13 Juli 2009

Antara ga punya duit dan pengen jadi juara badminton

@Puri XXI, studio 4, July 10 2009, 1845 hrs

Bercerita tentang Guntur, seorang anak desa Jampit di kawasan Ijen, yg terus "ditempa" oleh sang ayah (Mamiek Prakoso), yg menginginkan anaknya menjadi pemain badminton sekelas Liem Swie King. Sang ayah sendiri hanya bekerja sebagai pengumpul bulu angsa, dan tidak mampu membelikan raket badminton untuk anaknya sehingga Guntur hrs bermain dengan raket dari kayu.
Raden, sahabat Guntur selalu mencari solusi supaya sahabatnya itu bisa bermain badminton, mulai dari mencari raket "besi" sampai mendaftarkannya ke klub badminton yg dilatih oleh Surya Saputra. Namun sayangnya, solusi dari Raden seringkali membawa masalah untuk Guntur sendiri. Sementara mereka berdua mendapatkan teman baru bernama Michelle yg pindah dari Jakarta bersama ibunya (Wulan Guritno), dan menjadi love interest dari Guntur.

Jujur, film ini mempunyai plot yg hampir sama seperti Garuda, menceritakan anak dari kalangan bawah yg berusaha menggapai mimpinya namun terhalang oleh kondisi keluarga dan finansial, dimana si tokoh utama selalu dibantu oleh sahabatnya yg lebih bersemangat dalam mewujudkan mimpi itu.
Dibandingkan dengan Garuda yg dikemas lebih riang, film ini terasa lebih "melow" dan emosional. Pada beberapa bagian mungkin akan membuat para penonton kecil merasa bosan, tapi film ini lebih unggul dalam penyajian gambarnya yg indah dan terang. Film ini juga lebih banyak menyajikan pertandingan olahraga yg menjadi temanya sendiri.
Akting para pemainnya cukup memuaskan, mulai Mamiek yg lebih kita kenal sebagai pelawak, Ario Wahab, Argo "aa jimmy" (asli, gua kaga ngenal dia di sini!), dan surya saputra (setidaknya perannya di sini lebih berarti daripada di film jamila). Wulan Guritno seperti sudah terjebak dalam peran stereotype sebagai single parent dan kehadirannya disini beneran "ga ngaruh".
Kesalahan terbesar di film ini justru terletak pada akting pemeran utama, Guntur yg terlihat berakting secara "terpaksa", dia tidak bisa mengimbangi permainan tokoh Raden yg terlihat hidup dan natural.
Belum lagi tokoh Michelle yg diperankan oleh anak Jeremy Thomas, berakting layaknya sedang membaca skrip. Mungkin dia perlu bermain sinetron lebih banyak seperti bapaknya sebelum terjun di layar lebar.
Well, personally film sedikit lebih baik daripada Garuda...
Film ini dihiasi juga lagu karya Ipank yg telah menyumbangkan karyanya di Laskar Pelangi, begitu pula dengan Titi Sjuman dan Aksan sebagai penata musik. Film ini juga menampilkan kameo beberapa mantan atlit bulutangkis nasional mulai dari Heryanto Arbi, Ivana Lie, sampai Liem Swie King sendiri. Eitss.. jangan lupakan juga pesan sponsor dari Djarum, BCA, dan juga Pocari sweat.

7 out of 10 stars

NOTE :
Terima kasih buat Alenia yg giat memproduksi film-film untuk anak indonesia (itu pun kalau para orang tua "mengajak" mereka menonton film ini ketimbang TROTF ataupun ice age, karena orang tua jaman sekarang lebih suka mengajak anak-anak menonton film yg "diinginkan" orang tuanya daripada yg lebih cocok untuk anak-anak).

Sayang sekali film ini diedarkan bersamaan dengan film-film musim panas Hollywood, dan hanya selang seminggu setelah Garuda, yg nota bene, Ari sihasale juga bermain di film tersebut. Sebagai sutradara sekaligus produser, seharusnya Ari lebih pintar dalam hal ini misalnya mengedarkan film ini di liburan lebaran.
Menurut pengamatan gua, dengan plot cerita yg hampir sama, Garuda sepertinya berhasil meraup lebih banyak penonton mengingat sempat diputar di 2 studio pada beberapa bioskop, meskipun secara keseluruhan KING mendapatkan sambutan yang hangat. Sedangkan KING harus berhimpitan dengan TROTF dalam minggu yg sama.

1 komentar:

PNMF mengatakan...

King emang bagus....