan...jutaann... balon ke perapian sehingga rumahnya pun terbanggggg ke amerika selatan untuk mewujudkan mimpi Fredickson dan Ellie muda.

Dan ternyata seorang anak penjelajah alam berpakaian ala pramuka bernama Russell ngumpet di beranda rumah dan ikut terbang bersama sang kakek. Akhirnya mereka pun mendarat dengan selamat di hutan dengan balon yg masih utuh (hell-u-e-yahhhh), jadilah duo C&R, si petualangan wilderness explorer (W.E., mungkin versi baru nya internet explorer, bukan cek dan ricek loh).
Mereka bertemu dengan SATU-SATUNYA penghuni hutan tropis amerika selatan burung curut yg sebenernya banyak dijumpai di hutan Papua Nugini, dan diburu oleh SATU-SATUNYA (eh banyak deng...) predator di hutan itu, the talking dogs from beverly hills. Mungkin spesies lain udah dimakan hidup-hidup oleh anjing-anjing sialan yg kelaparan itu.

Ternyata anjing-anjing itu adalah piaraan arkeolog tua Charles Muntz. Si manusia yg satu ini hidup dari jaman film hitam putih dan kaga mati-mati demi memburu burung curut untuk dibuktikan ke dunia kalo burung itu punya tulang gede kayak dinosaurus tapi bisa ngelipet-lipet lehernya dan lari secepat kilat... Dan ternyata dia juga berprofesi sebagai ilmuwan sampai bisa menciptakan alat interpreter suara guk-guk menjadi dialog bhs inggris. Rupanya di dalam zeppelin raksasanya bukan cuman berisi artefak kuno saja, tapi menyimpan teknologi high-tech dari jaman 30an, bak sebuah kapal NUH! Mungkin itu sebabnya dia lebih panjang umur dari Fredickson dan istrinya...

Setelah mengetahui kalo Kevin (yup.. ini nama keren si burung curut) demen ama Russell, maka Charles menangkap duo C&R. Akhirnya kakek Carl bertarung ala Knight Templar melawan kakek Munchhh, demi membebaskan Kevin. Begitu hebatnya, kakek yg satu ini bisa menahan rumah terbangnya, memanjat zeppelin, sampai menahan Russell dan Kevin yg hampir terjatuh dari Zeppelin.. gua menyebutnya si KAKEK SUPER BERTULANG BESI. Lihat saja, sebelum bertarung dengan kakek Munchhhh, kakek Carl ini melakukan streching dengan semua tulang-tulangnya, krekk kriukkk, krekkk.... Hebat kan!
Kevin pun tidak mau kalah si burung curut satu ini pandai memanjat tangga meskipun kakinya patah.

Akhirnya..... kakek Muntz pun terjatuh dari Zeppelin-nya sendiri, tuinggg... matikah? Belum tentu... Bisa jadi dia masih hidup, karena umurnya udah hampir 100 tahun.
Dan C&R pun hidup berbahagia bersama para anjing Beverly hills dan menjelajah dunia dengan Zeppelin milik kakek Munchhh....

Gubrakssss...... gua memaafkan segala sesuatu yg pernak-pernik di dalam film ini karena ini adalah sebuah film animasi!! Satu-satunya hal yg ga bisa gua terima adalah kemunculan anjing-anjing beverly hills yg kurang "sejalan" dengan alur dan setting hutan belantara itu.. plus burung curut yg katanya bertulang besar ala dinosaurus.
Oke.. gua maafkan lagi..

Dentingan piano lagu sabda alam milik ismail marzuki pas banget masuk ke scene antara Carl dan Ellie.

7 out of 10 stars...

NB:
Akhirnya walt disney pun bisa melakukan plagiat lagu sabda alam milik ismail marzuki, berikut liriknya :

Diciptakan alam pria dan wanita
dua makhluk dalam asuhan dewata
Ditakdirkan bahwa pria berkuasa
adapun wanita lemah lembut manja

Wanita dijajah pria sejak dulu
dijadikan perhiasan sangkar madu
namun ada kala pria tak berdaya
tekuk lutut di kerling wanita

Trus kayaknya gua nemuin bloopers, di foto paradise lost itu, terlihat di samping air terjun ada satu karang lagi... kayak tower gitu. Di akhir cerita, dikasi lihat kalo rumahnya jatuh tepat di atas air terjun, tanpa terlihat ada "tower" satunya lagi di samping...

Kuntilanak got nailed...

@Blok M Square 21, studio 2, 1730 hrs, August 8th 2009

Film dibuka dengan adegan kuntilanak De-pe (Dewi Perssik) yg ditabrak mobil ga jelas.
Lalu berlanjut ke dengan "panas" antara dua artis impor si cewek bule Heather Storm dan si cowok model, Ketih Foo, ini segmen sekwilda (Sekitar wilayah dada) pertama dari film ini. Ketika mereka tertidur, tiba-tiba muncul kuntilanak De-pe yg menghantui rumah mereka. Secara kilat, dukun mesum yg rupanya telah menjaga rumah mereka pun berusaha menangkap kuntilanak itu, dan Keith segera menancapkan paku ke ubun-ubun kuntilanak, langsung "mayat"-nya diikat, dimasukkan ke dalam koper dan dihanyutkan ke sungai.

Pak Joko, seorang kepala rumah pengumpul mayat adalah pria setengah baya yg tidak kunjung kawin. Sementara tiga anak buahnya , trio pin-pin bo (Rizky Mocil, Hardi Fadhillah, Edi Brokoli) yang pekerjaan nya mengumpulkan mayat dari satu rumah ke rumah lain, dari satu sumur ke sumur lain, mulai dari setan budeg sampai kuntilanak.
Mereka selalu berharap bisa mendapatkan gadis seseksi sekretaris pak Joko bernama Mona (Chintyara Alona). Mocil suka sekali mengintip mona waktu mandi, mengusap wajah mona sambil meneteskan air liurnya....slurphh...

Pak Joko yg juga depresi karena engga laku-laku akhirnya berusaha bunuh diri di kali, tidak sengaja menemukan koper kunti dan membukanya..
Akhirnya lepaslah si kuntilanak dan menggigit leher manusia layaknya vampir., dan tertawa dengan gembiranya , kikikikikikikikikik...... Upss... rupanya dia lupa kalo ubun-ubunnya sudah dipaku.
Bahkan si kunti (begitu nama bekennya dari Jember) sempat ingin membeli sate 10 tusuk...
Bang.. satenya 10 tusuk.... bang.. Rupanya si kunti ini ingin menyaingi rekor makan sate yg pernah dilakukan Madam S waktu masih menjadi sundel bolong. Sialnya, si tukang sate yg gemar tertawa ala mbah surip harus menemui ajalnya.

Singkat cerita si Kunti dan Joko (yg telah kering sejak loncat dari sungai) pun bertemu di sebuah acara, di mana Kunti telah berganti baju dari dasternya yg putih menjadi penari ronggeng dadakan tengah malam.
Langsung saja si joko membawa pulang ke rumah untuk bertemu dengan ibunya (Nani Wijaya), dan ibunya yg telah naik haji itu senang sekali, tertawa sambil bertepuk tangan....
anaknya telah melepaskan keperjakaannya dengan gadis yg baru dikenal tanpa harus bertemu dengan penghulu dahulu.

Sementara mona dan trio pin-pin bo mulai mencurigai "keberadaan" kunti sebagai seekor kuntilanak.. Mereka pun berusaha membuktikannya..

Keunggulan film ini adalah format pengambilan gambarnya yg dilakukan secara khusus di mana setiap 10 menit sekali, kamera bergerak ke bagian buah dada para aktrisnya mulai dari heather storm, de-pe, Chintyara Alona, dan satu aktris lokal yg belum diketahui namanya. Total, sedikitnya ada 8 kali pengambilan gambar dengan gaya tersebut.
Pengambilan gambar tersebut dipadu dengan lingerie yang membalut tubuh sintal para aktrisnya...
Bahkan pada satu scene di mana de-pe berendam dalam bath tub pun sempet mempertontonkan #sensor# sedikit, dan bercumbu dengan aktor keith foo yg memakai celana jeans ketika berendam di bath tub, tapi rupanya celana jeansnya membuat de-pe begitu terengah-engah...gua pengen tuh punya celana jeans kayak gitu #ga penting yee..#

Well... film yg disutradari Ody M. Hidayat (ampir aja ketuker ama Ody C Harahap salah satu sutradara film mesum favorit gua, kawin kontrak), kebetulan juga menyutradarai beberapa film De-pe seperti Kutunggu jandamu dan TIREN, jadi si Ody ini sudah tau persis bagaimana cara "menggarap" de-pe dengan baik.

Tidak ada bintang untuk film yg berdurasi 85 menit ini, cocok banget untuk melepaskan kepenatan setelah bekerja, sambil ketawa-ketiwi kaga jelas tanpa harus merasa ketakutan ataupun bersalah (maksudnye..??).

Tontonlah film ini sebelum ditarik dari peredaran menjelang bulan puasa!

Blitz teraskota

Gedung teraskota entertainment centre terletak kira-kira 500 meter setelah BSD junction di sebelah kiri, arah tol bintaro. Kabar burung onta pun menyebutkan bila gedung ini adalah milik BLITZ, yg di belakangnya terdapat hotel Santika yg tidak lebih dari 10 lantai (lebih mirip rumah susun daripada hotel).

Terdiri dari 3 lantai plus satu basement untuk parkir (dengan parkir yg tidak memadai karena banyak mobil yg parkir di jalan). Lantai 3 hanya diperuntukan bagi blitz.
Hampir sebagian besar tenant adalah restaurant dan cafe, plus satu gramedia dan celebrity fitness. Dan baru dibuka sekitar 20%.

Gua bingung ada lift ga sih di gedung ini..? Tata letak eskalator yg disediakan untuk mencapai blitz di lantai 3 betul-betul melelahkan, cocok banget buat yg mau melangsingkan tubuh.

Blitz... terdiri dari 9 audi (namun hanya satu yg pantas disebut audi, 8 yg lain kita sebut saja studio). Lebih besar daripada blitz PP, namun sepertinya memiliki fasilitas paling minim dibandingkan blitz cabang lain.
Masih terlihat berantakan (karena baru soft opening), dekorasi pun minim, terlihat pola warna-warni seperti sekolah taman kanak-kanak (bisa dilihat gambarnya di website blitz).

Bangkunya tipis seperti GI (gua menyebutnya bangku busway) dengan seat yg bisa dilipat bila tidak ada yg mendudukinya. Soal sound.. teteupppp standar blitz banget dah! Ga kutil-kutilnya dibandingkan jaringan XXI. Maklum dengan harga termurah untuk ukuran BLitz di kawasan jabotabek yakni 25000, bioskop ini bisa dijadikan variasi tempat nonton sekaligus nongkrong untuk para penggemar film di daerah tersebut.