09 Juli 2009

Biarkan Cinta Memilih (KCB)

@Blok M Square 21, studio 4, July 8 2009, 1410 hrs

Film berdurasi 125 mnt ini menceritakan tentang Azzam
(M. Kholidi Asadil Alam) mahasiswa Al-Azhar Kairo asal Indonesia yang menyambi sebagai pedagang bakso dan tempe untuk menghidupi ibu dan adik-adiknya di Kartasura. Dia menenerima pesanan untuk acara-acara yang diselenggarakan oleh KBRI. Karena seluruh waktunya lebih banyak dia gunakan untuk membuat tempe dan berjualan bakso, maka kuliahnya agak terlantar. Sehingga sudah 9 tahun dia mengambil S1 tapi belum lulus juga meskipun sebenarnya Azzam adalah anak yang cerdas. Di sana Azzam bersahabat dengan Eliana (Alice Norin) yg merupakan putri dari dubes RI untuk mesir dan juga supirnya, pak Ali (Didi Petet). Dari percakapannya dengan pak Ali, Azzam diminta untuk melamar Anna (Oki Setiana Dewi), gadis Jawa yang merupakan putri seorang pimpinan pesantren. Perbedaan antara Azzam dan Anna sangat lebar. Apalagi sahabat Azzam, Furqon (Andi Arsyil Rahman) yang sudah mendapatkan gelar master dan kaya raya, sudah berniat melamar Anna. Terjadilah cinta segi empat di sini, kalau memang bisa disebut cinta....

Gua memasang ekspektasi terendah ketika menonton film ini, dan hasilnya... cukup memuaskan. Penonton diberi suguhan pemandangan tepi pantai Alexandria dan kota Kairo, meskipun ada scene yg sedikit menggangu karena efek blue screen yg kurang mulus. Pemainnya memang masih terlihat kaku terutama teman-teman satu kost Azzam yg terlihat kikuk (atau memang karakter mereka seperti itu?) dalam setiap dialog mereka dan Andi yg terlihat sedikit "over" sebagai tokoh Furqon. Kholidi sebagai pemain baru cukup berhasil memerankan tokoh Azzam yg menjadi imam untuk keluarga dan teman-temannya, begitu pula dengan tokoh Anna yg dimainkan pas oleh Oki. Alice Norin dan Lucky Perdana yg sudah biasa muncul di sinetron tampak mulus memainkan peran mereka. Namun para pemain senior di film ini seperti Didi Petet, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, dan El Manik; tampak "kurang berharga" karena hanya kebagian dialog-dialog pendek bahkan dalam scene yg kurang penting.

Dari segi sinematografi, film ini memang unggul dari Ayat-Ayat cinta yg tampak jadul di setiap scene-nya, dan tentunya karena film ini betul-betul orginally from mesir!

Gua suka banget dengan dialog yg diucapkan Anna ketika ia dilamar Furqon di rumahnya. Di mana Anna tidak mau dimadu oleh suaminya, tapi bukan berarti di mengharamkan poligami. "Saya tidak suka mas Furqon makan jengkol karena bau, tapi tidak berarti saya mengharamkan jengkol."
Namun ada scene yg terasa mengganggu dan kurang mulus untuk masuk ke dalam alur cerita ketika Furqon menerima telepon dari seorang wanita Italia yg mengajaknya bertemu, dan ketika seorang temen Furqon yg marah-marah kepadanya karena telah tersebar foto-foto vulgarnya bersama wanita Italia.

Menonton film ini sedikit banyak bisa menambah pengetahuan tentang islam buat penonton non-muslim seperti gua. Mereka yg dijodohkan hanya melalui anjuran seorang uztad dan langsung berlanjut ke jenjang pernikahan tanpa melalui proses pacaran lebih dahulu, di mana proses pacaran itu sendiri masuk di dalam sebuah perkawinan dan semuanya itu bertujuan untuk menjaga kesucian hubungan antara pria dan wanita sebelum perkawinan.

Gua akui meskipun alur ceritanya mirip sebuah sinetron produksi sinemart lainnnya di mana kedua orang yg saling suka tapi mereka "sulit" untuk bertemu, dan film pun ditutup dengan menampilkan cuplikan alur cerita di bagian kedua, di mana konflik sebenarnya akan lebih dibangun di sini.

Sedikit kejanggalan buat gua untuk memahami karakter dari seorang Anna yg hampir menyandang gelar S2 untuk bisa menerima lamaran dari Furqon yg nota bene seorang lulusan S2 juga, padahal mereka tidak saling mengenal sama sekali. Mungkin inilah poin utama yg ingin diangkat Kang Abib lewat novelnya, biarkan cinta yg memilih jodoh kita, bukan orang tua ataupun seorang uztad.... karena belum tentu yg baik menurut kita adalah baik untuk mereka yg menjalankannya...


7 out of 10 stars...

Tidak ada komentar: