01 Oktober 2010

Darah Garuda... darahnya kurang nih...

@Blitzmegaplex CP, audi 7, Sep 30th 2010, 1445 hrs

Berhubung udah nonton yg pertama, jadi yg kedua harus ditonton juga! Tinggal blitz aja yg masih muter film ini, sekalian gua menghabiskan voucher nonton summer pasport.
Melanjutkan ending dari film pertamanya di tahun 1947, setelah Amir (Lukman Sardi) dan kawan-kawan berhasil melumpuhkan truk pengangkut bahan bakar yg ditumpangi Mayor Van Gaartner (Rudy Wowor). Ven Gaartner berhasil ditawan dengan tujuan untuk "ditukar" dengan Senja (Rahayu Saraswati) dan istri Amir, Melati (Astri Nurdin) yg ditawan dan bekerja paksa di perkebunan kopi. Kedua wanita itu berhasil diselamatkan namun Van Gaartner juga berhasil meloloskan diri.
Selanjutnya cerita pun bergulir kelompok anak muda itu bergabung dengan tentara Jendral Sudirman dan Amir pun diangkat sebagai kapten. Tomas (Donny Alamsyah), Dayan (Teuku Rifnu) dan Marius (Darius Sinathrya) diberi pangkat Letnan. Keempat orang itu bekerja sama dengan anak buah Jendral yakni Sersan Yanto (Ario Bayu) dan prajurit Budi (Aldy Zulfikar) ditugaskan untuk menyerang lapangan udara Belanda. Ketika mereka akan berangkat ke lapangan udara dengan mobil, terjadi penghadangan oleh tentara Belanda yg dipimpin oleh Gaartner sendiri. Terjadi tembak-menembak dan menimbulkan korban di semua anak buah Jendral Sudirman. Dayan sendiri tertembak dan ditawan oleh Gaartner. Akhirnya para pejuang yg tersisa sepakat untuk berjalan kaki, sementara Yanto meneruskan naik mobil untuk mengelabui tentara Belanda yg terus mengejar mereka. Kemudian Amir dkk bertemu pejuang separatis Islam yg dipimpin oleh Kiai siapa gitu (Alex Komang). Kelompok separatis itu pada awalnya menawan Amir dkk, tapi malahan mendukung rencana Amir yg ingin menghancurkan Belanda dengan memberikan bantuan bom. Apakah rencana Amir dkk berhasil?

Meskipun film ini dikategorikan film epik-thriller, sebetulnya film ini tidak terlalu menarik untuk ditonton karena alurnya agak membosankan, dialog dan adegannya kurang bisa menggugah emosi penonton, apalagi sampai membangkitkan rasa nasionalisme (apa karena film ini disutradarai dan ditulis oleh orang asing yah??), sungguh patut disayangkan, padahal itu yg menjadi poin utama sebuah film perjuangan. Diwarnai beberapa adegan kilas balik dari film pertamanya yg menggambarkan perbedaan latar belakang anak muda itu. Ada Senja (Rahayu Saraswati) yg mempunyai ibu seorang Belanda, namun kedua orang tuanya dibunuh oleh penduduk lokal yg begitu membenci Belanda. Kakak Senja yakni Surono (Zumi Zola) yg tewas di film pertamanya. Raut wajah Rahayu sendiri terlalu "indonesia asli" untuk menggambarkan dirinya sebagai keturunan campuran. Penampilan Atiqah Hasiholan sebagai wanita penghibur yang trauma Lastri, tidak terlalu penting, bisa digantikan oleh aktris lain. Alex Komang... awalnya gua kaga ngeh kalau dia mewakili tokoh fiktif dari Tentara Islam Indonesia sampai gua membaca sinopsis film ini, seinget gua tidak diberi keterangan apapun di layar. Tadinya gua pikir bagian ini ga penting banget, baik tokoh Kiai dan anak buahnya. Apalagi dialog antara Amir dkk dengan anak buah kelompok separatisme terasa kaku dan aneh.

Lukman Sardi (lagi-lagi...), i have no more comment about this actor. Penampilan 3 aktor utamanya oke lah, walaupun bukan akting kelas 1. Overall mungkin Teuku Rifnu yg paling menonjol di antara mereka berempat.

Poin plus film ini adalah adegan tembak-menembak dan ledakan yg real, karena film ini memang menyewa para spesialis dari Hollywood. Tampaknya bujet film ini memangl ebih banyak dialokasikan untuk urusan yg satu ini, akibatnya skrip cerita dan penokohan yg kuat pun terabaikan.
Kalau di film pertama, ada adegan bloopers di mana ada perut mayat yg masih kembang-kempis. Di film ini sih kaga ada, yg ada hanyalah tentara Belanda yg menembaki 4 tokoh utama kita yg dibuat terlihat bodoh... Yap, tentara Belanda di film ini dibuat bodoh sekali dalam kemampuan tembak-menembak. Bayangkan saja, ketika tokoh Tomas melompati sayap kapal terbang yg satu ke yg lain di ruang terbuka, dan tidak ada satu pun tembakan dari tentara Belanda yg mengenai Tomas... padahal yg nembak banyak gitu lohhh....
Kebodohan tentara itu makin memuncak ketika Amir nekat menembaki tentara Belanda tanpa ada bantuan dari teman-temannya di tengah-tengah lapangan udara dan tentara Belanda bersembunyi di balik karung goni, tidak ada satu tembakan yg mengenai Amir. Bahkan ada satu adegan ketika muncul Mayor Van Gaartner yg mau menembak Amir tapi kehilangan senjatanya, dan Amir pun tersenyum berasa menang, adegan ini dibuat sedikit slow-motion, tapi tidak ada satu pun tentara Belanda yg menembaki Amir yg sedang tersenyum menang!! Aseli, goblok banget tuh Belondo! Tapi anehnya ketika Amir berhasil masuk ke lumbung padi, di dalam lumbung itu Amir malah kena tembak.... bravo untuk wong Londo!!

5.5 out fo 10 stars

Tidak ada komentar: