18 Oktober 2010

Eat in Italy, pray in India, love in Bali..., and suck...

@Epicentrum XXI, Studio 1, Oct 16 2010, 1830 hrs

Hmmm... penonton film Jakarta berbondong-bondong menyaksikan film berdurasi 140 menit ini karena promosi suting yg dilakukan di Bali, belum lagi melibatkan aktris senior Christine Hakim dan beberapa pemain lokal baru. Dan hasilnya adalah... nanti dulu...

Elizabeth Gilbert (Julia Roberts) , seorang wanita New Yoker berusia hampir 40 tahun, yg "katanya" mengalami depresi dalam kehidupan pribadinya, karena merasa tidak betah tinggal dengan suaminya Stephen (Billy Crudup) yg "dikisahkan" adalah seorang pria baik, dengan pekerjaan baik pula, tidak selingkuh, begitu mencintai istrinya. Tapi entah kenapa Liz Gilbert yg "katanya" depresi (sori banget sengaja gua ulang) ini minta cerai dan menginginkan keluar dari kehidupannya yg dijalaninya selama ini. Ia ingin mengalami sebuah perubahan hidup walaupun harus membagi hartanya kepada Stephen supaya Stephen mau bercerai. Asik juga yg jadi suaminya yak! Sementara itu dia juga mengalami "affair" dengan seorang pengangguran muda yg "dikisahkan" adalah seorang ahli yoga dan aktor gadungan berusia 28 tahun, David Piccolo (not Pikacu). Tanpa alasan yg jelas, dia juga merasa kaga betah dengan David, akhirnya Liz mengambil sebuah keputusan pergi ke Italia untuk meningkatkan nafsu makannya. Kenapa harus ke Italia? apakah di New York sudah tidak ada makanan yg enak?? Ga jelas emang, setau gua sih... untuk meningkatkan nafsu makan kita harus hidup sehat, olahraga dan istirahat cukup. Hm... Liz Gilbert memang sudah ga jelas dari awal apa maunya. Di Italia (Roma) dia bertemu dengan teman-teman baru yg dianggapnya sebagai keluarga sendiri. Kasian amat nih orang, nyari temen aja perlu sampe ke luar negeri...

Setelah 4 bulan di Itali, dia pun terbang ke India (lupa ke daerah apa) untuk belajar meditasi dengan seorang guru (master) meditasi kenalan David. Memang ga jelas apa agama Liz Gilbert ini, di bagian awal dia kurang tertarik dengan meditasi dalam bahasa sansekerta, di mana dia harus bangun pagi-pagi dengan duduk bersila dengan sekelompok orang tanpa sang Guru ada di sana, hanya fotonya saja! Ada di mana sang Guru? ga penting juga si... Akhirnya dia cuman bisa sharing dengan Richard, pria tua dari Texas (diperankan Richard Jenkins). Bla.... bla.... bla... tanpa pengalaman spiritual yg mendalam dan jelas, Liz akhirnya berhasil konsentrasi dalam bermeditasi.

Singkat kata dia pun terbang ke Bali, karena dia ingin memenuhi janjinya bertemu lagi dengan Ketut, seorang bapak tua peramal yg ditemuinya setahun lalu ketika berkunjung ke Bali.
Well, Ketut pun menyarankan dia tetap meneruskan meditasi yg dipelajarinya di India setiap pagi. Sampai akhirnya dia bertemu dengan pengusaha paruh baya dari Brazil Felipe (javier Bardem) dan bla.. bla... bla.... mereka pun jatuh cinta.

Pemilihan Julia Roberts sebagai Liz Gilbert memang tepat! Ditinjau dari segi usia Julia dan Liz asli tidak berbeda jauh. Kegagalan utama di film ini adalah kurang dalamnya eksplorasi karakter Liz dan kehidupan pribadi yg "katanya" kurang seimbang. Sepanjang film ini dia hanya terlihat sebagai seorang "wanita biasa" yg tidak depresi-depresi amat, just like any others mature women. Ada dua dialog utama di mana Liz harus bertengkar dengan Stephen ketika menuntut perceraian dan Felipe di Bali, 2 adegan tersebut terbangun kurang mulus dan akhirnya adegan pertengkaran itu menyisakan kerutan di dahi penonton, sambil bergumam, apa seeehhh....atau istilah kerennya WTF??

Bagian terbaik film ini adalah Itali, dalam satu adegan ketika Liz memakan Spageti dengan irisan musik Italiano, terlihat perfecto dan lezato... maknyussss bagaikan sebuah iklan spaghetti La F*nte di tivi. Kata "EAT" memang berhasil diwakili oleh bagian ini.
India, seharusnya bagian ini menjadi bagian paling spiritual yang diwakili oleh kata "PRAY" tapi penonton malah disuguhi dialog perdebatan nalar antara Richard dan Liz, plus curhatan Richard yang meninggalkan keluarganya di Texas... Scoring musiknya gagal untuk mewujudkan rasa spiritual ke dalam benak penonton. Nuansa Indianya pun kurang nendang, mungkin scoring-nya harus manggil A.R. Rahman (komposer film Slumdog Millionaire) kali yeeee....
Bali.... bagian ini adalah bagian serba tanggung, ada beberapa scenery yg berhasil ditangkap melalui cinematografi tapi kurang maksimal, bahkan tari kecak dan musik Bali sama sekali tidak dihadirkan!! Penonton malah disuguhkan lagu brazil berirama Waltz!! Chemistry Felipe kurang klik dengan Liz, entah bagaimana dia bisa jatuh cinta dengan Liz, hm... mungkin karena sama-sama duda dan janda kali yeeee... Romantisme film ini masih jauh dari kata "LOVE" yg diwakilinya.
Ryan Murphy sebagai sutradara yg "katanya" pernah menyutradarai beberapa episode serial GLEE, tidak pernah tahu bagaimana musik dan budaya Asia. Seharusnya dia bisa "membajak" sutradara ternama lokal ketika suting di India dan Bali supaya bisa menghidupkan suasana sesuai dengan setting cerita.
Tokoh yg mencuri perhatian penonton adalah pemeran Ketut dan istrinya yg ampunnnn... nyeletuk mulu yak, but hey i like both of them! Good job...
dan sebuah preformance yg tidak terlalu berkesan dari Christine Hakim... yah lupakan.... itung-itung buat go international lah...

Lalu, seberapa depresikah Liz dan seberapa pentingnya, sampai-sampai dia harus melakukan perjalanan ke tiga negara itu? Ga jelas dahhhh....

6 out of 10 stars,
not too inspirational and not deep enough...




Tidak ada komentar: