22 Juni 2009

Antara sepak bola dan kakek

@Puri XXI, Studio 1, June 21 2009, 1425 hrs

Film berdurasi 100 menit ini mengisahkan seorg anak berusia 12 tahun bernama Bayu yg hidup dengan kakeknya (Ikranagara) dan ibunya Yuni (Maudy Kusnadi). Sang kakek melarang Bayu untuk bermain bola seperti sang ayah yg telah meninggal dan tidak pernah mencapai mimpinya menjadi pemain bola. Bayu malah dimasukkan ke banyak lembaga kursus mulai dari melukis, bhs inggris, sampai matematika. Bayu juga mempunyai sahabat bernama Heri yang lumpuh namun selalu memotivasinya untuk bermain bola.
Dengan bantuan Heri dan supirnya (Ramzi), mereka menemukan lapangan kosong untuk berlatih bola yg ternyata adalah kuburan yg dihuni Zahra dan ayahnya yg sakit-sakitan sebagai pembersih kuburan.
Sampai akhirnya Heri membantu Bayu untuk masuk ke sekolah sepak bola arsenal yg dilatih oleh pak johan (Ari sihasale) tanpa sepengetahuan sang kakek, dengan harapan supaya Bayu bisa ikut dalam tim nasional junior U-13.

Pertama-tama salut buat sineas lokal yg masih perduli dengan eksistensi film anak-anak. Tentunya dengan pesan sponsor yg mendukung sepenuhnya film ini, LIFEBOUY...
Film ini mau tidak mau mengingatkan gua pada Bend it like beckham, di mana keinginan serog anak untuk bermain sepak bola namun ditentang oleh orang tua/keluarganya.
Di bagian awal film, alurnya terasa masih "kurang mulus" dan masih meraba-raba. Hal yang seringkali gua jumpai di film lokal lainnya. Akting pemeran Bayu (gua lupa namanya) terlihat natural (terutama dalam bermain bola) , begitu pula dengan karakter Heri dan sang kakek yg memang menjadi karakter tumpuan di film ini.
Bisa dibilang film ini dibawa agak serius untuk konsumsi anak-anak (berisi pula beberapa dialog sindiran mengenai dunia persepakbolaan kita yg mungkin tidak dimengerti oleh penonton muda belia), thanks to Ramzi who already brought this movie into a lil bit fun.
Gua agak kecewa karena film ini kurang banyak menghadirkan adegan pertandingan bola. Seingat gua cuman ada satu pertandingan (itupun kurang memorable dan terlalu pendek),
sedangkan adegan lain hanyalah latihan sepak bola biasa. Sayang sekali, padahal gua yakin akan lebih menghibur penonton yg sebagian besar adalah anak-anak. But anyway, film ini berhasil menggugah rasa nasionalisme terutama di akhir cerita di mana Bayu berhasil masuk ke timnas junior U-13, (yg lagi-lagi) tanpa menghadirkan adegan pertandingan sepak bolanya... Garuda di dadaku.. garuda, kebanggaanku...

6.5 out of 10 stars

P.S : setting film ini mengingatkan gua pada film Mengejar Matahari yg mengambil tempat yg sama (rusun karet petamburan , CMIIW...) pastinya ingat adegan Fauzi BAadila, winky, dkk berlarian di lorong-lorong...??

Tidak ada komentar: