18 Agustus 2009

Merah Putih... sebuah film lokal dengan bala bantuan impor

@Blok M Square 21, studio 2, 1245 hrs, August 16th 2009

Mengambil latar belakang ketika Jepang mengangkat kakinya dari bumi pertiwi setelah kalah dalam perang dunia ke-2. Beberapa pemuda pun mendaftarkan diri untuk menjadi tentara rakjat melawan Belanda, mereka adalah Amir (Lukman Sardi), seorang guru yg istrinya tengah hamil muda; Tomas seorang kristiani dari Manado (Dony Alamsyah), Dayan dari Bali(Teuku Rifnu), dan dua priyayi muda keturunan Jawa , Surono (Zumi Zola) dan Marius (Darius Sinathrya).
Konflik pun terjadi karena perbedaan latar belakang ekonomi, ras dan agama ketika mereka tinggal di barak tentara. Namun, konflik sebenarnya dimulai ketika Belanda tiba-tiba menyerang mereka yang sedang lengah sampai terkocar-kacir.

Diluncurkan menjelang hari kemerdekaan negeri ini, seharusnya menjadi momen yg tepat untuk film ini. Dengan "bantuan" dari pihak luar yg sengaja di-"impor" mulai dari produser eksekutif, penasihat teknis sampai penulis skenario, ternyata hanya dapat memposisikan film ini di level "biasa". Memang diakui untuk adegan peperangan dan penyerbuan tentara Belanda ke kampung penduduk sudah dibangun dengan baik, namun semua "bala bantuan" di atas pun terasa sia-sia; karena kandungan cerita yg kurang "berisi". Nasionalisme yg ingin disampaikan kurang "jrenggg" dan "grenggg" sehingga tidak menggugah hati para penonton. Cinematografi yg disajikan tidak terlalu mencengangkan. Adegan dramatis yg seharusnya terbangun ketika salah satu dari tentara tertembak mati pun lepas begitu saja dan terasa aneh di mana tembakan Belanda terhenti dengan tiba-tiba. Momen di akhir cerita ketika para tentara tersebut menyabotase suplai bahan bakar tentara Belanda dibangun cukup baik tapi mudah dilupakan.

Dibalut sedikit adegan roman dan komedi, film berdurasi 110 menit ini diakui memang berhasil dalam membangun karakter setiap tokohnya dan dialog sentilan mengenai perbedaan di antara mereka. Amir yg kurang tegas dalam mengambil keputusan, Dayan yg begitu sabar dan filosofis, Tomas yg pemberani, dan Marius yg pengecut. Bisa jadi Teuku Rifnu mendapatkan nominasi di FFI tahun ini sebagai aktor pembantu terbaik! Tapi (lagi-lagi) film ini gagal dalam cast, Darius , Zumi Zola, dan Rahayu Saraswati (berperan sebagai Senja, kakak Surono) tidak tampak sebagai orang Jawa, meskipun secara fisik mereka memang "sangat" priyayi.
Dan satu hal lagi, film ini sangat minim untuk urusan musik. Padahal musik bisa mengangkat sebuah adegan untuk lebih momentum dan dramatis. Siapa sih penata musiknya?
Well... bagaimanapun kita harus memberikan salut untuk idealisme sang sutradara beserta para krunya dalam membuat film ini.

6.5 out of 10 stars

PS: Terlihat blooper ketika ada figuran yg perutnya berkembang kempis meskipun telah mati.

Tidak ada komentar: