08 Maret 2009

Ketika monyet-monyet jalanan punya cerita... (contains SPOILER)

@Hollywood KC studio 5, Feb 7 2009, 1455 hrs

Sebuah ide/tema cerita yg bagus belum tentu akan membuat sebuah film bernilai SEPULUH (sempurna)..

Film berdurasi 110 mnt-an ini berkisah mengenai seorang wanita bernama Yanti (Rachel Maryam) yg bersuamikan Aditya, pecandu narkoba. Ketika Aditya sudah tidak mampu membeli narkoba, dia pun menjual anaknya yg masih bayi kepada Dargo, sang bandar narkoba dan pemilik tempat prostitusi (August Melasz). Bahkan Aditya menjebak Yanti hingga masuk penjara dengan menyimpan barang haram itu di rumahnya. Sepuluh tahun kemudian Yanti keluar dari penjara dan bertemu dengan Mongki seorang anak perempuan yg hidup di jalan, di bawah asuhan Dargo, yg ternyata juga mempunyai bisnis ilegal penjualan organ tubuh anak-anak jalanan untuk mereka yg berani membayar mahal.
Di lain pihak adalah Thomas (Ari Wibowo) yg mempunyai anak laki-laki yg menderita kelainan ginjal bernama David...

Tak bisa dipungkiri, kalau film ini adalah potret sebuah realita kota Jakarta yg dipenuhi monyet-monyet jalanan (begitu panggilan Dargo untuk "anak-anak asuhan"-nya) di hampir setiap lampu merah. Mereka harus mengejar setoran yg hrs diserahkan kepada induk semangnya tanpa memperdulikan keselamatan mereka atau bahkan keselamatan orang lain.
Meskipun sedikit terbata-bata di bagian awal, film ini berjalan mulus dan pelan, sampai semuanya berubah menjadi begitu mudah dan instan di 20 menit terakhir. Ketika Mongki "dijual" ke sebuah rumah sakit di mana David dirawat, Yanti dapat dengan mudah mengetahui rumah sakit tersebut. Kemudian Dargo yg menculik Mongki di rumah sakit setelah ia lolos dari penggrebekan polisi, begitu cepatnya polisi mengetahui hal tersebut dan menyergapnya bahkan ketika Dargo belum berhasil keluar dari rumah sakit. Plus, kinerja dokter (Keke Harun) yg begitu cepat mengidentifikasi kelayakan organ transplantasi yg cocok untuk David yg "katanya" sudah kritis.
Belum lagi, Thomas sebagai warga sipil yg diperbolehkan mengikuti perburuan Dargo sampai ke atap rumah sakit. Gua kasih "applause" untuk kinerja polisi dan rumah sakit yg begitu "hebat dan cepat" untuk mengeksekusi bagian akhir dari film ini...

Rachel Maryam terlihat baru benar-benar berakting ketika ia menangis sambil berteriak, dan urat wajah Ari Wibowo sepertinya terlalu kaku sehingga ekspresinya tetap sama dalam situasi apapun, sedangkan August Melasz seperti biasanya memang pas untuk peran antagonis. Justru yg berakting luwes adalah pemeran Mongki sendiri, meskipun ia terlihat terlalu dewasa untuk anak berusia 10 tahun. Chemistry yg terbangun antara Yanti dan Mongki terasa masih minim sehingga tidak ada adegan yg bisa menguras emosi penonton seperti yang terlihat pada posternya. Justru adegan yg menarik adalah perkelahian mongki dan temannya sendiri sesama anak jalanan. Film ini sedikit berwarna dengan banyaknya pesan-pesan sponsor seperti logo BCA di brosur dinding anak hilang, kemudian toko buku Times, Matahari Department Store, Hypermart, sampai beras Si Pulen...

Akhirnya.. memang tidak ada manusia yg hidupnya bernilai SEPULUH, begitu pula dengan film ini.. untuk tema yg diangkat kuberi enam setengah dari SEPULUH...untuk film SEPULUH...

Mungkin kalo gua sedikit kasian dengan sang sutradara yg belum genap berusia 19 tahun dan cucu dari salah satu taipan bisnis di negeri ini, di mana SEPULUH merupakan film perdananya, gw akan memberikan nilai tujuh..


Tidak ada komentar: